01

819 121 12
                                    

Hyunjin itu cuek, sangat cuek. Selama 3 bulan pacaran selalu saja Seungmin yang memulai sesuatu duluan. Misalnya seperti sekarang, Seungmin sangat merindukan Hyunjin karena itu ia menunggu Hyunjin selesai kerja part time di mini market sambil mengerjakan tugas kampusnya.

"Kau sudah makan malam?" tanya Seungmin saat Hyunjin sedang membereskan makanan cepat saji yang sudah kadaluarsa dari raknya.

"Sebentar lagi."

"Mau makan apa?"

"Ini," kata Hyunjin sambil memperlihatkan sekotak sushi yang barusan ia ambil dari rak.

"Itu kan sudah basi."

"Tidak apa-apa, baru lewat 5 menit."

"Kau sudah sering makan itu. Aku hanya khawatir dengan kesehatanmu."

"Tidak apa-apa," ulang Hyunjin membuat Seungmin meniup poninya karena kesal.

"Biar aku pesankan makanan yang layak."

Hyunjin segera menahan tangan Seungmin yang ingin mengambil handphonenya. "Tidak usah, jangan repotkan dirimu."

"Tapi aku juga ingin makan."

"Kau pulang saja." Hyunjin melihat jam tangan di pergelangan tangan Seungmin. "Sudah malam."

"Tenang Hyunjin, hari ini orang tuaku tidak ada di rumah."

"Kenapa?"

"Ayahku ke Hongkong dan ibuku ke Paris. Mereka sibuk sekali belakangan ini."

Hyunjin pun melepas genggaman tangannya dari lengan Seungmin. Ia tidak mengatakan apapun dan hanya lanjut mengerjakan pekerjaannya. Tiba-tiba Seungmin memeluk Hyunjin dari belakang. Kenapa ingin berduaan saja rasanya susah sekali? Begitulah pikirnya.

"Hei, nanti ada yang lihat."

"Aku sangat merindukanmu. Lagipula kita pacaran. Apa salahnya pelukan seperti ini?"

Hyunjin akhirnya menyerah. Ia biarkan saja Seungmin menempel padanya sementara dia sibuk menata rak makanan.

_____

Hyunjin baru saja pulang setelah mengantar susu dan koran ke rumah-rumah. Ia mengunci sepedanya di tempat parkir kemudian melangkah ke apartemen tempatnya tinggal bersama sang ibu. Apartemen sederhana di pinggiran kota dimana ada banyak orang-orang kelas menengah ke bawah yang menghuni tempat itu.

Begitu sampai di dalam, Hyunjin segera bersiap untuk pergi ke tempat kerja part time selanjutnya. Dia bahkan tidak sadar jika ibunya sedang memperhatikan dari ambang pintu.

"Hyunjin, kau tidak sarapan?"

"Nanti saja."

"Maaf ya gara-gara punya ibu yang miskin begini kau jadi tidak bisa kuliah seperti teman-temanmu."

Hyunjin diam saja karena sudah bosan mendengar kalimat itu dari beliau.

"Ibu janji jika hutang ayahmu sudah lunas, ibu akan mengajukan pinjaman supaya kau bisa kuliah."

"Tidak usah. Jangan menambah hutang lagi. Aku tidak ingin kuliah, jadi urus saja diri ibu karena aku sudah bisa menanggung hidupku sendiri."

Setelah mengatakan itu Hyunjin bergegas keluar dari apartemen meninggalkan sang ibu yang matanya berkaca-kaca. Hyunjin sudah muak mendengarnya. Hutang ayahnya yang suka berjudi itu sangat banyak. Tiap bulan mereka harus membayar cicilan belum lagi bunganya terbilang tinggi.

Ibunya bekerja sebagai seorang pelayan di rumah konglomerat. Beliau sering bercerita banyak hal tentang kehidupan orang kaya. Tiap hari pasti ada saja makanan sisa yang beliau bawa dari rumah itu. Terima kasih juga karena berkatnya Hyunjin jadi tau seperti apa selera makanan orang kaya.

Kerja part time yang Hyunjin lakukan sekarang adalah menjadi pelayan di restoran bintang 5. Gaji dari tempat ini terbilang tinggi apalagi pelanggan yang datang sering memberinya tip. Entahlah, apa karena Hyunjin memiliki wajah yang tampan? Dia sendiri tidak menyadari hal itu.

Di saat Hyunjin menjalani kehidupan yang keras, Seungmin justru hidup dalam kemewahan sejak lahir. Apapun yang diminta pasti langsung disediakan. Seungmin bahkan tidak perlu melakukan hal-hal berat karena sudah ada orang yang akan menggantikannya melakukan hal itu.

Lihat saja sekarang, mobil yang ia kendarai untuk ke kampus tiba-tiba mogok. Hanya perlu menelpon pelayannya dan tak lama kemudian datanglah mobil lain yang bisa ia gunakan, tentu saja mobil itu miliknya juga.

Meski lahir di keluarga kaya, Seungmin tidak pernah sombong. Buktinya ia punya banyak teman di kampus. Iya, Seungmin memang ramah dan suka bergaul. Sayangnya ada satu hal yang hingga saat ini sulit ia dapatkan.

Perhatian dari Hyunjin.

"Lagi-lagi tidak membalas chat-ku."

"Siapa?"

"Pacarku."

"Apa dia sibuk? Dari kampus mana?"

Seungmin pun langsung memasukkan handphonenya ke saku celana. "Iya dia sangat sibuk."

Ada beberapa pertanyaan menyangkut Hyunjin yang selalu ia hindari. Bukan karena malu tapi Seungmin tidak ingin orang-orang menghina pacarnya. Seungmin harus melindungi nama baik Hyunjin karena dia sangat menyayanginya.

_____

Hyunjin terdiam melihat 5 panggilan tak terjawab dari Seungmin di layar handphone. Kalau boleh jujur ia merasa bersalah karena selalu mengabaikan Seungmin. 3 bulan pacaran dan waktu mereka berkencan bisa dihitung jari. Hyunjin bahkan tidak pernah memberikan hadiah apapun untuk Seungmin.

"Gajimu sudah masuk rekening?" tanya Sunwoo yang merupakan teman kerja Hyunjin di restoran.

"Sudah," jawabnya kemudian mulai memakai jaket dengan terburu-buru.

"Kau mau lanjut kerja di mini market?"

"Masih ada sisa waktu. Sepertinya aku akan menemui Seungmin."

"Kalian mau pergi kencan?"

"Entahlah, apapun itu yang penting aku bisa menemuinya hari ini."

"Yasudah kalau begitu. Hati-hati," ucap Sunwoo sambil menepuk pundak Hyunjin.

Begitu Hyunjin keluar dari ruang ganti karyawan, Sunwoo hanya bisa menghembuskan napasnya. Hyunjin itu selalu bekerja keras. Ia juga tau jika Hyunjin berpacaran dengan Seungmin karena sebuah kesalahan. Hyunjin pikir Seungmin tidak akan kuat bertahan menjalani hubungan tersebut. Kenyataannya sampai sekarang Seungmin terus bersabar sedangkan Hyunjin semakin merasa bersalah. Entah apakah Hyunjin juga memiliki perasaan yang sama pada Seungmin. Hidup Hyunjin saja sudah sangat sulit hingga membuatnya ingin melarikan diri.



Bersambung





He Didn't Love Me || HyunMinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang