Bab 6

8.8K 440 6
                                    

Semoga kalian suka. Happy reading :)

Disaat aku terbangun dari tidur cantikku, hari sudah menjelang malam dan gelap diseluruh ruanganku.

Hati ini merasa bersalah dengan apa yang aku lakukan tadi pagi dan ini seperti beban untukku, aku tidak suka memiliki rasa bersalah dengan sikapku sendiri.

Langkahku menuju dapur dan mengecek isi kulkas, lalu aku teringat pesan dokter bahwa pak Daniel harus banyak-banyak memakan makanan yang lebih sehat dan teratur. Pikiranku melayang kemana-mana dan itu membuatku memikirkan si bos es itu, apa dia sudah makan, apa dia suka makanan rumah sakit yang tidak ada rasanya dan sedang apa dia sekarang?

Tak butuh waktu lama aku segera memasak makanan yang mbk Pricilla pernah cerita bahwa itu adalah makanan kesukaan si bos dingin. Setelah selesai semuanya aku segera merapihkan diri dan juga berniat untuk membawakan selimut dan bantal yang mungkin akan membuatnya lebih nyaman.

Sesampainya diruangan si bos es itu, aku melihat dia sedang tertidur dengan tv yang masih menyala. Mukanya terlihat lebih baik dari kemarin dan nafasnya yang terdengar lebih teratur. Aku tidak enak hati untuk membangunkannya tapi aku melihat makanan yang diberikan rumah sakit masih utuh dan obatnya juga belum diminum. Pasti dia tidak bernafsu untuk memakannya atau males.

Aku mencoba mendekat dan meletakkan punggung tanganku kekeningnya untuk mengecek suhu tubuhnya yang ternyata sudah normal.

Dia menarik tanganku dan sepertinya dia sedang mengigau lagi.

“jangan tinggalkan aku lagi, aku mohon Wa.”

Dia menyebut ‘Wa’ itu mungkin bisa menjadi namaku karena namaku Najwa dan bisa dipanggil Wa tapi tidak mungkin itu aku. Bodohnya aku!.

“Najwa sayang nama ‘Wa’ itu banyak bukan cuma nama kamu tapi banyak contohnya Wanda, wardhani, wawa ataupun banyak lagi yang lain bukan kamu. Geer banget sih kamu.” Kataku sedikit kesal didalam hati dan mengutuk diriku ini yang kegeeran.

Tak lama kemudian aku dapat melepaskan tanganku dan mendengar suara perut yang kelaparan, tapi bukan dari aku karena aku sudah sangat kenyang. Lalu itu perut siapa? Aku melihat sekeliling dan ternya Daniel si bos es itu yang menimbulkan suara itu dan terbangun dari tidurnya dengan tatapan kaget juga sinis padaku.

“malam pak Daniel. Maaf kalau saya kesini lagi.” Ujarku takut dia marah.

“oh ya pak saya tadi sempat masak dan membawakan makanan yang masih hangat untuk bapak. Bapak mau makan sekarang?” tanyaku dengan berusaha tenang.

Tapi dia mencoba meraih bubur dari rumah sakit yang sudah dingin tapi aku berhasil menjauhkannya sebelum dia memegangnya.

“bapak mau apa? Bubur itu sudah dingin dan pasti sudah tidak enak untuk dimakan. Lebih baik bapak makan ini saja ya.” Ujarku kesal sambil menyodorkan tempat makan yang kubawa. Tapi tidak ada respon darinya sama sekali dan itu membuatku sangat kesal. ‘dasar keras kepala’ gerutuku gemas bercampur kesal.

Aku terpaksa duduk dikasur yang sama dengannya untuk memaksa dia makan dengan aku yang menyuapinya. Kalau malam ini dia tidak makan dia tidak akan bisa cepat sembuh dan tidak akan bisa tidur dengan nyenyak karena merasa lapar.

“ayo pak makan donk, memangnya bapak mau tinggal disini lebih lama? Kan tidak enak disini terus pak bosen.” Bujukku. Hanya hening yang menyelimuti ruangan ini, tanpa ada yangmemulai untuk bersuara.

“bisakah kamu tidak panggil saya bapak diluar jam kantor?” akhirnya tanyanya datar dan aku hanya terbengong kaku mendengarnya. Ingin sekali aku bertanya ‘kenapa’ tapi aku takut dia marah karena kalau dia marah sudah seperti singa kelaparan yang akan memakanku malam ini.

“baik pak.” Hanya deheman yang dia lakukan untuk menyadariku dengan kata-kataku tadi. “maaf maksut saya, baik.” Lanjutku.

“hanya baik saja tidak inginkah kamu memanggil namaku?” tanyanya dengan berusaha melihat wajahku yang tertunduk takut.

Berat sekali memanggil namanya. Walaupun sebenarnya kata-kata itu sudah berada di ujung tenggorokanku. Aku menelan ludah dan menarik nafas pelan. “baik Daniel.” Ujarku cepat dan hanya dibalas senyuman mematikan dari bibirnya yang seksi. ‘Apa seksi? Gila kamu wa, dia bosmu. Dia hanya menyuruhmu memanggil namanya dan itu bukan berarti lebih SPECIAL!.’ Pikirku bodoh.

Dia dari perjodohanku dan jodohkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang