Delapan bulan Gery dan Arini berkencan.
Si General Manager tampan itu sedang memelototi laporan yang berisi grafik perkembangan perusahaan selama enam bulan belakangan di balik meja kerjanya. Diperhatikan kontur garis yang beranjak naik dari bulan ke bulan dengan perasaan miris. Bukan karena kenaikan itu tidak sesuai targetnya-- lebih malah-- tapi ia merasa grafik di atas kertas itu seolah memperoloknya. Mengejek perkembangan hubungan serius si pemegang kertas.
Dua hari sejak kejadian di baseman parkir mal, Gery belum bertemu Arini secara langsung. Kemarin sore, sepulang kantor, ia sempat menuju kost Arini dan yang didapatnya hanya anak perempuan induk semang yang mengatakan bahwa Arini sudah pergi, ada urusan, dengan nada suara yang diulur-ulur-- jelas untuk menarik perhatian Gery. Sebelum itu, Arini juga mengirimkan pesan agar Gery tidak perlu repot-repot menjemputnya pulang siaran malam. Sungguh, Gery tidak bisa apa-apa-- paling tidak saat ini. Diibaratkan grafik yang barusan ia pelajari, mungkin hubungan mereka bisa dikatakan turun drastis. Garis yang terbentuk itu terjun bebas. Mau tidak mau, ia harus menyadari bahwa hubungan mereka menggantung.
Gery hanya bisa mendengar suara perempuan itu dari radio ponselnya. Suatu kali, ia pernah tergoda untuk datang ke studio. Namun akhirnya urung.
Arini perlu waktu untuk sendirian. Tidak mungkin kan ia mengacaukannya dengan selalu muncul di hadapan perempuan itu. Alih-alih Arini bisa tambah jengah. Bukan perbaikan yang didapat, justru akhir yang akan datang lebih cepat.
Gery meletakkan kembali berkas itu di meja lalu mengenyakkan punggungnya ke kursi kerja. Pikirannya melayang ke masa-masa yang dilewatinya bersama Arini. Senyum itu hadir di bibirnya. Setidaknya ia bersyukur bahwa Tuhan sudah berbaik hati mengizinkannya untuk dekat dengan gadis yang sudah lama disukainya. Dengan usaha dan tekad pantang menyerah, Gery berhasil meyakinkan Arini dan membuatnya bisa membalas cinta pria itu. Apa salahnya berusaha sedikit lagi? Sembilan tahun waktu membunuh jarak di antara mereka jauh lebih panjang dari waktu yang ia punya selama ini. Sedikit usaha lagi untuk membuat Arini percaya padanya, membuat Arini melihat lagi kesungguhannya dan membuat Arini sadar bahwa perempuan itu punya ia yang selalu ada.
Menerima masa lalu itu susah. Apalagi jika dilakukan sendirian. Itulah gunanya Gery, untuk memahaminya sekali lagi. Ia tahu, hanya ia yang bisa membantu Arini. Dan ia tahu, hanya Arini yang cocok untuknya. Cara perempuan itu memperlakukannya, cara perempuan itu mencintainya, tawanya, tingkahnya, dan visi masa depannya. Mungkin Gery akan memberi waktu dua minggu untuk Arini sendirian. Setelah itu ia akan hadir membantu menyembuhkan luka lama.
Pintu ruangan Gery yang diketuk dari luar membuyarkan lamunannya. Setelah mempersilakan masuk, sekretarisnya muncul melaporkan bahwa rapat evaluasi akan dimulai lima belas menit lagi.
"Mungkin ada lagi yang bisa saya siapkan?" suara empuk sekretaris itu terdengar formal. Gery hanya menggeleng lalu bangkit dari kursinya. Ia meraup laptop kemudian keluar dari lindungan meja kerjanya. Sekretaris sudah kembali ke meja kerja meninggalkan Gery sendirian menepis debu yang tidak tampak di dasinya. Pandangannya terarah ke dinding sebelah kanannya, mematri wajah Arini yang berkantor sejauh lima puluh meter dari tempatnya berdiri sekarang.
****
" 'onatnya huenak hila'," maksudnya "donatnya enak gila," . Begitulah bunyi yang dihasilkan oleh Arya yang sedang mengunyah potongan besar donat di mulutnya. Arini yang duduk dihadapannya menyipitkan mata, bingung. Konsentrasinya membaca kartu ucapan di tangannya terpecah oleh grasak-grusuk partner siarannya yang seperti orang yang baru bertemu donat untuk pertama kali sepanjang hidupnya.
" Filangin facarmuh yang hanteng itu, fima 'ahih," lanjut Arya, merasa tidak perlu ditelan lebih dulu dan dengan entengnya malah menyeruput kopi.

KAMU SEDANG MEMBACA
Coretan Melodi - The Love Playlist Volume 2
Short StorySelamat datang dan selamat 'mendengarkan' lagu-lagu cinta pilihan penulis dalam Coretan Melodi - The Love Playlist. Meresapi denting instrumen dan makna lirik dalam cerita di kehidupan. *** Sélene Aditya nyaris tidak mau pulang ke kota asalnya--ji...