Bab 16

6.9K 275 16
                                    


Maaf ya baru bisa update lagi, jangan marah dan jangan boson-bosan untuk menunggu kelanjutan ceritanya... enjoy the story peps, love xxx

HAPPY READING..

"KALIAAAANNN..."

Mereka yang sedang beradu otot, terperanga melihat ke arahku yang masih berdiri diatas meja receptionis. Yang kulihat saat ini adalah wajah yang penuh dengan noda merah dan biru yang menghiasi wajah tampan mereka.

Aku melangkah turun dari atas meja, dan melangkah menuju dua orang pria yang masih dengan pose ingin memukul satu dengan yang lain. Walaupun masih banyak orang-orang yang berlalu lalang di lobby, aku merasa kesunyian lebih mendominasi di sekelilingku saat ini.

Tatapan yang mereka berikan saat ini penuh dengan penyesalan, tetapi aku tidak peduli dan aku akan tetap meminta penjelasan dari mereka berdua.

"Ikut dengan saya. S E K A R A N G!" Ujarku dengan penekanan pada kata-kata yang ku ucapkan pada mereka. Aku tau posisiku disini hanyalah sekertaris yang sedang bertugas membantu segala sesuatunya untuk Daniel bos es batuku ini, tetapi dengan tingkah Daniel yang notabene adalah pemilik perusahaan cabang di Riau sangat amat memalukan. Apa lagi Daniel beradu otot dengan bawahannya, bawahannya yang tidak sepenuhnya dia kenal seperti para pegawainya di Jakarta.

Aku tidak terlalu tahu banyak ruangan di kantor ini, jadi aku membawa mereka berdua ke ruangannya Daniel.

"Duduk." Sebenarnya aku sendiri tidak enak hati berlaku seperti ini kepada mereka tetapi tingkah mereka membuatku sendiri marah.

"Kalian tunggu disini sebentar, saya akan mengambilkan kotak obat." Kataku dan langsung melangkah keluar tetapi sebelumnya aku harus mengingatkan mereka sesuatu "Jaga jarak dan jangan melakukan hal bodoh LAGI." Lanjutku dan keluar.

---

Selama mengobati luka-luka di wajah Daniel dan Abby dengan bergantian, tidak ada komentar sedikitpun dari mulut mereka. Apa dua pria didepanku ini tidak memiliki rasa sakit sedikitpun, sampai-sampai tidak ada sedikitpun teriakan atau ringisan kesakitan dari mereka. Tapi hanya matanya saja yang merem melek dari tadi, mungkin dua pria ini merasa sakit tapi malu untuk mengakuinya. Dasar laki-laki.

Setelah selesai mengobati mereka aku siap memberikan dan mendengarkan segala sesuatunya yang akan mereka katakan padaku.

"Jadi apa kalian mau cerita, apa yang sebenarnya terjadi?" tanyaku. Tetapi hampir sepuluh menit juga belum ada yang mau membuka suara untuk menjelaskan semuanya kepadaku.

Aku berdehem untuk menghilangkan kesunyian di rungan ini.

"Jadi, Bapak Daniel dan Bapak Abby tidak adakah dari kalian yang ingin menjelaskan sesuatu kepada saya?" tanyaku sekali lagi, tetapi tetap tidak ada jawaban. Dan aku memutuskan kembali kemeja kerjaku dan menyelesaikan tugasku dari pada menunggu dua pria itu menjelaskan sesuatu padaku.

Tetapi sebelum tanganku sempat menyentuk handle pintu, ada suara baritone yang serak menggoda iman memanggil namaku.

"Najwa.. aku yang akan menjelaskan semuanya padamu." Kata Abby yang berhasil membuatku kembali duduk di sofa ruangan Daniel. Aku melihat wajah Daniel yang penuh dengan luka memar memberikan tatapan yang sulit aku tebak saat ini, sebenarnya ada apa dengan dua lelaki ini. Apa yang mereka permasalahkan sampai-sampai bertindak seperti ini, ya Tuhan?

Keheningan kembali menyelimuti ruangan ini, Abby yang katanya tadi ingin menjelaskan juga tidak sedikitpun mengeluarkan suaranya. Aku sudah mulai bosan dengan suasana ini, tapi entah mengapa aku sangat ingin tahu alasan mereka untuk beradu kekuatan tadi. Semoga saja tidak ada sangkut pautnya denganku, bukannya ke pedean tapi kalau sampai ada akan lebih runyam lagi permasalahannya. Aku bekerja di kantor Daniel bukan untuk mencari masalah hanya ingin mencari pengalaman di kantor orang lain sebelum aku akan memegang utuh usaha ayah.

Dia dari perjodohanku dan jodohkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang