09

382 62 30
                                    

Triiiing

"Selamat datang."

Hyunjin menyapa dengan ramah wanita yang kini berdiri di hadapannya. Cukup lama ia dipandangi hingga hal itu membuat Hyunjin merasa tidak nyaman.

"Ada yang bisa saya bantu?"

"Kau bekerja di sini?"

Hyunjin melihat seisi minimarket tersebut sebelum menganggukan kepala mengiyakan pertanyaan wanita itu.

Tak disangka setelah mendapat jawaban dari Hyunjin, dia malah mendesis seolah meremehkan. "Lucu sekali."

"Maaf?"

"Langsung ke intinya saja, jauhi Seungmin dan jangan pernah muncul di hadapannya lagi."

Hanya dengan begitu saja Hyunjin sudah langsung mengerti. Sebelumnya ia memang pernah membayangkan kejadian seperti ini dan siapa sangka sekarang ia benar-benar mengalaminya.

"Kau tau sendiri kan kalau anakku hanya pantas untuk seseorang yang setara dengannya. Berani sekali kau menggoda Seungmin dan membuatnya terlihat bodoh."

Hyunjin diam saja karena selain terkejut ia juga kehabisan kata-kata. Wanita itu jelas tidak tau apa-apa tentang hubungan mereka.

"Kau mengerti kan? Seungmin itu sudah punya tunangan. Kau pasti hanya memanfaatkan Seungmin karena tau dia berasal dari keluarga kaya."

Kesabaran Hyunjin sudah habis. Saking kesalnya ia pun mendesis membuat Nyonya Kim menaikkan satu alis karena heran.

"Cih, padahal Seungmin duluan yang mengejarku."

Mendengar ucapan Hyunjin barusan seketika membuat Nyonya Kim emosi. Ia langsung menampar pipi Hyunjin karena merasa Hyunjin sudah merendahkan anaknya.

"Menyebalkan sekali! Kau memang tidak pantas untuk anakku."

Setelah mengatakan itu, Nyonya Kim pun pergi meninggalkan Hyunjin dengan pipi yang merah. Hyunjin tidak bereaksi apapun. Saat ini perasaannya jauh lebih terluka dari pada pipinya.

Sejak awal Hyunjin memang sudah menduga akan begini akhirnya. Bagai langit dan bumi hubungan mereka tidak akan berhasil. Tapi apa harus seperti itu cara Nyonya Kim memberitahu Hyunjin? Apakah harus menginjak harga diri dulu setelah itu asal menampar atau menghina Hyunjin?

Untuk pertama kalinya Hyunjin menangis karena tak kuasa menahan semua rasa sakit itu. Ia bersandar di rak belakang meja kasir, menundukkan kepala menangis seorang diri hingga sesenggukan. Pada akhirnya Hyunjin mengambil handphone dan mengetik sesuatu untuk Seungmin. Setelah chat itu terkirim, Hyunjin kembali membenamkan wajahnya, menangisi takdir menyakitkan yang harus ia alami.

"Selamat tinggal, Seungmin."



_____




Sudah 2 hari Seungmin tidak keluar dari kamarnya. Selain karena dilarang meninggalkan rumah, ia juga mendapat chat mengejutkan dari Hyunjin. Seungmin benar-benar kehilangan semangatnya.

Tak hanya Seungmin, Minho pun jadi tidak bisa menemui Seungmin. Padahal Nyonya Kim tidak melarang bertemu Minho hanya saja Seungmin memang tidak ingin menemuinya. Inilah pembalasan yang ia lakukan pada sang ibu karena sudah melarangnya pergi keluar.

Seungmin terus menangis di dalam kamar hingga wajahnya begitu kacau. Hyunjin benar-benar mencampakkannya. Seungmin tidak bisa menghubungi Hyunjin karena sepertinya sudah diblokir. Selain itu Seungmin tidak tau siapa lagi yang berkaitan dengan Hyunjin selain ibu Hyunjin yang merupakan seorang pelayan di rumah keluarga Lee.

"Hyunjin... Apa kau benar-benar tidak mencintaiku?" tanya Seungmin sambil mengusap layar handphonenya yang terpampang foto Hyunjin di sana.

Hari keempat Seungmin mengurung diri di kamar dan rumah besar itu tiba-tiba dihebohkan oleh suara teriakan seorang pelayan yang berlari menuju ruang kerja Nyonya Kim. Biasanya saat pelayan itu membawakan makanan, Seungmin akan membuka pintu dan mengambil makanan itu. Tapi hari ini Seungmin bahkan tidak bersuara saat pintu kamarnya diketuk berkali-kali. Pelayan yang khawatir jadi semakin panik dan sekarang mereka sedang berusaha membuka pintu kamar Seungmin.

Benar saja, setelah bersusah payah Nyonya Kim dan para pelayan berhasil masuk dan melihat Seungmin terbaring di lantai. Wajahnya pucat dan tubuhnya makin kurus. Ternyata Seungmin tidak menyentuh semua makanan yang diberikan. Entah bagaimana pemuda itu bisa bertahan selama 4 hari.

"Cepat panggilkan dokter sekarang!"


_____




Sejak siang tadi Minho terus berada di rumah keluarga Kim. Tentu saja karena ia khawatir pada Seungmin. Melihat kondisi Seungmin yang tak berdaya sungguh membuatnya sedih. Nyonya Kim telah menceritakan semuanya, tentang pemuda bernama Hwang Hyunjin yang telah mengacaukan Seungmin hingga seperti ini.

Sudah pukul 8 malam dan Minho belum melihat tanda-tanda kesadaran Seungmin. Yang bisa Minho lakukan hanya duduk diam di samping Seungmin sambil memperhatikan pemuda itu dengan jarum infus yang menancap di punggung tangannya.

"Kuharap kau cepat sadar. Aku ingin jadi orang pertama yang kau lihat begitu kau membuka mata."

Permintaan Minho akhirnya terwujud. Tangan kecil Seungmin bergerak sedikit dan tak lama kemudian kelopak matanya terbuka perlahan membuat Minho langsung sumringah. Betapa senangnya Minho hingga tak lama kemudian senyum itu memudar karena Seungmin justru memanggilnya dengan nama orang lain.

"Hyunjin..."

Air mata Seungmin menetes setelah ia menyadari jika laki-laki yang dilihatnya bukan Hyunjin melainkan Minho. Seungmin bahkan tidak sadar jika dirinya sedang dipasangi infus. Seungmin hanya ingin cepat-cepat keluar dari sana untuk mencari Hyunjin.

"Kau mau kemana??"

Seungmin tidak menyahut. Ia masih berusaha mencabut jarum infus itu hingga Minho memegang erat kedua pundaknya.

"Sadarlah Kim Seungmin! Kau itu tunanganku! Tidakkah kau peduli pada perasaanku yang harus melihatmu menangisi pria lain?!"

Seungmin enggan melihat wajah Minho. Baginya Minho sama saja seperti sang ibu dan Seungmin tidak suka. Yang ia butuhkan hanya Hyunjin, maka hidupnya akan baik-baik saja.

"Kumohon Seungmin... Lihatlah aku seorang..."

Seungmin menggeleng hingga tangisannya pun pecah. Seungmin menutupi wajahnya dengan kedua telapak tangan sambil terisak. Apakah hanya untuk mengetahui keberadaan Hyunjin harus sesulit ini?

Minho yang melihat Seungmin begitu rapuh pun memutuskan untuk menarik Seungmin ke dalam pelukannya. Di dalam kamar itu Seungmin terus menangisi Hyunjin dan tidak menghiraukan Minho yang sedang memeluknya. Bagi Seungmin pelukan tersebut tidak berarti apa-apa sedangkan bagi Minho hal itu mungkin saja bisa membuat Seungmin berpaling padanya meski hanya sedikit.







2 minggu kemudian...

"Bibi Jung."

Ibu Hyunjin terkejut saat melihat Minho masuk ke dapur. Entah apa yang tuan muda itu cari sampai harus menyapa seorang pelayan.

"Ada yang bisa saya bantu tuan muda?"

"Begini, untuk acara hari Minggu nanti kita akan mengundang banyak tamu. Otomatis pelayan yang diperlukan juga harus lebih banyak."

"Iya tuan muda..."

"Maksudku adalah, apa kau tidak bisa mengajak anakmu untuk membantu di sini nanti?"

"Anak saya?"

"Hm, yang di rumah sakit waktu itu anak bibi kan?"

"I-iya..."

"Aku ingin dia bekerja di hari itu saja. Bisakah kau membicarakannya dengan anakmu?"

Ibu Hyunjin pun mengangguk mengerti. Meski ia tau Hyunjin punya banyak kerja part time tapi yang satu ini adalah permintaan khusus dari Minho. Mungkin saja keluarga Lee memang membutuhkan tambahan tenaga untuk pesta pertunangan Minho dengan Seungmin.

"Baik, saya mengerti tuan muda."






Bersambung





Haaaai siapa yang masih nungguin book ini?? Maaf udah gantungin kalian hampir 1 tahun 😭
Kalo lupa sama cerita sebelumnya bisa baca lagi yaa

He Didn't Love Me || HyunMinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang