Rosé kira Jeffrey kaya.
Atau setidaknya berkecukupan.
Tapi dilihat dari rumahnya ... Rosé curiga Jeffrey terlilit utang. Bukannya rumah itu jelek, hanya saja terasa sangat kosong. Tidak ada TV, tidak ada hiasan di dinding, meja-meja kosong, dapur kosong, satu-satunya meja yang terlihat penuh hanya meja belajar.
"Gua baru mulai tinggal sendiri disini sekitar 2 bulan lalu." Jeffrey meletakkan tasnya di atas sofa lalu memungut sampah cup mie di lantai. Melirik ke arah Rosé dan Mingyu yang menatap sekitar.
"Gua kira lo kaya."
Langkah Mingyu terhenti saat Rosé bilang begitu, menahan napas, takut kalau-kalau Jeffrey marah, bagaimana pun mereka tidak dekat.
Tapi Jeffrey tersenyum. "Gua tau lo kaya, Sé, gak perlu diperjelas lagi." Matanya bergulir ke arah Mingyu. "Duduk, silakan. Dimana aja terserah, gua ambil kipas dulu dari kamar."
Rosé langsung duduk di sofa yang agak berdebu itu, kembali menatap sekitar. Oh, mungkin orangtua Jeffrey kaya, mengingat mobil yang mengantarnya pulang pada pertemuan pertama mereka itu mobil bagus, mungkin Jeffrey disini karena ingin hidup mandiri.
Sedangkan Mingyu duduk di lantai, memangku tasnya sendiri.
Jeffrey mengunci kamarnya saat ia keluar sambil membawa kipas berukuran lumayan besar. Rosé melepas tweed jacket miliknya dan diletakkan sembarangan. Jeffrey ke dapur sebentar untuk membuat minuman.
"Gua maunya teh susu," ucap Rosé saat Jeffrey meletakkan dua gelas teh di lantai.
"Oke."
Jeffrey kembali dengan sekotak susu, menuangkannya ke teh milik Rosé—
"Seriously, Jeff? Mana ada teh susu kayak begitu. Teh susu itu bukan sekedar teh campur susu, ugh." Rosé menaikkan kakinya ke sofa. Mendengar itu Mingyu menoleh. "You gotta be fucking kidding—"
"Stop berusaha bikin gua kesel, Rosé. Gak akan berhasil." Jeffrey tersenyum. "Sikap lo emang nyebelin tapi gak senyebelin itu, gua tau lo pura-pura."
Rosé memisuh.
"Gua tetap suka sama lo."
Ucapan Jeffrey membuat Rosé dan Mingyu sama-sama diam.
"As a friend," lanjut Jeffrey, menyeringai.
"Just fucking kill yourself."
☁️☁️☁️
"Eh sopir gua udah di depan, gua duluan, ya." Rosé memakai jaketnya dan menyambar tas yang tadi Jeffrey letakkan di atas meja.
"Iya, hati-hati," sahut Jeffrey.
Ceklek
Sisa Jeffrey dan Mingyu.
Mata Jeffrey melirik teman sekelasnya yang tertidur pulas itu, posisinya terlihat tidak nyaman: duduk di lantai dan menyender ke sofa.
Jeffrey mengecap mulutnya, dia sudah menahan untuk tidak merokok selama lebih dari 3 jam tadi karena Rosé. Bukannya Rosé melarang—Rosé saja mungkin tidak tahu ia merokok—hanya saja ia ingin menjaga imagenya.
Ia menyalakan rokok dan menyesapnya dalam-dalam. Asap keluar dari mulut dan hidungnya, kembali melirik Mingyu, lalu melirik jam.
Ting!
[Bang Daniel: mana, Jeff?]
Jeffrey menghela napas. "Anjinggg males banget," gumamnya. Ia menahan rokok di bibirnya, lalu menarik badan Mingyu kasar sampai terbaring si atas lantai. Ia berdiri, menyambar kamera di meja belajar.
Ruangan itu terssa sesak karena asap rokok. Tangan kiri Jeffrey memegang rokok, tangan kanan menggenggam kamera, sedangkan kakinya terjulur untuk menyingkap seragam Mingyu sampai dada.
Dia mengerutkan hidung, kembali menyesap rokok sebelum—
Cekrek!
Cekrek!
Satu batang rokok habis. Ia tekan pada perut kotak-kotak teman sekelasnya itu, lalu mengambil rokok baru untuk digunakan.
Jeffrey menghela napas sebelum membuka seluruh kancing seragam Mingyu. Mengernyitkan dahi sambil menyesap rokok lagi, lalu—
Cekrek!
Cekrek!
"Disgusting." Ia melihat hasil jepretannya.
Memaki Daniel dalam hati, ia menghembuskan asap rokok dan menunduk demi membuka celana Mingyu. Sisa boxer, ia melempar seragam Mingyu ke sembarang arah, menekan rokok bekas ke dadanya lalu buru-buru memotret.
Cekrek!
Cekrek!
Tangan Jeffrey terulur untuk menjambak rambut Mingyu agar berganti posisi saat ponselnya bersuara,
Bang Daniel is Calling....
"Kenapa, Bang?"
"Mana, sih, fotonya? Udah hampir jam 5, lo janji jam 4."
"Ya gua gak bisa ngeramal kapan kerkomnya selesai, anjir. Ini udah hampir selesai fotonya, duit dulu baru gua kirim."
"Berapa foto?"
"Belum selesai, tapi 12 foto nanti."
"Tiga juta cukup?"
"Kalau lebih ya gua mau, Bang." Jeffrey terkekeh lalu kembali menyalakan rokok baru.
"Yaudah empat juta. Foto muka-nya banyakin."
"Siap." Ia melirik Mingyu yang tengkurap. "Gua tutup ya."
Pip
Note:
Rosé ga diapa-apain kok 😁👍🏻
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐇𝐨𝐭 𝐚𝐬 𝐇𝐞𝐥𝐥❜🎨
Fanfiction𝐑𝐨𝐬𝐞 𝐱 𝐉𝐚𝐞𝐡𝐲𝐮𝐧 ❝Jeffrey Jung is a different type of creep. ❞