Chapter 19 : Bazar

28 4 0
                                    

"Agak keatasan dikit... yak oke pas, cakep!" Terlihat koordinator seksi dekorasi sibuk mengomando rekan-rekannya untuk memasang banner besar di panggung. Namanya Farhan.

Seluruh panitia yang telah dibentuk bergerak cepat sejak pertama dibentuk. Semuanya kompak. meskipun ada beberapa kendala, namun sejauh ini semuanya berjalan lancar. 

Yang paling krusial adalah seksi penggali dana yang telah berhasil mengumpulkan dana sesuai target yang ditentukan, padahal angka yang ditargetkan lumayan fantastis. Panitia yang hanya bekerja di hari H semuanya dimasukkan ke panitia penggalian dana dan dibentuk kelompok-kelompok kecil dengan masing-masing target yang ditentukan. 

Kemudian mereka mulai mengajukan proposal-proposal ke toko-toko atau instansi yang sekiranya bisa untuk membantu pendanaan (selain sponsor-sponsor besar yang telah bekerja sama). Mereka dengan cerdiknya juga melakukan kegiatan usaha seperti menjual makanan disaat car free day dan mengumpulkan dan menjual barang-barang bekas. Semangat dan kekompakan mereka benar-benar membuatku kagum.

Mungkin memang dalam acara ini telah dibentuk kepanitiaan yang bertanggung jawab atas bagian yang telah dipilih, namun bukan berarti yang bekerja hanya yang berada di dalam bagian tersebut, melainkan kami saling mengisi ruang kosong, siapa yang belum ada pekerjaan, secara sukarela menawarkan diri untuk membantu. Khususnya bagian perlengkapan dan dekorasi, bahkan teman-teman di sekolah yang bukan panitia pun turut membantu.

Bekerja dalam tim seperti ini banyak sekali memberi pengalaman dan pelajaran, salah satunya, bahwa ada banyak sekali hal yang kita tidak bisa mengerjakannya sendiri. Mungkin ada beberapa, tapi pasti lebih ringan jika dikerjakan bersama.

Seperti halnya saat kita menanggung beban sendirian, sesak yang kian tak terkendali, rasa yang ingin tumpah namun tak tahu ditumpahkan kemana. 

Terkadang, memiliki teman yang sukarela menawarkan telinganya untuk mendengar cerita-cerita yang itu-itu saja, yang mungkin dipikiran orang lain terlalu lebay, meskipun ia tak selalu bisa paham dan memberi solusi, adalah nikmat yang begitu besar. Tentu harus di telinga orang yang tepat. Karena setiap cerita yang keluar dari seseorang, bagiku adalah sebuah amanah yang ditopang oleh dinding-dinding kepercayaan. Sekali roboh, ia akan hancur.

Panggung acara telah berdiri dengan gagah di ujung lapangan sekolah. Di depannya, di sisi kiri dan kanan adalah stand-stand makanan yang didirikan per kelas. Mulai dari kelas sepuluh IPA 1 di sisi kanan paling dekat dengan panggung dan seterusnya hingga kelas dua belas IPS 4.

Tema bazar kali ini adalah ibukota dunia, jadi setiap kelas mendekorasi stand masing-masing sesuai dengan kota yang didapat saat lotre di technical meeting jauh-jauh hari sebelumnya.

Antusiasme dari teman-teman sekolah membuatku tak sabar acara besok berlangsung, lihat saja, di lapangan sekolah kini ada yang bahu membahu mendirikan menara Eiffel, ada yang mendekorasi kerajaan Mesir kuno, suasana musim semi di Tokyo, Sydney Opera House dan sebagainya. Keren!

"Ra, tolong kirimin PDF rundown acara besok ya,"

***

"Saya harap, semua bekerja semaksimal mungkin pada posisi masing-masing. Jika masih ada yang bingung apa yang harus dikerjakan, tanya kepada kordinator masing-masing bagian. Acara ini adalah acara terakhir kita sebelum re-organisasi, jadi harus maksimal. 

Hari ini akan menjadi cerita hingga berpuluh-puluh tahun ke depan. Alhamdulillah semua berjalan lancar hingga hari H ini. Dan hari inilah yang menentukan sukses tidaknya acara kita. Mohon kerjasamanya teman-teman!" Briefing terakhir dari Zaki membuat ruang panitia seakan meledak.

Ketika Bintang Kehilangan CahayanyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang