Bab 12

9.2K 406 11
                                    

Hello cantik, apakabar kalian semua? btw, puasa masih pada lancar-lancar aja donk semoga ya. Maaf baru update lagi, padahal kemarin pengen update ehh wattynya malah error jadi baru hari ini dach bisa melanjutkan 'Dia dari Perjodohanku dan Jodohku'. Perasaan saya pribadi nih ya, 'Dia dari Perjodohanku dan Jodohku' makin kesini makin geje parah ceritanya aja udah ngalor ngidul ga karuan. Ga tau dach kalo ceritanya nyambung dari part ke part, masalahnya saya ga pernah baca lagi setelah nulis udah pusing ngeliat tulisan yang kecil-kecil terus banyak lagi. Tapi semoga kalian masih betah ya menunggu ceritanya dan masih mau juga baca ceritanya yang ampuuunn dach ga bingit hehehe (maklum masih pemula). Yuk ahh cus lanjut baca langsung aja dach yaaa..

Happy reading cantik. :)


Selama perjalanan dari rumah ke airport, aku mencoba untuk tetap sadar tapi mata ini masih sanggat berat. Walau aku sudah memberanikan diri mandi air dingin disaat jam masih menunjukan pukul 4 subuh. Jadwal penerbanganku jam 7 pagi ini tapi karena kau takut terkena macet jadi pergi lebih awal dari rumah.

Pak Budi membangunkanku, ternyata aku ketiduran selama perjalanan. "Mbk.. Mbk Najwa bangun kita sudah sampai di bandara." Serunya lembut sambil mencoba menyentuh bahuku pelan.

"Maaf pak, saya ketiduran ya. Aduh saya ngantuk banget pak baru tidur dua jam masalahnya." Keluhku pada Pak Budi. Aku keluar dari mobil dan mengambil satu koper kecil dan satu tas folder yang isinya berkas-berkas kantor tak lupa laptopku juga ada disana.

"Tidak apa mbk, saya mengerti. Pasti semalaman mbk nyiapin barang-barang yang akan dibawakan." Serunya smabil membantuku mengambil barang-barangku dari bagasi mobil. "Ya sudah kalau begitu mbk, saya pamit pulang dulu. Saya doakan selamat sampai tujuan dan selama di Riau tidak ada masalah apapun." Doanya dan aku mengaminkan semuanya dalam hati.

"Makasih banyak ya Pak Budi. Hati-hati dijalan pulang." Aku menunggu sampai mobil yang dikendarai Pak Budi menghilang dikegelapan sebelum aku masuk.

Langkahku terasa berat, entah karena aku masih mengantuk atau banyak pikiran. Tapi sepertinya banyak pikiran dah, didalam otakku ini sekrang penuh pertanyaan. Kenapa harus aku yang pergi ke Riau, aku pergi ke Riau dengan siapa dan masaih banyak lagi pertanyaan lain yang berkelebatan dikepalaku.

Dengan langkah santai kau menuju café yang tidak jauh dari pintu gate yang akan aku tuju beberapa jam lagi, tentunya setelah aku cek in dan memeriksa tiket penerbanganku ke Riau. Aku memesan satu gelas hot chocolate dan satu potong banana cake untuk mengisi perutku yang masih kososong karena tidak sempat makan dirumah. Aku duduk disudut yang lebih sepi dan memandangi orang-orang yang berlalu lalang.

Kringg... Kringgg.. kRINGGGG...

Aku dikagetkan dengan suara panggilan masuk dari ponselku sendiri. Oh ternyata tadi aku sempat melamun rupanya.

"Kamu kemana aja sih, lama banget ngangkat telephonenya. Aku udah didepan pintu gate, kamu dimana?" belum sempat aku menjawab disebrang sana sudah mengomel-ngomel ria. Tapi tunggu tadi Daniel bilang apa, pintu gate? Maksutnya Daniel sedang berada tak jauh dariku saat ini dan Daniel sedang berada di airport juga. Tapi bukannya aku pergi ke Riau bukan sama Daniel ya. Hening, hening yang cukup lama karena aku sibuk dengan pikiranku sendiri sampai terdengar suara deheman dari sebrang telephone.

"Saya sedang berada di café yang tak jauh dari gate 5. Bapak ngapain kesini?" "ya sudah tunggu disitu, aku kesana sekarang." dan lagi-lagi tanpa pengakhiran telephone yang baik dan selalu dimatikan secara sepihak.

Tak butuh waktu lama Daniel sudah berdiri dihadapanku yang sedang menikmati hangatnya hot chocolate yangku pesan. Dan tak butuh waktu lama juga Daniel menarik kursi didepanku lalu duduk sebelum aku persilahkan.

Dia dari perjodohanku dan jodohkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang