[6]masa lalu

2.7K 672 47
                                    

Vote yuhu

...

Hidup itu bukan bagaimana semua hal menjadi seperti apa yang selalu kita inginkan. Tapi hidup adalah bagaimana menerima keadaan dan masalah lalu mengatasinya dengan cara yang baik.

Ini adalah Pov untuk Aldrich Jeyden Pratama, anak pertama. Eh, ralat
Dia adalah anak kedua lalu Aji anak ketiga.
Dan siapa anak pertamanya? Bukankah orang-orang hanya tahu Jeyden lah anak sulung keluarga itu

Big no.

Nyatanya mereka dulu memilik Putra pertama yang mereka Namakan, Aldrich Juanna Pratama.
Atau yang sering di panggil banyak orang dengan sebutan 'Juan'

Anak manis dengan kulit putih bersih, dan lesung pipi yang menggemaskan. memiliki tahi lalat kecil di bawah matanya, kala itu Juan berumur 9 tahun, Jeyden 8 tahun, dan Aji 7 tahun. Jarak umur mereka bertiga setahun²

Di umur belia, Juan termasuk anak yang penurut dan sangat baik. Dia memiliki sifat dewasa sejak kecil

Maka dari itu tak heran dari ketiga anaknya, Ajeng begitu sering menyombongkan Juan ke teman² nya ketimbang Jeyden ataupun Aji.

Ajeng tidak menyadari, rasa sayang yang ia beri pada Juan tidak setara dengan kedua anaknya yang lain. Jeyden dan Aji mulai sangat sensitif, ingin mendapatkan perhatian yang lebih walaupun mereka harus jungkir balik melukai diri dengan sengaja pun ibunya malah akan memarahi mereka dan mengatakan mereka anak yang nakal

Sampai suatu tragedi musibah menimpa Juan yang tertimpa pohon besar.

Aji di salahkan waktu itu, karna Aji terus-terusan merengek ingin bermain di pohon tua di halaman sana dengan kakak pertamanya. Naas, Juan menghembuskan nafas terakhirnya ketika di perjalanan menuju rumah sakit

Ajeng begitu terguncang, sedih, marah dan kesal karena ceroboh. Seluruh pelayan pun terkena semprotan karna di anggap tidak memperhatikan anaknya maupun kondisi sekitar

Ia pantas untuk marah, tapi apa yang dia lakukan pada Aji sangat tidak pantas.

"Buuu.. sakit buk," Aji menangis kencang menahan perih, karna tangannya yg di tarik tarik begitu kencang

Ibunya membawa dia ke gudang yang terpisah dari rumah mereka, ruangan yang gelap sepi dan penuh debu.

Ajeng mendorong Aji masuk ke dalam dengan sangat kuat hingga anak bungsunya itu tersungkur parah, Pundak anak berumur 7 tahun itu naik turun. Tangisannya begitu pecah, ia tidak tahu apa kesalahan yang ia buat sehingga ibunya menjadi monster kala itu

"Kamu memang anak nakal!!" Plak

Ajeng memukul pantat Aji dua kali, Aji hanya semakin menangis kencang

"Aji gak ngerusakin barang bang Juan lagi buu.., Aji udah gak nakal lagi bu.. ee" Aji dengan polosnya memegang daun telinganya dan mengangkat kaki nya satu, ia menjelaskan dengan suara tersendat-sendat

Ajeng diam sesaat menatap wajah Aji sedikit mengingatkannya pada anak pertama nya yang baru kemarin tiada

"Anak nakal! Anak gak bisa diem! Anak gk tau di untung! Anak bodoh! HAAAGH!!!" Ajeng menjerit dengan tangisannya, ia mengguncangkan badan anaknya kencang seolah minta pertanggung jawaban

Dia berdiri, mengusap air matanya kasar
Dan menatap si bungsu kesal.

Lalu dengan mantap melenggang pergi, menutup kedua pintu gudang yang sama sekali tidak ada pencahayaannya itu

Aji berlari ke pintu, menggedor-gedor dengan tenaga kecilnya. Berharap ibu nya sedang bercanda dan kembali membuka pintu gudang itu

Tak lebih dari dua minggu
Ajeng mulai memperhatikan Jeyden dan Aji. Namun lebih condong pada Jeyden

Jodoh 1995✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang