Dua hari pun berlalu sejak hari pertama Alexia dan Devan berada di hutan para Pixie, dan sejak hari itu juga mereka berburu dan kembali dikejar oleh beberapa makhluk lainnya. Beruntunglah mereka tidak menemui para Minotaur itu kembali.
Perjalanan mereka beberapa kali terhambat, dikarenakan beberapa kali mereka menemui jalan buntu dan beralih menuju jalan lainnya.
Namun sekarang, mereka mulai mendekati lokasi inti mana tersebut. Diperkirakan esok mereka akan sampai disana.
Sejujurnya Devan dan Alexia sedikit terheran, lantaran mereka tidak banyak menemukan hewan buas seperti yang diperkirakan.
Hanya hewan kecil seperti kelinci dan ikan yang bisa mereka dapatkan, sehingga dalam tiga hari ini mereka terus memasak kedua hewan itu.
Beruntunglah Devan memiliki kemampuan dalam memanah dan Alexia yang bisa menggunakan tombak juga pedangnya --setelah dilatih kembali oleh Eros-- sehingga mereka dapat berburu dengan mudah.
Lokasi mereka sekarang berada di pedalaman hutan, pepohonan memenuhi seluruh tempat ini. Bahkan cahaya matahari pun tidak mengenai mereka, menyebabkan minimnya cahaya disini.
Namun, sinar yang dipancarkan dari para Pixie sangat membantu mereka dalam mencari jalan menuju lokasi tempat inti mana berasal.
Dalam perjalanan mereka, sejujurnya Alexia sudah merasakan firasat buruk hari ini. Lantaran dalam dua hari ini sangat tenang, hanya terhambat di hari pertama dan kedua saja, tidak mungkin akan semulus ini bukan?
Lamunan Alexia terpecah saat ia mendengar suara.. Tapak kaki?
ROAR!!
Devan dan Alexia terkejut saat mendengar suara auman di belakang mereka, sontak mereka menoleh dan kembali terkejut saat melihat tiga Minotaur yang ditemui mereka beberapa hari yang lalu kembali muncul dengan membawa kapak besar mereka.
Sontak keduanya langsung berlari, Devan mengambil tiga anak panah lalu ditaruh nya sihir api pada anak-anak panah itu. Sementara Alexia mengaktifkan sihirnya untuk menghambat pergerakan ketiga Minotaur itu.
Para Pixie segera menghindar dan terbang tidak tentu arah, cahaya yang mereka keluarkan ketika panik akan semakin besar, sehingga mempermudah Alexia dan Devan dalam pelarian mereka.
Sekuat apapun mereka, mereka tidak bisa melawan Minotaur-Minotaur itu sekarang, karena tubuh dan kekuatan mereka jauh lebih besar.
"Ck, sial! Padahal sedikit lagi kita akan sampai ke tempat inti mana berasal, tetapi para Minotaur itu sungguh menghambat kita!" umpat Devan kesal. Semakin mereka berlari, semakin jauh pula mereka sampai sebab mereka berlari menuju arah yang berlawanan dari koordinat.
Bak sedang dirasuki, para Minotaur itu semakin gencar mengejar kedua anak remaja itu. Tubuh mereka terlihat sedikit membesar dengan mata yang memerah, kapak besar yang dipegang terlihat sangat tajam dan terlihat dapat memotong kepala dalam sekali tebasan.
Manik hitam sang gadis kembali menyusuri seisi hutan, dahan-dahan pohon di hutan ini cukup tebal dan sepertinya sangat kokoh.
"Devan, aku mempunyai ide."
"Ide apa?" ucapnya yang masih sibuk menyerang para Minotaur. Walaupun beberapa kali mereka terhenti karena serangan darinya beserta kombinasi dengan sihir pembeku Alexia, namun saat efeknya sudah menghilang, mereka masih dapat mengejar dengan mudah.
"Dalam hitungan ketiga, tutup matamu." ujarnya dengan tatapan yang masih terfokus ke depan.
Devan hanya mengangguk saja, apapun ide dari sepupunya ini pasti akan berhasil. Ia tahu, Alexia bukan orang yang akan melakukan sesuatu tanpa berpikir terlebih dahulu.
KAMU SEDANG MEMBACA
I WILL CHOOSE MY OWN FATE
Fantasy[Aku saranin untuk follow akunku untuk mendapatkan info setiap update!] [Discontinued] [Kingdom series #1] Cinta, kasih sayang, dan pengkhianatan sudah pernah dirasakan oleh gadis ini. Alexia Ambrosius, itulah nama dari gadis itu. Gadis yang mendap...