"Happy Valentine's Day."

3.1K 628 97
                                    

14 Februari.

Adalah dimana kalian akan mendapati pasangan sedang bercumbu di ruang ganti, jika kalian siswa di sekolah ini.

Itu persis apa yang Rosé lihat. Ia hendak berganti baju sebelum pelajaran olahraga, sengaja ke ruang ganti lebih dulu yaitu saat masih istirahat karena tidak suka ganti baju bersama orang lain, tapi dia malah disambut dengan pasangan mesum saling bercumbu sambil menyender ke lokernya.

Demi tuhan, kenapa harus loker dia?




"This school needs to provide free condoms on valentine's day, am I right?"

Rosé tersentak mendengar suara berat dari belakangnya, ia menoleh, itu Jeffrey yang sedang tersenyum ke arahnya. "Ini ruang ganti perempuan," ucap Rosé.

Jeffrey menunjuk dirinya sendiri, tersenyum miring. "Gua belum masuk, ini masih di pintu," ujarnya sambil terkekeh. "Happy valentine's day, ."

"We barely know each other."

Jeffrey mengedikkan bahu. "Doesn't seems to be a problem. Valentine is for everyone."

"Ugh." Rosé memutar bola matanya malas, ia berjalan melewati Jeffrey untuk keluar dari ruang ganti. "Gak jadi ganti baju?" Tanya Jeffrey sambil menyeimbangi langkahnya dengan yang lebih pendek.

"Why do you even ask? Are you a fucking pervert?"

"Interesting reaction," gumam Jeffrey sambil meringis.


5 menit berlalu, mereka berhenti di depan loker di koridor. Mata Jeffrey melirik nomor lokernya: 1102, dan pintu loker itu dibuka oleh Rosé, pemiliknya.

Rosé mengharapkan setidaknya 5 batang coklat. Itulah paling sedikit yang ia dapat di sekolah lama.

Tapi lokernya kosong. Tidak ada coklat, atau bunga, atau surat.

This is ridiculous, kemana kakak kelas 12 IPS 4 yang meminta ID linenya kemarin? Dan Mingyu si anak teater, dan Winwin anak futsal yang menanyakan apa ia mau bunga atau coklat untuk hari valentine. Dan masih banyak lagi. Kenapa lokernya kosong?


"Rosé? Is there something wrong?" Tanya Jeffrey setelah Rosé menatap loker kosongnya selama 2 menit tanpa bergerak sedikitpun.

"Pergi, Jeff."

"Huh?" Jeffrey mengernyit. "Lo kenapa?"

Rosé menoleh tanpa membalikkan badan. "Jangan bilang lo lupa kejadian kemarin. Gak punya sopan santun."

Jeffrey meringis. "Oke, I'm sorry, it's just gua emang kadang susah fokus kalau lagi ngobrol berdua—"

"Said someone who stared at every inch of my body but my goddamn eyes." Rosé mengambil cotton tweed jacket yang ia dapat dari chanel dan ia letakkan di lengan bawahnya yang menekuk.

"Rosé—"

BRAK!!

Rosé berteriak frustasi setelah membanting pintu lokernya. "Shut up!!" Pekiknya lalu melangkah lebar meninggalkan Jeffrey.

"Rosé!" Jeffrey berlari kecil menghampiri Rosé. "Lo kenapa, sih?"

Rosé tidak menjawab, fokus berjalan.

"Karena loker kosong? Gak ada yang ngasih coklat?"

Langkah Rosé berhenti. Ia berbalik menghadap Jeffrey. "Gua lebay gak, sih, kalau kesel karena gak ada yang kasih coklat? I mean, I'm Roséanne Park, I got at least 5 chocolates every valentine. And now I get none?!"

Senyum tipis terukir di bibir Jeffrey. "Di sekolah ini gak ada yang ngasih-ngasih coklat di loker, Sé, beda sama sekolah lo dulu, disini yang ngasih coklat biasanya orang terdekat aja, satu orang palingan cuma satu, bagi yang populer sekalipun."

Wajah Rosé masih terlihat kesal, Jeffrey pun tertawa.

Jeffrey mengeluarkan sebungkus coklat dari sakunya, lalu disodorkan ke Rosé. "Buat lo."

"Kita kan gak deket."

"Ambil aja."

"Coklat ini aslinya buat orang lain, ya?" Tanya Rosé sambil menerima coklat itu. Jeffrey menggeleng. "Enggak, emang buat lo. Valentine sekaligus permintaan maaf."



Telunjuk Rosé mengelus sticky notes kecil tertempel di bungkus coklat itu yang tertulis:

Happy valentine's day. Please accept my apologies :c
I really do need to learn some manners.



Senyum Rosé mengembang tanpa ia sadari, karena, shit, this is kinda cute. "Oke. Permintaan maaf diterima."

"Yesss!" Jeffrey mengepalkan tangannya senang.

Rosé tersenyum, kembali melirik sticky notes itu.








☁️☁️☁️








"Lah, Lis?"

"Kenapa?"

"Lu dapet coklat banyak banget."

Rosé melirik hampir 10 bungkus coklat yang ada dalam genggaman Lisa saat perempuan itu baru memasuki kelas. Lisa tersenyum. "Iya, ini dari loker gua. Ada lagi, sih, di meja, tapi udah gua masukin tas. Lo dapat berapa, Rosé?"

"Hah? Bukannya di sekolah ini gak ada yang ngasih-ngasih coklat di loker? Cuma orang terdekat aja yang ngasih?"

Lisa loading sebentar, lalu tertawa. "Pfft, kata siapa? Eunha dapet 15, tuh, di lokernya banyak banget, sampai adik kelas yang gak dia kenal aja ngasih."

Rosé tidak percaya. Jeffrey membohonginya? Kenapa? Karena dia kasihan Rosé tidak dapat coklat? Rosé melirik coklat dari Jeffrey yang ia genggam.

"What the fuck?" Hanya itu yang tersisa di mulutnya.









































"Buset, panen bang?"

"Bukan punya gua ini."

Jungkook melirik sekitar 20 batang coklat yang Jeffrey buang ke tempat sampah di belakang kantin. Rokok terapit di antara dua belah bibir Jeffrey saat ia mengosongkan tas tempat ia mengisi coklat-coklat sialan itu.

"Terus punya siapa?"

Jeffrey berdecak, membanting teddy bear dan dua buket bunga yang ada di paling bawah tas sambil memisuh.

Jeffrey menyesap rokoknya dengan satu tarikan panjang, berusaha rileks, walau urat-urat di lehernya terlihat jelas. Ia menyiram coklat-coklat, boneka, dan bunga itu dengan minyak, lalu melemparkan korek yang sudah menyala.

Mengembuskan asap sambil mendongak, Jeffrey tersenyum bangga melihat kobaran api di hadapannya.


"Punya Rosé."







Note:

Ni chapter bener-bener baru mulai gua bikin 15 menit lalu, paling ngebut.

𝐇𝐨𝐭 𝐚𝐬 𝐇𝐞𝐥𝐥❜🎨 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang