[30]Istri orang:彡

2.6K 547 39
                                    

BUDAYAKAN VOTE SEBELUM MEMBACA
HAPPY READING!💗

•••

Padahal belum sebulan penuh, tapi pemilik toko yang beberapa hari ini ia jaga telah berpulang.

Yah, jadi Neneng akan kembali dengan aktivitas dirumahnya. Merajut beberapa pakaian yang bisa ia gunakan maupun ia perjual belikan.

1 tahun lamanya ia hidup sebatang kara, Neneng. Gadis itu lahir tanpa hadirnya seorang Ayah lantaran Ayahnya pergi menikah dengan wanita lain di luaran sana.

Neneng berusaha kuat menjalani hidup di hirup pikuk nya kota Bogor. Yang memiliki sisi terang maupun gelap.

Setidaknya ia masih memiliki ibunya kala itu

Namun naas nya, tuhan begitu menyayangi wanita yang paling ia sayang tersebut sehingga memanggilnya lebih dulu.

Ibunya sakit-sakitan dan menghembuskan nafasnya ketika ia bawa ke rumah sakit di bantu warga desa

Neneng merasa hancur berkeping-keping, hidupnya terasa begitu hampa dan tak berarti

Alasan utamanya hidup adalah membahagiakan sang ibu tapi tuhan berkehendak lain.

Sampai ketika ia menangis terduduk di tanah kuburan ibunya. Sendirian meringkuk, memeluk, menuangkan rasa sedih pada papan nama yang tertancap di tanah rumah terakhir sang ibu, tiba-tiba seseorang menepuk bahunya pelan

Neneng menoleh, mengerjapkan matanya beberapa kali.

Mata bengkaknya menangkap sosok laki-laki yang memakai peci dengan tersenyum iba

"A'a turut berduka cita Neng"
Tutur laki-laki yang sudah ia kenal selama setahun lebih itu

Laki-laki yang katanya naksir kepadanya meskipun sampai sekarang ia belum bisa membalas rasa itu.

Laki-laki yang gigih dan selalu bertamu kerumahnya seraya membawa pisang goreng kesukaan ibunya.

Jaka subhan farid ialah kakak kelas nya di masa SMA saat itu.

Jaka pun begitu kenal dengan ibu Neneng. Saking kenalnya sudah di anggap anak sendiri.

Tentunya Jaka ikut merasa kehilangan dan pergi melayat meskipun sedikit terlambat dan tidak sempat ikut menyolatkan.

Neneng mengangguk menjawabi kata turut berduka cita.

Jaka ikut terduduk, menatap tanah yang telah jadi rumah terakhir untuk ibu dari wanita yang ia sukai itu.

Ia menundukkan kepala dan mengangkatkan tangan melantunkan do'a-do'a untuk yang telah berpulang.

Knok knok!

"Huh?" Neneng terkejut dan reflek membuka matanya, mendengar ketukan pintu yang lumayan keras. Ia menegapkan badannya dari posisi tidur terduduk di meja jahit

Semalaman ia terjaga dan karena lelah ia pun tak sadar terlelap begitu saja.

Ia mengucek matanya dan betapa terkejut ia. Tangannya merasakan sesuatu yang basah menghiasi kantung mata dan juga pipinya

Ternyata alasan tangis dalam mimpinya terasa begitu nyata ya karena memang ia membawa luka itu sangat dalam hingga ke alam bawah sadar.

Neneng segera tersadar akan ketukan yang semakin menjadi-jadi

Langkahnya kian berhenti. Membuka celah pintu sedikit mengintip siapa yang datang kala Adzan subuh sebentar lagi berkumandang

Perawakan laki-laki itu sudah tak karuan.

Bau alkohol menyeruak, rambutnya sudah tak tertata rapih begitu juga dengan mata sayu yang Neneng lihat

"Astaghfirullah" Neneng berucap sembari mengelus dadanya

Jodoh 1995✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang