"Wonhee."
Wanita dengan setelan jaket rajut itu menoleh kearah si sumber suara. Disana, terlihat Mina sedang menatapnya seolah ingin mengajak berbicara. Mereka sedang duduk bersantai disalah satu kursi restoran yang mengarah ke jalanan besar setelah menghabiskan waktu kurang lebih dua jam untuk berbelanja bulanan.
Menikmati sebuah sushi dengan tambahan tiramisu. Beruntung makanan yang terakhir bisa mereka temui setelah sekian lama berkeliling, Mina teringin memakan tiramisu.
"Apa?" sautnya.
Mina menggigit bibir. Menaruh tiramisu miliknya diatas meja santai mereka sambil mulai fokus kembali. "Terima kasih."
Wonhee membeo, bahkan makanan yang hampir dirinya suap tidak jadi masuk kedalam mulut saat mendengar kalimat terakhir Mina. "Untuk apa berterima kasih?"
Mina mengendik bahu. "Entahlah, aku hanya ingin mengatakannya saja. Selama kandunganku disini, hanya kau satu-satunya orang yang membantuku selama ini termasuk Jay." jawabnya. Menatap jalanan yang kini mulai gerimis lagi. "Aku serasa memiliki keluarga lagi." sambungnya.
Wonhee menaruh sumpit miliknya diatas meja. Menatap kearah depan hingga tatapan keduanya bertemu, Wonhee mengusap pelan punggung tangan itu dengan amat lembut. Memberikan rasa nyaman pada Mina yang memang mulai agak kedinginan akibat cuaca yang tak menentu belakangan ini.
"Kita ini memang keluarga. Kau, aku dan Jay. Bocah itu bisa marah jika tidak dimasukkan kedalam daftar nama." kekehnya. "Apa kau ingat pertemuan pertama kita? Disaat aku lupa membawa dompet?"
Mina mengangguk lantang. "Tentu saja, aku rasanya ingin menendangmu saat sudah kubilang tidak perlu diganti. Tapi, jika kau tidak mengganti juga belum tentu kita akan berada disini sekarang. Belum tentu aku bisa senyaman sekarang."
"Wajahmu galak sekali waktu itu, tapi karena aku memang suka mengganggu jadinya aku kekeuh ingin mengganti uangmu. Alasan saja, sih. Kebetulan juga kita sama-sama berasal dari Seoul, jadinya aku seperti lebih nyaman denganmu."
"Iya, aku juga merasakannya."
Setelahnya, sebuah panggilan masuk dari ponsel Wonhee yang membuat keduanya langsung menatap kearah benda pipih disamping kanan Mina, ada nama dengan bahasa mandarin yang tentunya tidak dirinya tau. Sedangkan Wonhee menelan ludah gugup, memilih tak menjawab hingga notifikasi teratas tertulis 'satu panggilan tak terjawab dari ******'
"Kenapa tidak diangkat? Siapa tau itu penting."
Wonhee menatap gagap. Menggeleng didepan Mina yang malah menarik perhatian, Wonhee seperti sedang menyembunyikan sesuatu darinya. "Itu dari Jean, dia pasti minta bertemu dijam sekarang. Karena aku masih bersamamu jadi aku tidak mengangkatnya."
"Jika kau ingin pergi maka pergi saja, aku bisa memesan taksi untuk pulang nanti. Kebetulan juga sekarang sedang gerimis, jadi aku ingin segera cepat tidur malam ini."
"No! Aku tidak akan pergi dan meninggalkanmu dengan perut yang sudah semelenting itu." tolaknya yang membuat Mina menghela napas. "Eit! Tidak ada yang bisa membantah apa yang sudah kuucapkan."
Wonhee berdiri dari duduknya, meraih ponsel tadi yang membuat kedua alis Mina bertaut seakan bertanya. "Aku ketoilet. Sebentar saja, ingin buang air kecil." dan setelahnya, kaki panjang itu segera pergi meninggalkan meja mereka.
Mina berdecak sebal, apa-apaan wanita itu meninggalkannya disaat sekarang. Belum lagi pengunjung ke restoran juga lumayan ramai yang sempat membuat Mina bertambah kesal. Dirinya tidak suka di keramaian terutama sekarang ini Mina sedang duduk sendiri.
Sedangkan ditempat lain, Wonhee membuka kunci ponselnya dengan segera. Kembali menelfon si pelaku yang sebelumnya menelfon dirinya didekat Mina. Beruntung sahabatnya itu tidak pandai membaca bahasa ponselnya, jadi Wonhee agak sedikit lebih lega.
KAMU SEDANG MEMBACA
DOCTOR & CEO ✓
Fanfic'our love story, taemina.' Kim Taehyung, duda beranak satu yang selalu mengutamakan apa yang diinginkan bocah umur 5 tahun kesayangannya itu. Kim Younjae selalu merengek akan kasih sayang seorang ibu padanya. Hingga satu orang wanita dewasa dengan p...