Part 7

5 1 0
                                    

Dalam hidup, mungkin ada orang yang harus melewati tiga fase. Entah akan membawa mereka naik atau terjerembab dalam diri sendiri.
Fase pertama, selalu menjadi apa adanya.
Fase kedua, mencoba tetap berdiri kokoh di antara samudra yang terombang-ambing.
Fase ketiga, tiba-tiba saja mengambil jalan yang berbeda dari pribadinya.
Ada yang persis ataupun terbalik.

Setiap orang tidak selalu memilki kelapangan hati untuk merengkuh sisa-sisa ingatan di kepala. Pertanyaan yang sama: mengapa kebencian itu harus dibakar habis?

*

Gery pikir percakapan emosional tempo hari adalah final dari semua cerita pahit yang Arini simpan lama dan dinding pertahanan yang selama ini dia bangun. Gery kira, dinding-dinding itu sudah hancur dan menyisakan ruang bagi Gery untuk lebih leluasa menyembuhkan Arini. Berdamai dengan masa lalu. Sialnya, Gery keliru. Masih ada pertahanan terakhir yang amat rumit. Kompleks. Mungkin akar dari rasa sakit yang Arini alami di masa lalu.

Sebuah rumah dua tingkat di salah satu perumahan kelas menengah sudah disulap menjadi tempat resepsi pernikahan. Apik sekali. Ternyata itu acara resepsi pernikahan Kiki dan Chika. Halaman lumayan luas itu dibuat sebagai tempat perjamuan tamu dan panggung musik. Penuh dekorasi di tenda, taman bunga, dan ada air mancur kecil pula di tengah-tengah halaman.

Gery dan Arini melintasi halaman menuju pintu masuk rumah. Tempat pengantin bersanding di pelaminan. Mereka berdua tampak serasi dengan pakaian nuansa biru. Tangan kanan Arini memegang lengan Gery di sampingnya. Melihat langkah mereka yang berdampingan sambil bertukar ekspresi cerah membuat kita bingung juga, sebenarnya yang jadi mempelai berbahagia itu siapa sih ?

"Akhirnya! Jadi juga kalian nikah ya?" kata Gery begitu ia sampai di singgasana Raja dan Ratu Sehari ini, mengucapkan selamat.

Kiki nyengir lebar-- dahsyat juga efek pernikahan bagi Kiki yang dikenal senyum saja pelit-- menyambut uluran tangan Gery.

"Harus, bro . Kalo nggak aku bisa gila. Yang ada aku bakal culik istri -ku ini, bawa ke KUA." timpal Kiki menunjuk Chika di sampingnya yang sedang meringis.

Arini menyusul memberi selamat kepada Pengantin Baru. Chika tampak takjub dengan kehadiran temannya bersama Gery. Beranggapan kalau kebahagiaannya menular pada kejutan yang diperolehnya. Kiki tersenyum penuh arti ke arah Gery. Sejenak mereka berfoto bersama untuk dua kali kesempatan. Kemudian Chika mencium pipi Arini bahagia lalu berkata

"Kalian jangan lupa nyusul kami, oke? Nyusul nikahnya."

Gery terkekeh senang sembari merangkul pinggang wanita di sebelahnya yang justru terpaku dengan senyum kikuk. Kemudian Gery membimbing Arini keluar, pulang ke rumah. Baru saat mereka sampai di gerbang rumah tempat resepsi itu, Gery sadar kalau Arini diam sedari tadi.

"Hei, Yang," tegur Gery penasaran. Pria itu mendapati ekspresi wajah Arini tampak... kosong.

" Babe, kenapa?" tegur Gery lagi. Kali ini perempuan itu bereaksi, sadar dari trans-nya.

"Eeh... Maaf," sahut Arini pelan.

"Kamu kaget ya denger Chika nyuruh kita supaya nyusul mereka ke pernikahan?" tanya Gery mengonfirmasi. Anehnya Arini sedetik tampak membelalak sebelum akhirnya dia terkekeh. Kaku. Gery tersenyum lalu merangkul bahu perempuan itu.

"Chika cuma bercanda kok, Yang. Khas pengantin baru. Nggak perlu kaget gitu. Kecuali kalo aku ngelamar kamu baru boleh kamu kaget. Tapi nggak, nggak sekarang. Baru jalan tiga bulan kan? Suatu saat kita pasti nyusul mereka, saat kamu jawab 'iya' dengan mantap." kata Gery sambil menaikkan sebelah alisnya menggoda. Arini masih menyuarakan tawa pelannya yang sumbang.

Coretan Melodi - The Love Playlist Volume 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang