Katedral, Mondstadt, 23 Januari 2022, Pukul 12.00
Hari minggu telah tiba dan yah seperti biasa Lumine dan Papa serta kakaknya melakukan misa minggu. Hari yang cerah tidak ada awan mendung, tapi kita tidak tahu kapan awan mendung akan datang merusak segalanya. Jemaat satu persatu keluar dari pintu utama katedral termasuk keluarga Lumine.
Aether: "Jadi kamu kemarin tidur di atas ranjang besar dan Tuan Diluc malah pilih tidur di sofa? Serius?"
Lumine: "Ya serius lah masa aku bohong kak"
Dainsleif: "Itu artinya Tuan Diluc menghormati adek jadi dia memilih tidak tidur bersama. Kakak awas kamu malah macam-macam kalau jadi Tuan Diluc."
Aether: "Pa, masuk penjara bikin orang susah dapat kerja jadi lebih baik aku gak aneh-aneh."
Barbara: "Kak Aether!"
Perbincangan keluarga kecil ini terhenti saat suster Barbara menghampiri mereka. Terlebih lagi gadis itu mendekati Aether dan langsung berbicara dengannya.
Barbara: "Kak Lumine, Pak Dainsleif, Shalom, selamat hari minggu!"
Dainsleif: "Selamat hari minggu suster"
Lumine: "Selamat hari minggu suster, Shalom"
Barbara: "Kak Lumine, Pak Dainsleif bisa aku pinjam Kak Aether sebentar?"
Lumine: "Gak usah dibalikin juga gak masalah kok suster"
Aether: "Heh kok gitu!"
Barbara: "Permisi sebentar ya kak Lumine dan Pak Dainsleif."
Ucap Barbara menarik tangan Aether dengan halus menuju bagian belakang katedral.
Barbara: "Kak bisa antar aku lagi ke kantor polisi? Kakak aku lembur lagi padahal ini hari minggu."
Aether: "Loh serius? Kakakmu kan lagi hamil masa gak istirahat sih hari minggu padahal dan kakak kamu gak ikut misa juga?"
Barbara: "Aku sendiri sebenarnya lelah kak mau menegur kakak aku. Kakak boleh kan antar aku lagi ke kantor polisi? Nanti aku kasih duid bensin kok kak."
Aether: "Boleh daripada kamu bawa tas segede gaban begitu sendiri. Romo suruh kamu bawa tas sembako setiap kelar misa sendiri. Gak suruh orang lain yang lebih besar gitu dari badan kamu kayak minta tolong suster Rosaria."
Barbara: "Ah... Ini masalah privasi sih kak jadi makanya Romo suruh aku yang bawa sendiri. Takut kalau suruh bawa orang lain nanti jadi masalah karena ketahuan."
Aether bodoh bisa-bisanya dia tidak sadar setiap kalimat yang keluar dari mulut suster. Kalau begini kan kelihatan bodohnya Aether yang sampai ke inti tulang bodohnya. Ya sudahlah tanggung sendiri saja malu dan bodohmu itu Aether. Aether hanya mengangguk sambil menunggu Suster Barbara untuk kembali. Agak lebih lama dari kemarin Aether menunggu di emperan katedral. Suster Barbara pun kembali dengan tas jinjing yang lebih banyak kali ini dia harus membawa dua tas sendirian.
Aether: "Loh suster ini tasnya makin banyak yah?"
Barbara: "Iya kak soalnya Romo minta kakak aku buat rajin minum susu ibu hamil, tapi tahulah kakakku. Dia gak pedulikan dia dan anaknya dan malah sibuk kerja terus. Padahal sudah ditegur sama Kak Kaeya."
Aether: "Jadi mau diantar ke kantor polisi ini kan? Biar aku bawa saja tasnya ke motor Suster."
Aether mengangkat dua tas jinjing yang penuh dengan sembako dan perlengkapan untuk ibu hamil. Aether sudah paham sepertinya apa yang terjadi, tapi dia tidak mau memikirkan semuanya jauh lebih dalam karena dia rasa dia tidak punya hak untuk itu. Adik dan papanya sudah pulang duluan karena ketika mereka sampai di parkiran gereja adik dan papanya sudah tidak ada. Aether memberikan helm kepada suster Barbara dan menyalakan motor. Kali ini dia pastikan dia tidak akan mengendarai motor seperti pembalap moto GP.

KAMU SEDANG MEMBACA
Tak Lagi
FanficSewindu bagi Diluc bukanlah hanya makna hiperbola semata sebab memang nyatanya dia sudah sewindu bersama seorang wanita yang dia cintai. Wanita yang selama tujuh tahun terakhir dia perlakukan dengan dingin. Bodoh memang kalau dipikir kekanak-kanakka...