2. Monas

6.4K 585 29
                                    

Dukung author dengan vote 🥺 terimakasih

Author Point of view

Rombongan Bekantan berangkat dari Purwakarta ke Monumen Nasional jam empat sore dengan estimasi dua jam sampai di tujuan pertama mereka Monas.

Tetapi karena kebanyakan transit, anak-anak lutung ini sering terdesak pipis di pom bensin maka perjalanan mereka terhambat. Apalagi si Chiko ini setiap pom bensin dia pipisin, banyak banget pengeluarannya. Untungnya karena perjalanan menggunakan tol jadi tidak ada yang mabuk darat. Kecuali Angelina yang udah kobam di awal.

Pak Gandi yang gagah memimpin rombongan di depan.

"Saya ingatkan lagi jaga nama baik sekolah, jangan bertindak aneh-aneh, kita di Monas. Kita kumpul lagi jam sepuluh malam. Aktifkan hp kalian semua, jalan berkelompok jangan sendiri. Kalau kalian hilang saya yang repot," Pak Gandi di setiap kata ada penekanan gak ada lembut- lembutnya emang sama XI IPS 2 bawaannya urat melulu. Iya soalnya dia lagi mengasuh anak-anak Lucifer sih jadi perlu dikerasin. Dinasehatin juga mereka pada bebal semua terutama Chiko.

Satu persatu siswa turun dari bus. Mereka iya-iya saja dengan wejangan si bapak. Entah didengerin apa enggak yang penting iya aja dulu asal bapak senang. Namun ketika Chiko hendak turun dia ditahan Pak Gandi, "Tolong Ko, tolong inimah-

"Shuuuut-" Chiko menempelkan jari telunjuk ke bibir Pak Wakel. Gak ada sopan-sopannya.

"Cukup mas, aku udah ngerti kok mas," begitu Pak Gandi melotot Chiko melepaskan jarinya.

"Jadi manusia sekali ini aja Ko, kita lagi di kota orang. Jangan buat ribut ya, nanti kalo sampe Purwakarta kamu gak ribut saya kasih sepeda gunung deh," Pak Gandi memelas dia teringat apa yang dilakukan Chiko saat malam perkemahan. Anak Dajjal ini hampir membakar 5 tenda saat tengah malam mereka semua tidur nyenyak. Cekikikan seperti setan tidak berdosa. Dia bilang ngetes minyak tanah.

"Kulkas sama TV aja gimana?"

Urat-urat Pak Gandhi langsung keluar. Memang si Chiko ini dikasih hati meminta jantung.

"Sabar Pak jadi orang mah, sabar.. sabar.. orang sabar apa?"

"Apa?" tanya Pak Gandi tidak mengerti.

"Pantatnya lebar," aokwokwokwok Chiko langsung kabur mau digeplak pake botol Aqua. Tetapi baru lima langkah dia ditarik lagi ke dalam mobil. Anak-anak asuhnya diluar mulai 'sus' ini kenapa lama banget jangan-jangan Pak Gandi pacaran sama si Chiko di mobil. Soalnya Tom Jerry melulu sih, bisa kan benci jadi cinta.

"Dengerin, awas aja kamu kalo kencing di rumput, pipis di toilet sana. Kamu tuh omega, yang anggun sedikit kenapa sih Ko, jangan petakilan melulu," Chiko lagi diomelin malah korek-korek telinga. Dia benci nih kalo bahasnya udah pake omega-omega begini. Mentang-mentang dia omega harus duduk manis menurut gitu? Enggak deh.

"Iya Pak, Iyaaaaaa. Nih mulut saya ngomongnya udah puanjaang buaangett nih kayak belalai Bona," Chiko malah monyong-monyongin bibirnya bikin kesel Pak Gandi aja.

Pak Gandi ngeliatin Chiko datar, sedatar papan triplek. Lelah hati pake banget dia punya anak didik macem Dajjal. Kalau bisa di refund ajalah anak ini ke maha kuasa.

"Ketemu mate, baru tahu rasa kamu,"
kata Pak Gandi lalu berlalu turun dari mobil bis meninggalkan Chiko yang mendengus kesal seperti banteng kecil.

🦴

Kelap kelip lampu malam dari atas ketinggian membuat semua benda di bawah terlihat kecil. Mobil yang merayap bagai titik kecil berwarna-warni. Chiko menatap datar tiba-tiba jadi melankolis.

"Liat deh Jakarta bagus ya dari atas sini," kata Arini menatap Kota Jakarta dari atas Monas. Di sebelahnya Chiko menggenggam tangannya erat. Dia punya firasat tidak enak malam ini, tetapi tidak tahu apa.

"Ayaaaang kok diem, kenapa? Kamu sakit gigi? Gak enak badan ya?" menyadari pacarnya sedari tadi diam kayak orang ketempelan Arini jadi khawatir. Soalnya tadi dia searching Monas banyak setannya, ngeri.

"Gak papa, aku rada mules doang sih," jawab Chiko asal tidak mau membuat Arini khawatir.

"Ya ampun ayang sakit. Aku bawa minyak angin nih, duduk dulu yuk aku balurin ke perut ayang," kata Arini perhatian. Chiko mengangguk lalu mereka duduk di bangku.

Saat tangan Arini hendak menyibak baju Chiko untuk membalurkan minyak angin, tangan Chiko menahannya,"Gapapa aku aja."

Chiko tidak mau Arini merasakan kulitnya yang juga mulus dan rata. Semakin memperjelas persamaan mereka berdua. Sesama omega. Arini mengerti lalu membiarkan Chiko melakukan sendiri. Gadis itu menunduk.

"Aku sayang sama kamu," kata gadis itu tiba-tiba.

Chiko tersentak lalu memandang Arini penuh dan mengambil tangan gadis itu untuk di genggam lagi, "Aku juga sayang sama kamu Rin."

"Omongan Nessa buat aku jadi kepikiran. Gimana kalo kamu ketemu mate di sini?" tanya Arini. Chiko terkejut karena ketika gadis itu menengok dia matanya sudah berkaca-kaca.

Ini lagi si Nessa anjing omongannya bikin orang overthingking. Mana dia lagi cekikikan foto-foto sama temen-temennya lagi. Seneng banget itu cewek. Ketawanya kayak ngejek Chiko sama Arini.

"Gak mungkin, mate aku masih ada di Zimbabwe sana tuh, lagi kerja tambang. Kamu gak usah khawatir, aku masih di sini kok," Chiko mengusap pipi Arini lembut. Dia beruntung sekali menjadi pacar omega baik dan cantik seperti Arini.

"Hihi kamu bisa aja. Tapi kalo kamu udah ketemu mate kamu, pilih dia atau aku?" tanya Arini membuat Chiko melongo.

Alah sia boy, mau jawab apa kamu Ko? Pertanyaan ini adalah jebakan Batman. Tapi mari dia berikan jawaban yang Arini pikirkan,"Hehe aku pilih kamu kok."

Mereka segera berpelukan dunia serasa milik berdua yang lain bayar sewa. Anak-anak kelas lain di sekitar mereka menatap geli bercampur cringe. Mereka semua tau dan paham, ketika mereka bertemu mate sendiri maka pilihan utama adalah memilih mate. Jodoh kita sendiri bukan yang lain.

🦴

"Saya akan sampai dalam 30 menit. Siapkan ruangan mereka sesuai pesanan. Biarkan tamu VVIP masuk terlebih dahulu buat mereka nyaman," pria itu melalui earphone bluetooth memberikan instruksi pada asisten Manajer di hotelnya.

"Maaf Pak tetapi ruangan ekslusif sudah dipesan anak Presiden. Jayanara Joko check in mendadak tadi sore," jawab asistennya gugup di seberang telepon. Masalahnya tamu super penting datang dari luar negeri lebih awal, biasalah orang kaya suka sekali merubah jadwal dan kamar terbaik yang disiapkan untuk mereka sudah dipesan anak Presiden.

"Buat dia keluar dari sana berikan penawaran bagus kamar private lainnya, wine premium, bonus, cashback, apalah. Tamu ini jauh lebih penting dari anak Presiden. Mereka harus mendapatkan pelayanan terbaik," tekan pria itu lagi sambil mengemudi.

"Baik Pak saya paham," jawab asistennya menyembunyikan gugup. Jadi dia akan melayani tamu super penting.

"Mereka akan datang jam satu dini hari. Masih ada waktu, ayo persiapkan dengan baik," sambungan telepon ditutup mobil melaju kencang menembus jalanan.

Nama pria itu Daniel Adi Nugroho berusia 32 tahun bergender alpha, masih single belum menemukan mate. Pekerjaannya sebagai General Manajer sebuah Hotel di Jakarta Utara yaitu Jakarta Horus membuatnya hectic.

Tidak pernah terpikir oleh Daniel akan bertemu matenya malam ini. Seorang bocah SMA laki-laki yang petakilan bin ajaib. Bagaimana cara menjinakkan mate bandel seperti dia?


28 Januari 2022

Mate: Daniel and Chiko [1] ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang