Twenty Three

208 43 6
                                    

Wushhh!

Deruan mobil yang melaju kencang melewati puing-puing kota. Kemampuan mengemudi orang-orang ini sudah termasuk kedalam kaum elit.

Ada dua mobil yang melaju dan salah satunya Shoyo sedang duduk dengan bosan.

Mereka harusnya sudah mau sampai, tapi karena jembatan di salah satu jalan putus terpaksalah mereka harus memutar balik dan memilih untuk menempuh jalan 2 kali lebih jauh dari yang sebelumnya.

Dan sekarang Shoyo benar-benar bosan, dunia tanpa sihir sangat merepotkan. Shoyo sempat berfikir untuk meneleportkan dua mobil ini diam-diam supaya mempercepat perjalanan.

Tapi tidak bisa, jadi Shoyo hanya membersihkan sepanjang jalan dari puing-puing yang mengganggu saja. Memangnya siapa yang membuat perjalanan ini lepas dari guncangan hanya dengan mengandalkan kemampuan mengemudi mereka.

Biarpun mereka sangat jago mengemudipun jika mobil tidak bisa lewat kan percuma.

Untungnya kapasitas sihir Shoyo tidak terbatas, mengeluarkan sihir berjam-jam tanpa henti belum tentu semua penyihir bisa.

Tobio melihat Shoyo yang melamun memandang keluar jendela dan tidak menghentikannya. Karena dia dari masa depan dia tahu beberapa kemampuan Shoyo. Dia tidak terlalu mengerti apa sebenarnya kemampuan Shoyo itu, tapi dia memilih untuk tidak bertanya. Kakaknya butuh privasi dia mengerti itu.

Yang Tobio suka ketika Shoyo menggunakan kemampuannya itu salah satunya ada pada ujung-ujung rambut Shoyo yang akan berkilauan memunculkan warna-warna jingga, sangat cantik. Sedangkan matanya terus-terusan berpendar cahaya kedap-kedip dengan warna senada.

Penampilannya dua kali lipat bertambah cantik.

Tanpa sadar Tobio sudah menatap Shoyo lama tanpa mengalihkan atau mengedipkan matanya. Shoyo yang ditatap risih juga tapi tidak menghentikannya. Dia selalu suka diperhatikan, terutama oleh orang yang di sayanginya.

Mobil berhenti di salah satu jalan yang sepi dan belum di penuhi banyak zombie. Lebih banyak zombie belum ber level dibandingkan zombie level 1 atau 2 yang sering di jumpai di jalanan.

Manusia sulit menaikkan tingkatan levelnya begitupun dengan zombie-zombie ini, tapi mereka hanya membutuhkan lebih banyak waktu untuk berevolusi. Berbanding terbalik dengan manusia yang membutuhkan usaha dan kerja keras mengumpulkan batu kristal dan mengubahnya menjadi kekuatan untuk menaikkan level.

Sedangkan untuk berevolusi mendapatkan kekuatan, sudah di katakan sebelumnya tidak semua orang bisa melakukannya.

Pertama yang keluar dari mobil adalah pasukan kecil dari militer yang berseragam lengkap dengan senjata-senjata berat di tangan mereka.

Untuk zombie tingkat rendah ini cukup untuk membunuh mereka, asalkan menembaknya tepat di leher atau salah satu bagian kepala zombie.

Dan mereka sudah pada tingkat ahli dan mahir, Shoyo berdecak dalam hatinya. Tentara bimbingan kakak-kakaknya ini boleh juga.

Setelah menumpaskan zombie-zombie yang berada di sekeliling mereka secara terstruktur menjelajahi sekitar. Sekira aman barulah teman-teman Shoyo diizinkan untuk keluar lapangan.

Bukan karena alasan ingin memanjakan atau apa, itu karena mereka hanya tidak ingin mengambil resiko yang bisa mengambil nyawa siapa saja.

Di akhir zaman ini ceroboh sedikit saja bisa berakibat fatal. Dan tentu tim yang di kepala'i oleh Tobio ini cukup berpengalaman, dan tentunya dengan bantuan Tobio sebagai kepala seharusnya sudah cukup.

Kembali ke Shoyo, dia seperti tidak ada beban melengos masuk ke mana-mana tanpa penjagaan ataupun membawa senjata apa saja di tangannya.

Jangankan senjata, tangannya sedari tadi belum keluar dari saku hoddienya. Sikap ini harusnya dikritik keras sangat ceroboh.

MIRAI NO HITOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang