Triiing
"Selamat dat—"
"Hyunjin..."
Hyunjin menelan ludahnya dengan kasar. Harusnya ia sudah bisa menduga, cepat atau lambat Seungmin akan mendatanginya. Begitulah dia, lagipula wajar saja dia bertindak demikian. Seungmin pasti ingin tau kabar Hyunjin yang tiba-tiba mengabaikan panggilan dan chat darinya.
"Kenapa?" tanya Hyunjin dingin sambil kembali menata rokok di rak belakang meja kasir.
"Kenapa?? Hanya itu yang bisa kau katakan??" Seungmin pun mendekat dan berpegang pada meja kasir.
"Maaf tapi aku sedang sibuk."
"Apa aku melakukan kesalahan?? Handphonemu selalu tidak aktif. Sekalinya aktif kau tidak akan mengangkat atau membalas chatku."
"Aku sibuk," ucap Hyunjin setelah menghembuskan napas.
"Hyunjin lihat aku," kata Seungmin sambil menarik pelan lengan Hyunjin.
Apa ini saatnya bagi Hyunjin untuk mengajak Seungmin putus? Hyunjin rasa jika ia mengatakan sekarang, Seungmin paling hanya akan marah dan menamparnya. Setelah itu ia bisa kembali ke kehidupan normal tanpa harus terjebak di perasaan rumit yang disebut cinta itu.
"Hyunjin..."
Pada akhirnya Hyunjin menurut untuk melihat ke arah Seungmin. Tak disangka Seungmin sedang meneteskan air mata sambil menatapnya dengan bola mata yang bergetar. Dada Hyunjin terasa sakit melihat pemandangan itu. Lagi-lagi hati kecilnya memaksa Hyunjin melakukan sesuatu di luar akal sehat. Iya, Hyunjin melangkah keluar dari meja kasir kemudian menarik Seungmin ke dalam pelukannya.
Tangis Seungmin pun pecah. Ia menangis sejadi-jadinya di pelukan Hyunjin. Hyunjin sendiri ikut merasakan kesedihan Seungmin. Dengan lembut ia mengusap bagian belakang kepala Seungmin berharap agar kekasihnya itu bisa lebih tenang.
"Jangan abaikan aku... Aku sangat merindukanmu... Aku...aku minta maaf... Hiks... Hyunjin... Maafkan aku..."
Hyunjin hanya menggelengkan kepala meski tau Seungmin tidak akan bisa melihatnya. Tenggorokan Hyunjin tercekat membuatnya kesulitan untuk mengatakan sesuatu. Yang bisa ia lakukan hanya terus memeluk Seungmin dan jauh di dalam lubuk hatinya, ia juga merindukan pemuda manis itu.
"Aku tidak butuh orang lain... Aku hanya menginginkanmu Hyunjin. Karena itu jangan menyerah, aku akan berusaha supaya kita bisa terus bersama..."
Hyunjin tau, pasti Seungmin punya alasan kenapa dia tidak mengatakan apapun soal pertunangan sampai sekarang. Haruskah Hyunjin mempercayai Seungmin dan bertahan sedikit lebih lama?
Dengan perlahan Hyunjin pun melepaskan pelukannya. Ditatapnya wajah Seungmin yang sudah kacau karena tangisan keras barusan. Hyunjin hanya tersenyum tipis kemudian mengusap air mata Seungmin dengan ibu jarinya. Syukurlah Seungmin tidak menangis lagi.
"Apa ibumu tidak akan mencarimu?"
"Aku bilang kalau aku pergi ke rumah teman untuk membuat tugas kelompok."
"Kau sudah pintar berbohong ya."
"Biar saja! Kalau tidak begini mana mungkin aku bisa bertemu denganmu!"
Seungmin pun melangkah ke arah lemari es dan mengambil sebotol soju. Hyunjin terlihat panik karena tidak biasanya Seungmin mengambil minuman keras.
"Jangan mencegahku! Aku bukan anak kecil lagi."
"Tapi kau tidak kuat minum."
"Kata siapa? Aku bisa menghabiskan 3 botol."
Benar saja, Seungmin malah mengambil 3 botol soju dan memilih duduk di dekat jendela etalase menghadap keluar. Disana ia langsung menuang soju dengan tidak sabaran dan meneguknya seperti orang kehausan. Hyunjin sendiri terlihat was-was apalagi ada beberapa pelanggan datang dan harus ia layani.
KAMU SEDANG MEMBACA
He Didn't Love Me || HyunMin
FanfictionSekeras apapun berusaha, kita memang tidak ditakdirkan untuk bersama. ⚠️ BxB ⚠️ Bahasa baku 29-01-22 s/d ??? © 2022 by hwangsoul