Part 2

7 1 0
                                    

Sembilan tahun kemudian.

"Okeee... Balik lagi bareng aku di Gudang Lagu siang hari ini. Kita lanjut ke request- an berikutnya; 'Siang Kak Asha-- siang juga buat kamu-- aku Anto di Jeruju mau pesan lagu Westlife : Hello My Love . Buat kakak jangan lupa makan siang...,"

Seorang pria muda sedang duduk di lobi sebuah stasiun radio swasta dengan tampang datar. Dengan pakaian formal, dia mencoba fokus pada ponselnya tapi gagal. Kentara sekali dia gelisah sekaligus kesal. Dia selalu melirik arloji di pergelangan tangan kirinya, tanda bahwa dia sedang diburu waktu atau sudah dibiarkan menunggu lama entah oleh siapa. Untuk ke sekian kalinya pria itu berdecak pelan. Tanpa diduga dia bergumam pelan

"Admin sialan!" desisnya.

Waduh, keren-keren tapi lidahnya kasar juga.

Lagi-lagi pria muda itu mengeluarkan ponselnya hanya sebatas buka kunci, geser-geser fitur, lalu dimatikan kembali. Kakinya yang bersepatu pantofel mengetuk-ngetuk lantai ubin. Masih dengan kekesalan, akhirnya dia berdiri. Memutuskan untuk meminta bantuan announcer yang sedang siaran di ruang kaca pas di seberangnya untuk memanggil Pria Admin Radio yang tadi meninggalkannya di lobi.

Disangkanya aku nggak ada kerjaan lain apa, gerutunya dalam hati.

Pria itu mendekati ruang kaca, memerhatikan si penyiar perempuan dengan rambut hitam digelung rapi dan telinganya ditutup headphone sedang berceloteh pada mikrofon di depannya. Karena Penyiar itu posisinya menyamping dari posisi berdiri Si Pria Muda, dan sudah jelas Penyiar itu tidak akan menyadari orang yang akan menghampirinya, maka satu-satunya jalan pria itu harus memutar 90° agar tepat di depan ruang kaca untuk kemudian melambai meminta perhatian.

Bari setengah jalan, pria itu berhenti seketika. Pria itu menatap penyiar yang masih berceloteh dengan intens. Ia ingin memastikan penglihatannya saat ini. Pria itu melepas kacamatanya-- yang digunakan hanya untuk memberi kesan intelek profesional-- lalu kembali menatap penyiar itu.

"... Makasih kembali buat Fani yang udah bergabung siang hari ini. Baiklah, Swara Listeners, udah dapat lima lagu dan bakal ku putar dulu. Asha akan balik lagi dengan request selanjutnya, jadi stay tune at Swara FM, Inspiring your day! "

Suara Si Penyiar yang keluar lewat radio sampel memenuhi ruangan studio. Pria itu masih terpaku. Ditambah suara yang tadi singgah di kupingnya menambah kesan seolah penyiar itu berbicara pas di hadapannya. Face to face.

Apa dia orang yang sama? Apa dia...

"Pak Geraldi Prayudha? Mohon maaf sudah menunggu," sekonyong-konyong Pria Admin Radio datang mengejutkan Gery dari terpana sesaat. Gery menoleh ke asal suara, mendapati Pria Admin Radio itu menunduk sedikit dengan raut wajah menyesal. Niat awal Gery ingin menegur keras tak jadi dilaksanakan karena entah ke mana perasaan kesal itu menguap.

"Baik, tak masalah." sahut Gery penuh wibawa.

"Mari saya antar anda kepada manager marketing kami." kata Pria Admin Radio seraya mengulurkan sebelah tangan ke arah jalan yang akan ditunjukkan. Gery mengikuti dari belakang.

"Siapa announcer yang sedang on air itu?" tanya Gery mengungkapkan rasa penasarannya lalu buru-buru menambahkan "Suaranya...pas. Easy listening "

Pria Admin Radio itu mengangguk dan tersenyum bangga.

"Kami biasa menyapanya 'Asha'. Itulah nama profesionalnya. Salah satu yang terbaik di stasiun ini."

Gery bergumam sesuatu seperti paham padahal tanpa Pria Admin sadari, Gery mengerutkan dahi.

Sementara di ruang siaran, Asha termangu setelah sekilas melihat sosok yang masuk kantor stasiun radio. Pikirannya berusaha melayang ke masa di belakang. Berusaha mengenali siapa pria berpenampilan eksekutif itu. Asha yakin orang itu asing. Namun mengapa dia seperti pernah bertemu pria itu?

Coretan Melodi - The Love Playlist Volume 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang