BT9

3.5K 125 2
                                    

Keesokan harinya, Felix menanti William di cafe dekat kampus seperti janji mereka semalam.

Jam menunjukan pukul 4 sore tepat, Felix mulai merasa resah karena William akan segera datang. Dia mengamati pintu masuk dengan serius.

" Mencariku cantik?!" Bisik William yang ternyata sudah berdiri di samping Felix.

" Ah! Kau? Kau masuk dari mana? Sejak kapan? Dari tadi aku melihat pintu masuk tapi kau tidak ada."

" Jadi kau benar-benar menantiku. Aku jadi terharu." Goda William membuat Felix kembali salah tingkah di hadapannya.

" Ini..." Felix menyodorkan bag berisi kemeja pada William. William mengangkat kemeja itu dan menghirup aroma Felix yang masih tertinggal di sana.

Felix merasakan ada angin aneh yang menyentuh bagian bawahnya membuatnya merinding, geli dan nikmat, hingga membuatnya menutup mata dan hampir mendesah karenanya.

" Astaga! Itu tadi apa? Kenapa aku selalu ingin mendesah saat di hadapannya? Jangan sampai itu terjadi, atau dia akan berpikir aku perempuan nakal yang ingin bercinta dengannya! Sadarlah Felix!"

Felix merapatkan pahanya untuk mencegah sesuatu yang tidak di inginkan. William tersenyum miring melihat reaksi Felix.

" Permisi, kalian mau pesan apa?" Tanya pelayan caffe tersebut.

" Aku pesan jus strawberry, dan... Kau?" Felix mempoint pada William.

" Berikan aku minuman yang biasa." Ucap William dingin.

" Baiklah, silahkan tunggu sebentar." Pelayan itu pergi dengan membawa list pesanan mereka.

" Ini... Untukmu, aku membuatnya sendiri pagi ini. Aku mohon jangan mengumpatku kalau rasanya kurang enak." Felix memberikan kue buatan nya pada William.

Pria itu terkekeh dan menggeleng tidak percaya. Felix yang melihat reaksi William menjadi agak tersinggung.

" Kenapa kau tertawa? Apa aku sedang merendahkan aku?" Tanya Felix emosi.

" Bukan begitu. Kau tidak tau siapa aku, aku berasal dari mana, dan apa niatku sebenarnya padamu. Bisa saja aku hanya menjebakmu agar mau menemuiku karena aku punya niat jahat padamu kan?"

Felix tercengang mendengar perkataan William, logikanya mulai curiga dengan sosok pria pucat di hadapannya itu, tapi hatinya berkata lain. Dia benar-benar sudah jatuh cinta pada pandagan pertama pada William.

" Jika pun itu terjadi, aku hanya bisa menerima takdirku. Tentu saja aku akan memperjuangkan semuanya, namun takdir juga yang menentukan jalannya. Dan aku percaya, takdir mempertemukan kau dan aku dengan sebuah alasan besar." Felix mencoba menguatkan hati dan pikirannya.

" Kalau memang kau pikir begitu, maka... Kenapa tidak kita buat takdir kita malam ini?" Senyum William menggoda.

" Apa maksudmu?" Felix meninggikan nada bicaranya.

" Kenapa? Bukankah tadi kau berdesah karena menginginkanku? Aku akan memberikan apa yang kau mau, lalu kau bisa melepaskanku."

" Jangan bicara yang tidak-tidak!" Bentak Felix.

" Permisi, ini pesanan anda." Sela sang pelayan hingga membuat pertengkaran itu terhindarkan.

Felix menyeruput jusnya dengan emosi. Dia mendadak muak menatap wajah tampan William di sana. William hanya tersenyum tipis melihat tingkah gadis di hadapannya yang sering berubah-ubah ekspresi.

Tiba-tiba Felix merasakan ada desiran angin yang membelai lehernya lembut dan membuatnya bergidik.

Dia juga merasakan ada yang merayapi bagian sensitifnya di bawah sana. Felix secara diam-diam menyentuh bagian kemaluannya untuk mengecek apa yang sebenarnya merayap di sana, namun hasilnya nihil.

Tak sadar Felix terus menatap wajah William dan di balas dengan alis William yang meninggi karena pandangan sayunya. Felix segera membuang tatapannya kearah lain.

Kini Felix merasa sesuatu meremas dan memaksanya membuka pahanya hingga vaginanya dapat kembali menghirup udara bebas.

Felix merasa ada sebuah batang besar yang menggesek bibir vaginanya yang sensitif dan mulai berdenyut kencang.

" Akh! Sial! Apa yang sebenarnya terjadi? Apa yang bergerak di bawahku? Ini sungguh membuat resah tapi... Ahh... Sial ini nikmat!" Desah Felix kuat dalam hatinya.

Felix kembali memejamkan matanya dan terprovokasi dengan pergerakan di sana. Felix meraba bagian bawahnya untuk menjauhkan benda besar dan hangat itu dari sana, namun Felix tak bisa menggenggam ataupun menemukan benda yang menggesek kuat disana. Felix hanya menemukan celana dalamnya yang mulai basah karena cairannya keluar di bawah sana.

Ujung besar tumpul itu mulai menyulusup kedalam vagina Felix yang sudah licin. Mata Felix terpaku pada sedotan yang di pegang oleh William. William menggerakan sedotan itu naik turun searah dengan gerakan benda besar itu di vagina Felix.

Felix meremas kuat ujung kursinya. Dia melengkingkan tubuhnya karena benda itu terasa semakin dalam masuk ke rahimnya.

William mempercepat gerakan sedotannya di gelas membuat vagina Felix bergetar kencang karena sesuatu menusuknya lebih cepat dan cepat lagi.

Felix membungkam mulutnya untuk menahan desahannya yang hanpir lolos.

" Ah, ah, nggh, ini ahh, ini membuatku gila! Ini sangat besar ah, ah.. sadarlah Felix dia sedang menatapmu sekarang! Jangan sampai desahanmu tersedengar olehnya!"

Air mata Felix mulai mengucur keluar bersama dengan keringatnya. Rahimnya menghisap kuat ujung benda keras itu.

" Sial! Aku merasa ingin keluar lebih banyak!!"

" Aaahh... Eunnghhmmm..." Desahan panjang Felix bersamaan dengan vaginanya yang semakin basah karena cairannya yang meronta keluar dari sana.

Cairan Felix mengalir di pahanya dan beberapa tetes membasahi lantai caffe tersebut. Wajah Felix merah padam karena semua mata kini tertuju padanya.

Desahan kencangnya membuat semua orang di sana menatap ke arah nya dan William. Felix tidak bisa pergi begitu saja karena pakaian bawahnya sudah sangat basah, tapi dia juga tidak kuat menahan rasa malu yang teramat dalam.

William bangkit dan berjalan kearah Felix. Dia merangkul tubuh Felix.

" Kaulah orangnya, aku sudah memilihmu sayang." William menarik leher pakaian Felix hingga bahunya dapat tereksposes lebih banyak.

Wajah William pun menusup diantara lehernya, Felix merasa sepasang taring kuat merobek pundaknya dan mengisap kuat cairan penunjang hidupnya itu.

Tatapan Felix menjadi kabur seketika. Nafas William membelai lembut leher Felix dan membuatnya jatuh lunglai tak sadarkan diri dalam dekapan William.












Kyuji_25

[ GS ] BANG TIMETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang