Bab 9

9.5K 468 6
                                    

Hey, para rerdersku tersayang, sebelumnya aku minta maaf ya lama pake banget buat update bab ini. sebenernya bab ini udah selesai lama, tapi ga yakin aja buat di publish. baru sekarang aku yakin buat dilanjut ceritanya jadi pokonya mohon bantuannya ya, ya ga muluk-muluk ko aku cuma butuh comments dan votes aja dari kalian. karena comments dan votes dari kalian itu penyemangat banget buat aku. 

#Typo berserakan :D

Happy readings....

“aagghhhmmm.” Deheman itu memaksaku untuk membuka mataku dengan cepat.

Jantungku bedebar sangat cepat seperti habis berlari maratoon berkilo-kilo metar jauhnya. Mataku melotot dan mulutku terbuka dengan sebelah tanganku menutupinya.

Sunggu bukan ini yangku mau, dipergoki oleh bosku sendiri didepan lift dan ekspresiku yangku yakini sungguh tidak karuan.

Aku tundukan kepalaku sangat dalam tidak berani menatapnya. Tidak ada satupun dari kami yang ingin membuka percakapan. Sampai akhirnya aku mendengar seseorang didepanku menarik nafas panjang.

“dari mana saja kamu?” tanyanya.

Aku masih tertunduk berusaha mengumpatkan muka dan rasa takutku disana. “maaf, saya terlambat kembali kekantor pak. Tadi dijalan ada masalah sedikit.” Jawabku berbohong, aku tidak ada masalah dijalan hanya aku terlalu senang bertemu dengan sahabat-sahabatku dan lupa dengan WAKTU.

“kau tau siang ini kita ada meeting bersama klien terpenting kita?” tanyanya dengan nada naik satu oktaf.

Aku mencoba mengingat jadwal untuk hari ini, jika siang ini Daniel ada meeting dengan klien yang sangat penting. Tapi seingatku siang ini Daniel tidak ada sama sekali meeting dengan klien apa lagi diluar kantor. Belum sempat aku menjawab soal meeting siang ini, Daniel menarik lenganku dengan cepat untuk masuk kedalam lift bersamanya. Aku menaikan wajahku hanya untuk melihat ekspresi muka Daniel apa dia sedang marah atau murka saat ini padaku?

“karena kau telat kembali kekantor, kau harus temani aku.” Katanya dengan sangat tegas. “tidak ada penolakan ataupun alasan, aku tidak mau dengar itu semua. Ikuti aku atau akan terjadi sesuatu buruk padamu!” serunya.

Terpaksa aku harus mengikuti semuanya yang Daniel perintahkan padaku. Walaupun sebenarnya lebih baik terjadi hal buruk padaku paling hanya dipecat olehnya. Dari pada aku tersiksa seperti sekarang.

Selama perjalanan hanya kesunyian yang menemani kita, aku belum tau kemana Daniel akan mengajakku untuk meeting bersama kliennya yang dibilang sangat penting itu. Kesunyian ini membaut mataku mulai terasa berat dan kantuk akan menyelimutiku sesaat lagi.

“bangun, kita sudah sampai.” Katanya dengan menguncangkan badanku lembut, malu rasanya ketiduran dimobil bosku sendiri tapi apa boleh buat mataku sudah tidak bisa diajak berkerja sama tadi. Aku mencoba membuka mataku dan melihat sekeliling.

“maaf aku ketiduran. Kita dimana pak?” tanyaku bingung.

“turunlah, apa kau mau aku tinggalkan disini sendiri.” Aku tidak mejawab hanya mengikuti perintahnya.

Mataku menelusuri sekeliling tempat ini. Ramai, bising dan ini seperti mall. Buat apa Daniel pergi kemall? Bukannya dia mau meeting bersama klien pentingnya? Perasaanku semakin tidak karuan saat ini, ada sesuatu yang mungkin buruk untukku.

Langkah Daniel memasuki butik yang cukup terkenal jika dilihat dari nama butik itu.

“selamat siang pak Daniel. Ada yang bisa kami bantu?” Tanya seorang gadis cantik yang bisaku lihat sedikit menggoda Daniel dengan senyumnya.

Dia dari perjodohanku dan jodohkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang