4 - Langit Kelam

38 4 0
                                        

Matahari membuat langit sore yang awalnya biru menjadi jingga. Lumine dan Diluc hanya saling diam tidak ada yang ingin berbicara lebih dulu. Lumine tidak tahu kalau dia bicara apakah akan menyakiti Diluc atau tidak.

Diluc: "Maaf, tadi saya jadi kasar waktu bicara dengan Jean."

Lumine: "Oh, kakak kenal dengan mereka tadi?"

Diluc: "Kamu tidak kenal mereka?"

Lumine: "Cuma pernah lihat diberita, tapi aku gak tahu wajah mereka secara langsung."

Diluc: "Itu mantan istri dan mantan adik angkat saya."

Lumine: "Ah? Adik dan mantan istri kakak?"

Diluc: "Sepertinya kamu memang tidak pernah baca berita."

Lumine: "Oh begitu yah"

Diluc: "Hamil sudah besar, tapi malah tidak jaga diri dasar Jean."

Lumine diam dia tidak mau menyambung kalimat Diluc. Jadi itu mantan istrinya Diluc yah benar-benar cantik. Bahkan nada bicara perempuan itu sangat halus dan begitu sopan didengar. Kenapa bisa mereka berpisah yah? Ya sudahlah tidak ada yang tahu penyebabnya. Namun satu hal yang sangat mengganjal dirinya. Kalau Nona Jean sedang hamil dengan perkiraan usia kehamilan empat bulan. Itu artinya mereka bercerai saat Nona Jean sedang mengandung anaknya.

Lumine: "Kak, aku lihat dipostingan kakak di kebun ada burung elang yah?"

Diluc: "Oh iya saya pelihara elang biar ada yang tangkap hama-hama macam tikus. Daripada pakai pestisida merusak kualitas dan tidak sehat."

Lumine: "Kak, antar aku ke rumah saja yah"

Diluc: "Loh gak mau makan malam dulu di rumah saya?"

Lumine: "Aku juga harus beres-beres rumah dan masak buat papa dan kakak. Kalau aku gak masak kasihan mereka berdua kelaparan nanti."

Diluc: "Oh begitu kita singgah beli bahan makanan saja di supermarket gimana?"

Lumine: "Eh, gak usah kak! Aku kemarin sudah singgah beli bahan makanan kok sepulang dari gereja."

Diluc: "Begitu yah"

Ucap Diluc sembari berkendara menuju rumah Lumine. Tempat yang jarang diperhatikan oleh pemerintah. Tentu saja kalau Diluc datang lagi ke sana orang-orang pasti akan kaget. Untuk seorang pria nomor satu se-Mondstadt datang ke tempat kumuh hanya karena seorang gadis.

Rumah Kediaman Bapak Dainsleif, Kompleks Perumahan Bagian Barat, MondstadtPukul 16.00

(Kriiieeeeet...)

Lumine: "Papa! Selamat sore!"

Dainsleif: "Ya, selamat sore mari masuk!"

Sahut Dainsleif yang sedang melakukan sesuatu di dapur.

Lumine: "Ayo kak masuk dulu"

Diluc: "Permisi Pak Dainsleif"

Lumine mengajak Diluc masuk ke dalam rumah. Diluc mengucapkan salam pada Dainsleif yang terlihat sedang memotong sayur di dapur. Lumine pun keluar dari kamarnya dan memakai daster rumah biasa.

Lumine: "Lah kok malah papa yang masak duluan?"

Dainsleif: "Hari ini papa antar paketnya cuma sedikit jadi papa pikir masak saja buat anak-anak papa. Tuan Diluc! Tuan bisa makan sayur kuah bayam tahu?"

Tak LagiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang