Dawn Winery, XX November 2021, Pukul 23.00
Diluc pulang ke rumah dengan agak lelah, tapi dia berusaha untuk tetap bangun karena ada istrinya yang menunggunya. Diluc sejak beberapa minggu lalu berusaha untuk memperbaiki hubungan dengan istrinya. Itu semua terjadi setelah dia melihat test pack kehamilan dengan tanda positif di tempat sampah toilet kamar mereka. Diluc sepakat dengan dirinya sendiri untuk bisa berubah demi Jean dan calon bayi yang yah mungkin saja milik mereka.
Diluc: "Jean... Aku pulang"
Tidak ada jawaban dari istrinya padahal dia tahu Jean selalu menunggunya di ruang tamu atau kamar. Kali ini tidak ada jawaban dari istrinya dan itu membuat hatinya merasa tergores. Dia berjalan menuju ruang makan, tapi tidak ada makan malam di atas meja. Mungkin istrinya kelelahan setelah bekerja seharian sebagai seorang polisi.
Diluc: "Jean..."
Diluc pergi ke kamar Jean dan menunggu hingga istrinya membukakan pintu. Menunggu, menunggu dan terus menunggu hingga akhirnya pintu dibukakan oleh Jean.
Jean: "Oh, kamu sudah pulang? Tumben agak telat apa bar ramai?"
Diluc: "Iya, ramai, anu Jean... Sudah makan malam?"
Jean: "Sudah, kamu bilang kan makan saja tidak perlu tunggu kamu pulang. Jadi aku sudah makan di luar tadi sebelum pulang rumah."
Diluc: "Oh begitu, Jean tadi pulang sendiri?"
Jean: "Diantar Kaeya"
Diluc: "Kenapa gak bilang padahal aku bisa jemput kamu."
Jean: "Gak usah tadi habis patroli kota, Diluc sudah yah aku mau istirahat dulu."
Diluc: "Oh iya Jean, maaf yah sudah ganggu."
Bak tiba-tiba diterpa badai Diluc yang semula seperti batu sekarang malah berbicara dengan begitu halus bagai bulu domba. Jean bisa menebak dengan jelas apa penyebab perubahan Diluc yang secara drastis ini. Namun mau bagaimana lagi sebenarnya dia sudah sangat tidak tahan. Ketika selama tujuh tahun mereka bersama dia hanya dianggap batu sekarang dia malah baru diterima. Bukankah kau juga akan lelah mencintai batu selama tujuh tahun?
Rumah Teh Komore, XX November 2021, Pukul 12.30
Diluc berbincang-bincang dengan Tuan Muda Ayato untuk bisnis mereka. Jean duduk menemani Diluc dengan tenang dia tidak bersuara atau menyambung pembicaraan kedua pria ini. Namun matanya terus menatap layar ponselnya seolah-olah menunggu pesan dari seseorang.
(Triiiing! Triiing!)
Jean: "Oh, ada panggilan masuk, Diluc aku keluar sebentar yah mau telepon."
Diluc: "Iya Jean gak apa-apa telepon saja dulu aku tunggu di sini kok."
Jean berjalan keluar rumah teh dan mengangkat telepon dari orang yang dia tunggu-tunggu.
Jean: "Kaeya, aku lagi sama Diluc ini di Inazuma buat pertemuan bisnis."
Kaeya: "Oh, maaf aku tiba-tiba telepon kamu Jean padahal ada Diluc."
Jean: "Kaeya, kamu tidak bolos kerjaan lagi kan?"
Kaeya: "Gak kok hari ini cuma patroli seperti biasa, omong-omong kalau kau sudah balik ke Mondstadt bantu aku yah dalam penyelidikan. Biasa kasus penipuan wine dan barang-barang mahal soalnya perusahaan fatui membuat laporan keluhan soal barang-barang yang mereka beli kemungkinan palsu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Tak Lagi
FanfictionSewindu bagi Diluc bukanlah hanya makna hiperbola semata sebab memang nyatanya dia sudah sewindu bersama seorang wanita yang dia cintai. Wanita yang selama tujuh tahun terakhir dia perlakukan dengan dingin. Bodoh memang kalau dipikir kekanak-kanakka...