04

516 109 33
                                    

"Apa ini?"

"Bekal makanan. Aku tidak mau perutmu sampai sakit karena terus makan yang tidak sehat."

"Kau tidak perlu repot-repot tapi... terima kasih."

Seungmin mengangguk kemudian memeluk pinggang Hyunjin dengan erat. Rasanya sudah lama tidak mencium aroma tubuh Hyunjin. Aneh padahal Hyunjin berkeringat karena naik sepeda tapi tubuhnya tidak bau malah terbilang wangi. Dibenamkan wajah manis itu ke dada Hyunjin sementara Hyunjin hanya mengusap bagian belakang kepala Seungmin dengan lembut.

"Kapan aku bisa mampir ke rumahmu?" tanya Seungmin sambil menatap wajah Hyunjin.

"Kenapa kau ingin tau rumahku?"

"Wajar kan? Masa aku tidak tau di mana rumah pacarku."

"Nanti saja kita bicarakan itu," kata Hyunjin sambil mengalihkan pandangan ke arah lain.

"Lalu kau bilang sudah membeli kalung daisy itu. Kenapa tidak dipakai?"

"Aku tidak mau menghilangkannya jadi kusimpan di laci."

Seungmin memicingkan matanya sebentar kemudian terkekeh melihat eskpresi gugup Hyunjin. "Aku percaya padamu," ucap Seungmin setelahnya.

Mereka pun duduk di kursi taman dan memakan es krim yang Seungmin beli tadi. Seungmin menyandarkan kepalanya ke pundak Hyunjin sambil menjilat es krim. Rasanya ia ingin waktu berhenti saja agar bisa terus berada di samping Hyunjin seperti ini.

"Apa kau tidak iri dengan teman-temanmu?"

"Iri kenapa?" tanya Seungmin.

"Mereka bisa berkencan dengan pacar, pergi ke tempat yang mewah dan melakukan banyak hal berdua."

"Iri sih tapi pacar teman-temanku tidak ada yang setampan dirimu." Seungmin terkekeh. "Aku bisa menahannya kok, selama apapun waktu yang diperlukan aku akan menahannya agar kita bisa terus bersama."

Tenggorokan Hyunjin tercekat mendengar ucapan Seungmin. Dia merasa tidak pantas mendapat cinta setulus itu dari Seungmin.

Tiba-tiba saja Hyunjin berdiri membuat Seungmin hampir menjatuhkan es krimnya.

"Aku harus pergi sekarang."

"Secepat itu?"

Hyunjin hanya berdeham kemudian berniat untuk menaiki sepedanya. Dengan cepat Seungmin menahan lengan Hyunjin dan nekat mencium bibir pemuda itu. Ciuman singkat tersebut sesaat membuat Hyunjin kehilangan akal sehatnya.

"Aku selalu menunggu tapi tidak pernah ada perubahan. Sepertinya memang harus aku yang mulai duluan," kekeh Seungmin sambil menggaruk lehernya karena salah tingkah.

Hyunjin masih terdiam tak bisa mengatakan apa-apa. Seungmin jadi gemas dengan tingkah Hyunjin.

"Itu adalah ciuman pertamaku. Iya, kau adalah pria yang beruntung Hwang Hyunjin. Karena itu jangan tinggalkan aku, mengerti?"

Hyunjin pun mengangguk kemudian mengusap puncak kepala Seungmin. Pemuda manis itu sedang tersipu malu menyadari apa yang telah ia katakan barusan.

Hyunjin kembali berpamitan dan Seungmin tak bisa mencegahnya lagi. Tidak apa-apa, setidaknya mereka bisa bertemu meski hanya sebentar. Seungmin juga bisa memberikan bekal makanan untuk Hyunjin terlebih lagi, barusan ia berhasil mencium bibir Hyunjin.

"Hwang Hyunjin kau benar-benar membuatku gila," gumam Seungmin sambil menangkup kedua pipinya yang masih memerah.


_____



Hari ini Seungmin dikejutkan dengan kedatangan seseorang ke kampusnya. Dia adalah Lee Minho, anak dari teman ibunya yang beberapa hari lalu ditemui. Minho menjemput Seungmin dengan mengendarai mobil mewah membuatnya menjadi pusat perhatian.

He Didn't Love Me || HyunMinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang