1. Author - Malaikat Kecil

11.5K 913 149
                                    

Haii... Azhar Emilia datang lagiii.. Wkwk...

Oke, sebelum masuk ke cerita aku mau ngomong sebentar..

Cerita ini lanjutan dari PW buat versi novel Alias dari cerita yang udah aku hapus sebagian.. Di sebelah.. (Tapi bukunya belum terbit) wkwk..

Mungkin di antara kalian ada yang pernah baca PW versi dulu banget??? Nah yang ini daur ulangnya... Jadi yang dulu tuh di potong, menjadi dua bagian.. Btw ini lagi bahas cerita ya.. Bukan matematika.. Wkwk 😂😂😂

Bagi yang pernah baca versi duluuuuu banget.. Jangan heran jika nemuin kejadian yang sama.. Hanya sebagian kecil kok gak semuanya sama.. Percaya deh..

Oke segitu aja cuap-cuapnya.. Happy reading... Biasakan vote sebelum baca yaa sayang-sayangku.. Wkwk..

Kalau ada typo tag aku aja yaaa

***

Hari masih sangat pagi ketika Azhar memarkirkan mobil di pekarangan. Pun dengan keadaan rumah, masih sepi. Hanya ada dua orang pekerja yang tengah beres-beres. Tanpa banyak membuang waktu Azhar bergegas menaiki anak tangga dan masuk ke dalam kamar anak-anaknya.

Di sana ada Zahra yang masih tidur diapit oleh anak-anaknya. Azhar menepuk-nepuk pipi adik perempuannya itu pelan. "Ra ... Zahra. Bangun."

"Zahra...." Azhar sedikit menarik pipi adiknya dengan keras. Membangunkan Zahra termasuk kedalam salah satu cobaan di setiap paginya. Adiknya itu sangatlah kebluk, harus mempunyai kekuatan extra untuk membangunkannya.

"Nggghhhh...."

Tuh, kan. Azhar menghela napas panjang begitu melihat Zahra yang malah mengubah posisi tidurnya. Menepuk-nepuk Zahra yang tengah tidur sama saja seperti memberikan usapan lembut, dan akan semakin mengantarkannya ke dalam dunia mimpi lebih dalam.

Azhar sudah tahu itu. Tetapi ia tidak tega jika harus membangunkan Zahra dengan cara kasar. Memukul atau menyiram dengan air misalnya. Bagaimanapun juga Azhar masih membutuhkan bantuan dari adiknya ini. Zahra sudah menjelma sebagai sosok 'Adik multi fungsi' nya. Tidak hanya menjadi seorang adik, pada saat-saat tertentu Zahra juga bisa menjadi Babby sitter, sekretaris, dan partner diskusi tentang perkembangan anak-anaknya. Berkat Zahra, Azhar jadi banyak tau mengenai apa yang baik dan tidak baik untuk perkembangan anak-anaknya.

Bunda Fatma sempat menawarkan untuk membantu menjaga kedua anaknya itu, tetapi Azhar menolak. Alasannya simple, ia ingin menjadi Ayah yang layak dimata anak-anaknya. Dan untuk bisa sampai ke titik itu Azhar membutuhkan Zahra di sampingnya. Anggap saja sebagai pembelajaran juga bagi Zahra, supaya jika memiliki anak nanti sudah tidak terlalu kaku lagi.

Kembali pada keadaan saat ini. Tujuan Azhar membangunkan gadis itu, agar Zahra berpindah tempat ke kamarnya dan Azhar yang akan menggantikan posisi Zahra tadi. Menemani anak-anaknya tidur sebelum berangkat ke kantor.

Tetapi tidak ada tanda-tanda Zahra akan membuka matanya. Ya sudah lah. Sebaiknya Azhar membersihkan diri dulu sambil nunggu Zahra terbangun dengan sendirinya.

Sebelum keluar dari sana, Azhar menyempatkan diri memperhatikan wajah anakn-anaknya yang masih terlelap. Keduanya sama-sama menggemaskan. Masa lucu-lucunya. Setiap harinya selalu ada saja perkembangan yang ditunjukannya, dan Azhar tidak pernah melewatkan moment perkembangannya itu sekalipun.

Ia yang menyaksikan sendiri bagaimana anak-anaknya bisa tengkurap untuk pertama kali. Bagaimana saat mereka bisa menepuk-nepukan kedua tangannya, dan bagaimana lucunya Azilo saat pertama kali bisa memukul kepala Azila. Saat itu wajah Azila memerah, ia terkejut tetapi tidak menangis. Hanya menatap Azhar kemudian menundukkan kepalanya.

Pernikahan Wasiat 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang