"Learn Some Manners"

3K 567 163
                                    

Pukul setengah 7 pagi, sekolah masih sepi, langkah kaki Rosé menggema saat ia berjalan di koridor sambil mendengarkan lagu menggunakan airpods.

Tapi langkah itu terhenti. Rosé berhenti di depan mading—tidak, tepatnya di samping mading, dimana ada lukisan di atas kanvas digantung di sana, lukisan pemandangan indah tapi dengan tekstur yang berani, membuatnya terasa nyata. Rosé berdecak kagun melihat detail lukisan itu, sangat detail sampai corak pada setiap helai daun.


Di pojok kanvas itu terdapat tanda tangan dan tertulis: Jeffrey Jung.

"Pagi."


Rosé tersentak. Ia memakai airpods tapi suara Jeffrey tetap mengagetkannya. "Pagi," balas Rosé kikuk.

Ini sudah seminggu lebih sejak kejadian dimana Rosé tidur sampai jam 5 sore dan 4 hari setelah pertemuan pertama ekskul seni bagi Rosé.

Oh, omong-omong soal ekskul seni,

"Jeff, lu kayak dihormatin gitu, ya?"

Jeffrey mengernyit. "Maksudnya?"

"Itu, ekskul seni."

Terdiam sebentar, lalu tertawa. "Gua ketua angkatan." Dan jawaban itu membuat Rosé sedikit kaget. Maksudnya, Jeffrey yang Rosé lihat hanya pria biasa yang tidak punya banyak teman, sedangkan ekskul seni di sekolah ini cukup hits, banyak anak populer yang masuk, dan ketua angkatannya Jeffrey?

"Serius?"

"Kalau gua bukan ketua, gimana bisa gua merintah mereka, Sé, digebukin yang ada."

"Good point." Rosé memberi jeda. "Lo divote?"

"Yep."

Rosé melirik lukisan yang tadi ia kagumi. "Bikinan lo?"

"Mhm."

Mata Rosé bergulir menatap Jeffrey yang tidak balas menatapnya, tapi tidak juga melakukan hal yang lain. Mereka masih berhadapan, tapi mata Jeffrey menatap seluruh badan Rosé selain matanya, dan itu membuat Rosé merasa kesal.

"Jeff."

"Hm?"

"Learn some manners."



☁️☁️☁️



Rosé mendiaminya sejak pagi. Walau susah karena mereka seatmate, tapi Jeffrey sadar itu. Rosé bahkan sengaja tidak memakai kipas portable yang diberikan Jeffrey beberapa hari lalu, lebih memilih berkeringat daripada memakai barang pria yang ia anggap cabul.

Bagus. Sekarang Jeffreh dianggap cabul.

Well, Rosé tidak mengatakannya langsung, sih, tapi terlihat dari cara dia menatap Jeffrey. Jujur itu membuat Jeffrey tersinggung. Sedikit. Karena Rosé mungkin tidak sepenuhnya salah.

Karena disinilah dia, di kelasnya yang kosong, pukul setengah 3 sore, semua siswa sudah pulang karena hari ini tidak ada kegiatan ekskul. Jeffrey memainkan remot AC kelas setelah ia nyalakan ke suhu paling rendah.

Sebatang rokok bertengger manis di bibirnya, dia hisap perlahan, menikmati, sambil memejamkan mata. Tapi semua buyar saat pintu kelas dibuka kasar.

"Woi bangsat!"

Jeffrey menegakkan kepalanya. "Apaan, sih?"

"Lo ngambil remot AC aula lagi ya? Kelas gua juga ada pelajaran olahraga, anjiiing, panas banget ngent*t!" Maki Jungkook sambil melangkah lebar mendekati Jeffrey.

Senyum Jeffrey melebar, dia menaikkan kakinya ke atas meja. "Bacot lo."

Iya, yang mengambil remot AC bukan lain adalah Jeffrey. Siapa lagi, coba, yang lebih kurang kerjaan dari Jeffrey? Mengambil remot AC kelas dan aula setiap kali mau dipakai.

"Gua tau lu sange tapi jangan gini juga lah Jeff, kelas gua kena imbasnya juga kan." Jungkook menarik kursi ke dekat Jeffrey untuk ia duduki.

"Gimana ya, Kook." Jeffrey menahan rokok di bibirnya lalu mengambil pulpen. Ia menyalakan ponsel, lalu membuka aplikasi yang langsung menampilkan rekaman seseorang. Melihat itu Jeffrey tersenyum, menatap layar ponsel lamat-lamat sebelum membuat sketsa di kertas.

"Segar aja gitu liatnya."

Wajah Jeffrey memerah.


Jungkook ikut melihat ke ponsel Jaehyun. "Lo taro kamera di kipas yang lo kasih?"


Jeffrey berdecak kagum. "Kurang pintar apa lagi gua." Dia mengambil rokok dari bibirnya lalu mengetuknya ke ujung meja. "Inspirasi buat pensi, Kook."

Perlahan Jeffrey membuka resleting celananya.

Menoleh ke Jungkook. "If you don't mind, I need some privacy, please," sarkasnya.

"You weird-ass."

𝐇𝐨𝐭 𝐚𝐬 𝐇𝐞𝐥𝐥❜🎨 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang