"You Should Thank Me"

2.9K 579 87
                                    


Kelas yang panas masih berlanjut, sudah 2 hari AC di Kelas Rosé idak dinyalakan dan rasanya dia sebentar lagi kehilangan akal sehat, bagaimana cara menyerap materi kalau kelas terasa seperti sauna?

Apalagi Rosé tipe orang yang mudah terganggu oleh panas.

"Jeff."

Yang dipanggil menoleh, melepas ujung pulpen dari gigitannya. "Ya?"

"Lo enggak kepanasan?"

"Enggak. Kenapa?"

"Panas banget gila."

Mata Jeffrey meneliti ekspresi yang Rosé keluarkan, sampai ke detail dimana ia menangkap peluh mengalir di pelipis gadis itu, wajah memerah kepanasan, dan kancing teratas seragam terbuka. Beberapa detik kemudian matanya kembali pada mata Rosé. "Gua bawa kipas portable."

"Thank God, kipas portable gua rusak dan belum sempat beli yang baru."

Jeffrey menyodorkan kipas portable miliknya yang sudah dinyalakan pada Rosé. "I think you should thank me," ucapnya jenaka. Rosé terkekeh. "Thank you, Jeff."



Pelajaran biologi selesai. Bell istirahat berbunyi, Rosé mematikan kipas itu dan menyodorkan pada pemiliknya. Jeffrey hanya melirik, lalu kembali fokus menyusun buku. "You can take it."

"Gua bakal beli setelah pulang sekolah."

"Di?"

Belah bibir Rosé menekan satu sama lain. "Mall, maybe. Miniso."

"Mall paling dekat disini enggak bolehin pakai seragam, lo bawa jaket?"

Rosé menggeleng. "Gua balik lagi ke rumah, terus—"

"Lagipula hari ini ada ekskul. Lo ekskul seni juga, kan? Selesainya jam 5 sore, lo mau malam-malam ke mall padahal besok ada ulangan kimia dan matematika wajib? Kalaupun iya, di mall itu gak ada Miniso, Sé."

Rosé mendesah pelan. "Jeff ..."

Kekehan kecil keluar dari mulut Jeffrey. "Makanya, ambil aja kipasnya. Itu juga punya adik gua, dia lagi di asrama. Gua gak tega liat lu kepanasan terus."

Rosé tersenyum. "Oke deh. Makasih, ya."

Jeffrey ikut tersenyum, tapi matanya tidak manatap mata Rosé melainkan peluh yang mengalir dari leher ke dada gadis itu.

"Sama-sama."





☁️☁️☁️




02.18 pm.

"Ada apa ini?"

Suara berat Jeffrey membuat sebagian besar gerombolan di aula menoleh. Aula itu terasa panas, sebagian angkatan ekskul seni Rosé dan Jeffrey (yaitu angkatan kelas 11) memenuhi ruangan, membuat sesak.

"Remot ACnya hilang, Jeff." Eunwoo: ketua bidang seni sastra.

"Lah? Aula kan tadi siang baru dipakai buat acara agama, kok bisa?" Jeffrey: ketua angkatan ekskul seni, anggota bidang seni rupa.

"Tadi gua udah nanya OB, katanya dia gak matiin AC dari pagi, tiba-tiba aja udah mati terus remotnya hilang." Lisa: ketua bidang seni tari modern.

"Kelas sering, sih, dibilang gak ada remot AC begini, tapi aula gak pernah, apalagi ini untuk ekskul." Chaeyeon: ketua bidang seni tari saman.

"Palingan juga alasan biar gak boros listrik!" Celetuk Mingyu: ketua bidang seni teater.

Jeffrey melirik Jungkook: ketua bidang seni musik. Lalu mengedikkan bahu. "Siapa yang pakai aula ini?" Tanya dia kepada ketua tiap bidang, ada beberapa anggota di belakang, tapi tidak semua.

"Tari dan teater." Minghao: ketua bidang seni rupa.

"Padus di ruang musik, sisanya di kelas 11 ipa 1 dan 11 ipa 2." Yuju: ketua bidang paduan suara.

"Yaudah. Seni rupa, musik, dan sastra ambil aula. Tari dan teater ambil masing-masing kelas." Jeffrey melirik Lisa dan Chaeyeon selaku ketua bidang seni tari modern dan saman. "Ambil kelas 11 IPA 2, remotnya di pak Agus, itu kelas paling dingin." Ia memberi jeda. "Jangan lupa foto kelas sebelum dan sesudah dipakai, kirim ke gue."

Butuh waktu kurang dari 15 menit sampai anggota semua bidang kecuali paduan suara bertukar tempat, anak-anak seni tari dan teater keluar dari aula. Seni rupa, musik, dan sastra mengisi aula. Jeffrey tersenyum saat melihat Rosé dengan tas gitarnya.

Jeffrey anggota seni rupa, tapi dia menyempatkan diri duduk di sebelah Rosé sebentar, lalu tersenyum makin lebar. "Maaf, ya, harus di tempat panas. Mau gak mau. Soalnya bidang kita yang termasuk gak terlalu pakai tenaga, gak butuh AC."

"Iya, Jeff." Rosé mengibas kerah bajunya. "Kipas lo habis baterai, tapi gak apa apa." Baru beberapa menit, Rosé sudah sedikit berkeringat.

Jeffrey tersenyum lagi.

































05:34 pm.

Pip!

"Nah, gitu kek daritadi."

"Sorry sorry," Jeffrey tekekeh.

"16 derajat dong." Ia memberi jeda. "Daritadi gua keringetan udah kayak orang gila, anjir, ga fokus gitaran."


"Ya lo tau, lah, Kook."

"Iyee, iye."

𝐇𝐨𝐭 𝐚𝐬 𝐇𝐞𝐥𝐥❜🎨 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang