[32]Album foto:彡

2.3K 528 36
                                    

BUDAYAKAN VOTE SEBELUM MEMBACA.
HAPPY READING!

•••

Pemandangan kota Bogor membentang, kaca jendela itu ia turunkan tuk memperjelas sebuah keindahan kota hujan.

Hanum menoleh ke bagasi mobil, mengecek dan mengingat-ingat adakah barang maupun kebutuhan lainnya yang tertinggal

Sepertinya...

Tidak ada.

"Ini paman saya" Jeyden berucap tiba-tiba seraya membuka lembar demi lembar Album keluarga

Hanum menoleh pada Jeyden yang duduk di sampingnya sementara mobil di setir oleh sopir pribadi keluarga mereka.

Oh, Jeyden sedang memberi informasi tentang saudara yang akan mereka temui nanti

"A, iya" Hanum menjawabi ucapan sebelumnya

Suaminya membuka lembar lagi dan terpampang dua wanita di samping laki-laki yang Jeyden sebut paman tadi

"Nah, kalau ini istri paman saya beserta anak perempuannya yang akan menikah besok"

Meskipun nada bicaranya masih terbilang dingin dan datar. Tapi Hanum senang suaminya memiliki kemajuan untuk mengajak dan membantu Hanum ketimbang diam membiarkan Hanum bodoh sendiri

Tangan Jeyden kembali membuka lembaran lagi dan itu menarik perhatian Hanum ketika masih terlihat jelas foto masa kecil seorang laki-laki. Kakak Jeyden.

"A'a Juan" lirihnya sembari menyentuh foto itu

"A'a Juan" lirihnya sembari menyentuh foto itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hanum tersenyum tulus ketika akhirnya dia dapat melihat foto kenangan Juan yang lainnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hanum tersenyum tulus ketika akhirnya dia dapat melihat foto kenangan Juan yang lainnya.

Jeyden melirik pada Hanum, melihat Hanum tersenyum pada foto Almarhum kakaknya.

"Kalau dia masih hidup, mungkin sekarang ini kamu menikah dengannya" penuturan Jeyden sontak membuat Hanum mendongak kan kepala

"Kamu tidak akan merasakan penolakan dari saya, dan kamu akan bahagia dengan A'a saya"

Hanum menyipitkan matanya, "saya tidak pernah berfikir untuk menyalahkan takdir, dan kalau memang saya sudah menikah dengan kamu. Kenapa tidak, untuk saya menjalani itu tanpa kata 'kalau'." Hanum membenarkan posisi duduknya dan menatap kaca jendela

Jodoh 1995✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang