Bab 5

9.1K 584 21
                                    

Sinar matahari pagi ini terlalu terik hingga memantulkannya cahayanya kedalam kamar. Tak lama aku terbangun walaupun mataku masih terpejam dan rasanya leher dan pinggangku sakit sekali. Langkahku gontai berjalan menuju sofa yang lumayan empuk, rasanya aku ingin kembali tidur disisa hari sabtu yang cerah ini.

Tak lama aku mendengar suara yang memanggilku tapi apa aku sedang bermimpi? Aku mendengar deheman yang lama-lama semakin kencang tapi mata ini susah sekali untuk dibuka. Sampai suara tinggi memanggil namaku. “NAJWA LATIF!” pangilnya berteriak.

Tapi aku masih tidak menghiraukan panggilan itu walaupun mataku sudah 30% terbuka dan hanya melihat sekeliling ruangan yang berwarna putih.

“Nakwa Latif.” Panggilnya lagi datar dan aku menoleh pada empunya suara.

Muka baru bangun tidurku sangat kacau ditambah muka kaget yang mulut dan mataku hampir bersamaan terbuka lebar.

“se.. selamat pagi pak.” Sapaku dengan muka memerah seperti tomat.

“sejak kapan kamu berada disini?” tanyanya sangat datar.

“dari kemarin karena bapak kemarin pingsan diparkiran mobi. Kata dokter bapak terlalu kecapekan jadi harus butuh istirahat.” Kataku.

Sempat keheningan melanda kami beberapa saat dan akhirnya aku memberanikan diri untuk bertanya untuk memberi tahukan keluarganya kalau dia sedang sakit.

“pak, bapak tidak ingin memberi tahukan orang tua atau keluarga yang lain kalau bapak sedang sakit? Mungkin saja mereka bisa menemani bapak disini.” Ujarku.

“tidak perlu. Kalau kau mau pulang, pulanglah aku bisa sendiri dan tidak mebutuhkan bantuanmu.” Katanya dengan sinis.

“Huft, kalau tidak ada aku kemarin mungkin kau sudah mati bodoh. Untung saja aku masih mau membantumu walaupun kadang kau menyebalkan sekali.” Gerutuku kesal dalam hati dan ingin sekali berteriak ditelinganya mengakatkan tidak tau terimakasih.

Aku bersiap-siap dengan tas yang tadi malam mbok nah bawakan dan tas kerjaku yang kemarin untuk pulang dan beristirahat dengan tenang. Tanpa ada yang akan mengganggu ataupun mencaci maki diriku.

“baiklah kalau begitu, saya permisi pak.” Kataku acuh.

Tak ada jawaban ataupun ucapan terimakasih dari mulutnya, sungguh terlalu! Manusia macam apa ini yang super duper menyebalkan.

Selama perjalanan pulang aku hanya mengerutu oleh sikap bos dinginku itu. Bukannya aku gila terimakasih tapi setidaknya beliau mengerti untuk itu, buat apa sekolah tinggi-tinggi untuk jadi bos tapi tidak pernah menghargai orang lain yang sudah membantu.

“aaaaaaaaaarrrrrrrrgggghhhhhhhhhhhh.” Teriakku sangat kesal sambil memukul stir didepanku.

“assalamualaikum, bundaaa, ayahhh.” Sapaku dari pintu masuk.

Sesampainya diruang keluarga aku sama sekali tidak melihat sosok bunda ataupun ayah, biasanyakan mereka suka bersantai-santai duduk diruang keluarga untuk menghabiskan sabtu sore.

“non sudah pulang?” Tanya mbok nah dari belakang.

“mbok, bunda sama ayah mana?” tanyaku balik tanpa menjawab pertanyaan darinya.

“oh, ibu sama bapak tadi pagi-pagi sekali pergi ke bandung diantar pak diman.”

“loh ko ga ada yang ngabarin Najwa mbok? Memangnya ada apa sampai bunda dan ayah harus kebandung?” kataku heran bercampur sedikit kesal.

“maaf non, mbok tidak tau karena ibu sama bapak tidak bilang apa-apa.” Katanya.

Langkahku menuju kamarku yang berada dilantai dua dengan gontai, terasa sangat lelah dan tidak memiliki energy sama sekali. Langkahku masuk kekamar mandi dan menyalakan air dengan suhu cukup hangat dibathtub untuk menghilangkan semua rasa yang ada dibadan dan pikiranku.

Selesai semua rutinitas mandiku yang memakan waktu cukup lama, dan akhirnya aku bisa merebahkan badanku dikasur untuk tidur cantik.

Yah, ga ada yang mau comment ataupun votes sampe 10 :'(. emangnya cerita aku engga menarik atau seru ya? maaf dach aku jugakan baru pemula ini juga karena iseng sebenernya, tapi aku bakalan seneng pake buanget kalo kalian mau comment dan vote cerita aku. comment dan vote kalian ituh, buat aku pelajaran jadi aku tau mana yang harus diubah dan yang lain-lain readers tercinta. tapi aku juga mau bilang makasih banyak yang udah udah mau nengok cerita aku dan yang mau vote juga, makasih banyak ya.

sayang kalian semua readers tercinta.

tifania :)

Dia dari perjodohanku dan jodohkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang