16. Orangtua Chiko

4.4K 461 12
                                    

Dukung author dengan vote 🥺 terimakasih

Author Point of view

"Titip salam pada orang tua kamu ya Chiko. Kami juga akan berkunjung nanti,"Mama Gill mencium kening Chiko.

"Hati hati di jalan Daniel, jika lelah mampir di rest area,"pesan Papa Jansen.

Pagi Sabtu jam 7 pagi Daniel dan Chiko berpamitan dengan Mama Gill dan Papa Jansen untuk pulang ke Purwakarta mengantar Chiko sekaligus bertemu orangtuanya.

Mereka melewati jalan tol yang mana bebas hambatan.

"Mampir rest area dulu mau pipis!"Chiko merapatkan paha memegang kemaluannya. Wajah anak itu tidak bisa dideskripsikan. Daniel tersenyum geli akhirnya melipir ke sana.

Begitu mobil berhenti anak itu langsung berlari kencang ke toilet. Sepuluh menit tidak kunjung keluar, Daniel akhirnya menyusul karena khawatir.

"Chiko, masih di dalam?"

Mendengar suara Daniel, anak itu malah menangis.

"Hu... Huhu.. hu.. Kak Daniel sakiiit. Gak bisa keluar.. ugh! keras.." tutur Chiko dari dalam closet wc. Tadi dia bilang pipis sekarang juga BAB. Banyak juga pengeluaran Chiko.

Daniel menghela nafas. Sudah dia duga sebelumnya. Untuk ukuran Chiko yang jarang makan sayur- 'keras' sembelit memang pasti terjadi. Dasar bocah, setelah ini dia harus memaksanya makan sayur.

"Kak Danieeel sakiiit,"rengek Chiko lagi. Ambigu banget sih Lo Chiko gue sampe gebuk bantal sendiri ngetiknya wkwk.

"Kamu pasti dehidrasi, tunggu sebentar aku belikan air dan obat,"kata Daniel pergi keluar dari toilet menuju minimarket.

Di dalam bilik WC wajah Chiko sudah pucat. Dia berkeringat dingin di pelipis dan leher. Buang air besarnya keras sakit sekali. Rasanya kotoran itu terlalu besar dan keras untuk keluar dari anus Chiko yang kecil. Dia tersiksa dan di saat-saat seperti inilah Chiko teringat dosa-dosa.

"Chiko buka pintunya,"kata Daniel dari luar. Untung saja keadaan toilet hanya mereka berdua sehingga mereka bebas berbicara.

Kriett

Ya ampun wajah omeganya sudah sangat pucat. Kemana rona merah dan cengiran nakal Chiko? Hilang. Anak itu sekarang berkeringat dehidrasi. Chiko duduk di closet menatap Daniel nelangsa.

"Minum airnya, lalu oleskan ini ke anus kamu,"Daniel menyerahkan air dan sebotol obat. Chiko menerima itu dengan bingung.

"Dioleskan gimana?"

Daniel meneguk ludah menatap Chiko dengan penekanan.

"Dioleskan saja."

Setelah itu Daniel menutup pintu dan menunggu di depan bilik toilet Chiko. Lima menit kemudian Chiko keluar dengan wajah lebih baik.

"Itu obat apa sih Kak?"Chiko bertanya menatap pantulan Daniel dari wastafel. Dia sedang cuci tangan dan mengaca.

Daniel serba salah menjawab dia menggigit pipi bagian dalam,"Itu pelumas,"

Tapi jujur lebih baik.

"Hah? Oh?"

Kata anak itu dengan raut biasa. Antara tidak mengerti dan masa bodoh padahal katanya dia sudah menonton b*kep.

"Anus aku sakit banget tadi, untung dipakein pelumas. Hehe makasih Kak," Chiko tersenyum lalu berjalan mendahului keluar toilet. Di belakangnya Daniel mengusap wajah, anak ini ambigu sekali apalagi senyumannya.

Di minimarket rest area mereka membeli banyak jajanan untuk di mobil. Kebanyakan diambil Chiko makanan ringan.

"Dua snack ini sama saja, pilih salah satu Chiko," mereka berdiri di depan etalase makanan ringan. Chiko  menggeleng sambil memeluk snack itu,"Beda Kak Daniel, yang ini rasa ayam panggang, yang ini rasa rumput laut."

Mate: Daniel and Chiko [1] ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang