5 - Yang Lalu

35 6 1
                                    

Tepat dua jam kemudian

(Brak!)

Prof. Alice: "Lumine ikut saya bicara di dalam"

Kaeya: "Dokter saya adiknya! Saya adik dari Diluc!"

Prof. Alice: "Kalau begitu kau juga masuk dan yang lain tetap menunggu di sini."

Prof. Alice menuntun mereka berdua masuk ke dalam UGD. Bagi Lumine ruangan ini sangat familiar baginya karena dia bekerja di tempat seperti ini di negara sebelah. Terlihat dr. Albedo dan Perawat Venti kelelahan dan menyandarkan diri mereka di ranjang pasien yang kosong. Prof. Alice belum membukakan tirai karena dia yakin mereka belum siap melihat kenyataan.

Prof. Alice: "Kalian harus kuat oke?"

(Sraaak!)

Lumine menangis bukan main setidaknya doanya dikabulkan oleh yang maha pengasih. Diluc belum pergi jauh meninggalkan mereka. Gadis itu berdiri di samping pria itu dan meraih tangan kanan Diluc.

Prof. Alice: "Lumine, saya, anak saya dan teman-teman sudah berusaha sebaik mungkin. Puji Tuhan, Diluc masih mau kembali bersama kita. Sayangnya karena overdosis, kurangnya oksigen di otak serta henti jantung yang berlangsung kurang lebih dua jam. Kamu tahu kan kemungkinan terburuknya?"

Lumine: "Iya Prof, saya paham"

Kaeya: "Kakak saya akan bangun kan prof?!"

Prof. Alice: "Kamu tidak dengar kata-kata saya tadi? Dia masih dalam kondisi kritis kami sudah berusaha untuk mengeluarkan sisa-sisa dari pil yang dia konsumsi. Setelah ini Diluc akan menghadapi masa kritisnya dan saya harap kamu sebagai adiknya berdoa yang terbaik untuk kakakmu."

Lumine: "Kak, aku di sini, aku gak akan tinggalkan kakak. Maafkan aku kak bukannya menghibur kakak, tapi malah mendiamkan kakak. Aku minta maaf baru menghubungi kakak hari ini. Harusnya aku menghubungi kakak sebelumnya."

Kaeya jujur ingin mendekati kakaknya itu, tapi kaki dan tangannya terlalu berat untuk melangkah. Jadi dia hanya melihat kakaknya dari jauh. Pemandangan yang sama dengan kejadian beberapa tahun lalu. Ketika mereka harus menyaksikan kematian ayah mereka.

Lumine: "Kakak harus kuat, kakak harus bangun, kakak harus kembali banyak orang tidak ingin kehilangan kakak. Aku tidak ingin kehilangan orang yang aku sayangi kak. Aku sudah kehilangan mama, tante dan sekarang aku tidak mau kehilangan orang yang aku cintai."

Kaeya memilih keluar membiarkan Lumine bersama Diluc. Rasanya dia tidak berhak menganggu mereka meskipun dia adalah adik dari Diluc. Semua orang menatap Kaeya menunggu kabar keluar dari mulut pria itu.

Elzer: "Tuan Kaeya?"

Kaeya: "Detak jantung Diluc sudah kembali, tapi kata dokter efek samping dari overdosisnya masih akan jadi masalah. Ditambah tadi Diluc kehilangan napas dan jantungnya berhenti hampir dua jam itu buat otaknya akan yah bermasalah karena oksigen kurang. Kita harus berdoa banyak-banyak."

Jean: "Puji Syukur, masih ada harapan"

Barbara: "Oh Bapa, terimakasih banyak"

Kaeya: "Adelinde?"

Adelinde: "Ya... Tuan?"

Kaeya: "Terimakasih sudah mengikuti kata-kata Lumine tadi yah. Kalau kamu tidak angkat telepon Lumine kita tidak tahu apa yang akan terjadi."

Tak LagiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang