Bab 8

8.9K 513 16
                                    

Hhhheeeeeyyyyy semuanya :) sebelumnya saya mau minta maaf nih, udah lama banget kayanya ya saya ngga update 'dia dari perjodohanku dan jodohku'. Mohon pengertiannya ya lagi agak sibuk tapi semoga lanjutannya setelah ini lebih makin cepet dan lancar,amin.

Maaf kalau ceritanya makin geje dan banyak typo bersebaran dimana-mana ya. Saya cuma mengikuti imajinasi saya untuk membuat cerita ini. Kalau ada yang ngga suka ya ngga papa sih tapi saya berterimakasih untuk semua readers yang udah mau mampir dan meluangkan waktunya untuk membaca cerita imajinasi saya yang geje abis ini.

Selamat membaca readersku tercinta.

kisskiss dan hug dari saya :*

Seminggu sudah berlalu dengan sangat cepat. Mungkin karena aku yang disibukkan mengurus semua pekerjaan dan tentunya si bos es itu juga masuk dalam daftar kesibukkanku.

Penat, lelah dan pusing yang aku rasakan sekarang. Kalau tau begini rasanya lebih baik aku berkerja di perusahaan Ayahku sendiri. Tapi juga tidak semudah itu aku resign dari kantor inikan?

Sudah dua hari yang lalu Daniel diperbolehkan pulang. Dan hari ini dia sudah mulai kembali ke aktivitasnya. Tapi ini sudah jam 10 lebih, tidak ada batang hidungnya dikantor maupun diruangannya. Kemana dia sebenarnya?

Tak lama kemudian Daniel kelur dari lift dengan seorang wanita, yang sangat cantik berjalan disampingnya dan mereka berpegangan tangan. Entah kenapa hati ini merasa… sesak, tidak mungkin aku memiliki rasa padanya. ‘aaaa ini cuma perasaan aneh sesaat Najwa, ga mungkin kamu suka atau apalah iyu sama laki-laki yang sok segalanya dan dingin kaya es sama seorang wanita.’ Ucapku bodoh dalam hati.

Daniel hanya melewati mejaku tanpa berkata apapun, biasanya dia suka berhenti sebentar walaupun hanya untuk bertanya apa jadwalnya hari ini. Dan wanita disampingnya sempat melihatku dengan tatapan sinis seperti berkata ‘dia milik gue, jangan pernah lo berani deketin dia!’ ngapain juga aku deketin dia, engga banget kali ya.

 ---

Selama aku mulai sibuk bekerja, aku sudah jarang bertemu sahabatku Vita dan Dika. Dan siang ini aku berniat untuk makan siang bersama mereka.

Hi sahabatku tercinta. Apa kabar? Udah lama nih kita engga makan siang bareng, kalian sibuk engga? Kalo engga gue teraktir dach makan siang dicafe biasa ya.

Sender : Najwa manis.

Tak butuh waktu lama untuk menunggu balasan dari mereka, mata dan kuping mereka sangatlah jeli kalau sudah melihat atau mendengar kata ‘teraktir’.

Oi, kemana aja sih lo. Engga ada kabar sama sekali, pas ada udah mau neraktir aje. Udah kerja apa lo di perusahaan apa? Atau jangan-jangan lo nelen ludah lo sendiri balik ke kantor bokap lo cause no one want you work at their companies ya? Poor you Najwa manis. Tapi gue mau dach lunch sama lo, see you at the café.

Sender : Vita cablak.

Vita memang sahabatku dari SMA dan terkadang aku juga suka kesel sendiri kenapa aku ko bisa ya punya sahabat seperti dia. Anaknya cablak, sembrono dan kadang suka lupa. Bikin darah tinggi setiap ketemu sama dia.

Hi Wawa manis. Lo kemana aja sih? gue sama Vita ga akan pernah lengkap kalo ngga ada lo tau, tiba-tiba ilang terus muncul lagi. Boleh dach lunch bareng tapi benerkan lo yang traktir Wa? Gue tunggu lo di café jam makan siang.

Sender : Dika kece.

Tuhkan apa yang aku bilang, pasti mereka akan bilang iya buat lunch gratis. Aku kenal Dika lebih lama dari pada Vita, Dika tuh udah kaya kakakku sendiri mungkin karena kau anak tunggal jadi terkadang suka merasa kesepian. Dan Dikalah yang suka ada buat aku dikala aku sedih maupun senang.

Jam makan siang tinggal 30 menit lagi, tapi Daniel dan wanita tadi juga belum keluar dari ruangan Daniel. Sebenarnya apa sih yang mereka lakukan didalam? Kalau mau yang tidak-tidak seharusnya jangan dikantor, memang tidak malu dengan semua pegawainya.

Saatnya makan siang dan aku merapihkan meja kerjaku, sebelum aku pergi bertemu dengan sahabtaku. Aku tidak berniat untuk mengetuk pintu Daniel karena takut menggangu mereka, dan hanya aku tinggalkan pesan diatas meja kerjaku dengan kertas dan tulisan yang kumayan besar.

MAAF PAK, JIKA BAPAK INGIN MAKAN SIANG DIKANTOR BAPAK BISA MINTA TOLONG SAMA PAK BAGIO. SAYA SEDANG ADA URUSAN PRIBADI DILUAR KANTO. TRIMAKASIH.

NAJWA LATIF.

Aku tidak butuh waktu berjam-jam untuk menempuh perjalanan dari kantorku ke café yangku tuju, jaraknya cukuplah dekat jika tidak macet.

Sesampainya di café, aku dapat melihat dua sosok yang sedang berbincang-bincang dengan santai dimeja yang selalu menjadi tempat favorite kami bertiga.

“hi, sudah lama menunggu?” tanyaku, seraya menarik kursi di hadapan mereka.

“tidak. Tidak salah lagi maksutnya.” Sahut Vita jengkel tapi tetap memberikanku senyuman cantik dan pelukan tanda kerinduannya padaku.

“maaf, maaf.” Kataku. Seorang waitress menghampiri meja kami dan setelah mencatat pesana kami waitress itu pergi meninggalkan meja kami.

Selama kami menyantap makan siang yang penuh dengan cerita-cerita tenatang kesibukan kita setelah bekerja. Terutama aku, mereka sangat ingin tau apa kegiatan dan kesibukanku selama mendapatkan pekerjaan sebagai sekertaris. Tak henti-hentinya mereka menanyakan, apakah bosku ini sangat tampan, baik hati dan lain-lain. Terutama Vita yang sangat ingin tau apakah bosku ini masih lajang atau tidak. Rasanya seperti diintrogasi oleh seorang polisi cantik dadakan yang seharusnya tidak menanyakan hal-hal itu.

Aku melihat jam tanganku. Aku sangat terkejut saat melihat jam pendek pada jam tanganku, sudah jam satu lebih dan jam makan siangku sudah habis beberapa menit yang lalu.

“aduh, gawat!” seruku bingung.

“kenapa?” Tanya Vita dan Dika bersamaan.

“aku sudah sangat telat. Aku harus balik ke kantor sekarang.” Kataku dengan mengambil tas dan beranjak meninggalkan mereka yang sedang senyum-senyum.

“makannya, enakkan juga kerja dikantor sendiri. Ga perlu terburu-buru seperti dikejar setan gini.” Gerutu Vita dengan melihatku sebel.

“aku ngga ada waktu bedebat sama kalian sekarang. Aku duluannya.” Kataku seraya berlari kecil menuju parkiran.

Perasaanku sedikit tidak enak, sangat takut jika Daniel memergokiku kembali ke kantor sangat sangat telat.

Semua mata melirikku seperti berkata ‘kemana saja kau? gawat ada yang akan marah besar hari ini.’  Tatapan mereka membuat perasaanku campur aduk sekarang.

Mataku terpejam dan melantunan semua doa yang kuhapal dalam hati. Pintu lift terbuka tapi mataku masih terpejam dan melangkahkan kakiku keluar dari lift. Tapi aku menubruk sesuatu, entah apa itu dan aku merasa enggan membuka mataku saat ini.

“aagghhhmmm.” Deheman itu memaksaku untuk membuka mataku dengan cepat.

Please kasih comment ataupun votesnya ya. Dengan votes dan comment dari kalian para readers, itu bisa membuat saya semakin bersemangat untuk melanjutkan ceritanya, walaupun geje banget sih. hehe.

Dia dari perjodohanku dan jodohkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang