Happy reading :*
Mataku terbelalak, dahiku mengkerut dan mulutku terbuka lebar. Ini sangat tidak bisa dipercaya, sepagi ini sudah ada dua pria yang berdiri mematung didepan pintu kamar hotelku. Dan sebelumnya aku sudah disambut dengan kejutan yang membuatku tidak mengerti dengan semua yang telah terjadi sepagi ini denganku.
Aku menarik nafas sedalam-dalam mungkin, untuk mengisi paru-paruku dengan oksigen yang banyak. Aku tersenyum semanis mungkin kearah dua pria di hadapanku ini, mencoba menormalkan suasanya yang menurutku sedikit cangkung.
Sepertinya tidak ada yang mau memulai pembicaraan, jadinya aku berdeham untuk membersikan tenggorokanku yang tadinya sedikit susah bersuara.
"Selamat pagi bapak-bapak." Aku melirik jam tanganku sesaat. "Maaf sebelumnya apa kalian masih ingin berdiri disini? Kalau iya, saya permisi terlebih dahulu." Ujarku penuh dengan kesopanan dan senyum yang selaluku tampilkan.
Aku berjalan menuju lift dengan langkah selebar mungkin, tidak ingin memiliki masalah dengan mereka berdua disini. Tujuanku ke Riau hanya untuk mengecek kantor cabang dan tentunya menemani Daniel yang notabene adalah bosku.
Langkahku terhenti pas didepan pintu lift yang terbuka, ada dua tangan yang mencengkram dikedua sisi tanganku. Sesaat aku hanya menatap mereka tidak suka dengan perlakukan mereka saat ini. Aku melihat rahang Daniel yang mengeras dan matanya menyiratkan ketidak sukaan dengan Abby yang juga sedang memegang tanganku. Sedetik kemudian Daniel bedeham dengan kuat, dan Abby melepaskan cengkraman tangannya ditanganku.
"Anda siapa? Najwa kamu kenal dengan lelaki ini?" tanyanya dengan dahi yang mengkerut dan tatapan tajam ke arahku dan Abby bergantian.
"Aammmm. Ini ... aduh itu..." jawabku gugup.
"Najwa jawab pertanyaan saya buakn amm emm amm emm saja, apa kamu kenal dengan lelaki ini?" ulangnya dengan dingin. Aku menarik nafas sekali dan menatap Abby dengan senyum kecut.
"Ini Abby pak, saya bertemu dia tadi malam saat saya meminta izin untuk mencari makan disaat bapak sedang meeting." Aku mencoba menelan liurku susah payah. "Dan Abby, beliau adalah Bapak Daniel Suwandhi CEO kita yang berada dipusat." Lanjutku.
Aku hanya menundukan kepalaku lebih dalam lagi, tidak ingin rasanya melihat ekspresi mereka berdua saat ini. Setelah aku memperkenalkan mereka satu sama lain, yang aku tahu tidak ada seyum ataupun jabatan tangan yang untuk menghormati. Aku sendiri tidak mengerti kenapa Abby bisa berada dipenginapanku, ya tadi malam memang dia sempat bertanya selama aku berada di Riau aku menginap dimana dan aku dengan gampangnya memberikan nama hotel yang aku tinggali. Tapi ini sama sekali tidak ada dipikiranku kalau Abby akan datang ke hotel ini dan sepagi ini juga tanpa mengabariku terlebih dahulu. Akupun tidak mengerti dengan tingkah Daniel yang sangat berubah setelah melihat Abby yang seharusnya dia tidak usah bersikap aneh seperti itu.
Sedetik kemudian aku merasakan tanganku ada yang menarik dengan sangat kasar, rasanya sakit sekali di pergelangan tanganku semoga saja tidak sampai luka. Dan .. Abby, Abbylah yang menarik tanganku di depan Daniel yang seharusnya tidak dia lakukan sama sekali karena aku tahu Daniel akan melakukan apa saja yang dia tidak suka walaupun Daniel harus kehilangan pegawainya sekalipun.
Aku melihat wajah Daniel yang berubah-ubah mungkin dia shock atau marah atau entahlah, tapi yang bisa aku lihat rahangnya mengeras dan tangannya terkepal sangat kuat. Semoga saja tidak akan terjadi sesuatu yang dahsyat nanti.
Sesampainya di lobby hotel aku baru bisa melepaskan tanganku dalam cengkraman tangan Abby, dan hasilnya tanganku merah.
"Kamu apa-apaan sih, seharusnya kamu tuh engga ngelakuin itu." Dadaku naik turun sangat cepat mencoba mengontrol emosiku sedari tadi. "Asal kamu tau ya Abby. Pak Daniel akan melakukan apapun yang membuat beliau marah, mungkin termasuk beliau akan memecat kamu." Lanjutku panjang lebar dengan penuh emosi. Abby yang aku ceramahi malah hanya senyum-senyum geje, yang membuat aku semakin dongkol dengannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dia dari perjodohanku dan jodohku
RomantizmKita adalah dua anak manusia yang saling mencintai, sampai pada suatu saat orang tua kami tidak menyetujui hubungan kami walaupun mereka sama sekali belum mengenali pasangan anak-anak mereka. Tapi mereka tetap saja melancarkan perjodohan yang mereka...