Rumah Kediaman Bapak Dainsleif, Kompleks Perumahan Bagian Barat, Mondstadt, 15 Januari, Pukul 20.00
Sudah malam dan Lumine masih belum tidur untuk mengepak pakaiannya. Dia sudah meminta izin dari RS dan untung saja dia diberikan izin untuk tidak masuk kerja selama empat hari. Mulai dari hari senin depan nanti hingga kamis untuk keperluan "keluarga" dan dia tidak memberitahukan pada rekan kerjanya alasan dia meminta izin.
(Krieeeet...)
Aether: "Bawa juga pakaian cadangan"
Lumine: "Iya kak"
Aether: "Kabarin kakak dan papa kalau sudah sampai besok di sana."
Lumine: "Iya kak"
Aether: "Jaga sikap di sana yah soalnya kamu tahu kan apa yang bisa terjadi kalau mereka tahu asalmu dari mana?"
Lumine: "Paham kak"
Aether: "Dek..."
Lumine: "Ya kakakku sayang?"
Aether: "Jangan singgung Tuan Diluc nanti yah, kamu sendiri yang bilang kan dia baru saja bercerai dan harus terapi serta konsumsi obat rutin."
Lumine: "Iya kak aku tahu kok aku juga kan belajar psikologi di kampus dan SMK dulu."
Aether: "Kakak sayang kamu dek, kakak gak mau nasib kamu sama seperi mama dan papa."
(Greeeet...)
Aether memeluk adiknya padahal dia cuna pergi selama lima hari saja. Dari hari minggu sampai kamis nanti untuk menemani Diluc di Inazuma. Memang kadang kakaknya terlalu kikuk dalam bertingkah laku, tapi sudah nalurinya sebagai seorang kakak untuk melindungi adiknya. Aether hanya mengenal permukaan dari Diluc saja ketika dulu mereka berkuliah bersama. Aether hanya tahu kalau Diluc adalah orang yang dingin dan keras kepala. Namun entah kenapa semalam seolah-olah Aether tidak mengenali seniornya itu.
Lumine: "Aku kan cuma pergi menemani Kak Diluc, Kak."
Aether: "Pokoknya kalau ada apa-apa kamu harus bisa jaga diri. Jangan sampai kamu kenapa-napa di sana. Kakak tidak mungkin teleportasi dari sini ke sana kan?"
Lumine: "Iya kak"
Aether melepas pelukannya dan kemudian keluar dan menutup pintu kamar Lumine. Lumine sendiri lagi dalam kamarnya bersama koper yang sudah selesai dia isi dan rapihkan. Hanya beberapa hari kok tidak akan lama jadi gadis itu hanya membawa pakaian secukupnya. Besok pagi dia akan dijemput oleh Diluc untuk pergi bersama ke Inazuma. Lumine sendiri bingung dia harus senang atau cemas dengan apa yang akan terjadi besok.
Rumah Kediaman Bapak Dainsleif, Kompleks Perumahan Bagian Barat, Mondstadt, Keesokan Paginya, Pukul 04.00
(TOK! TOK! TOK!)
Dengan cepat Lumine membukakan pintu dan menyapa pria berambut merah yang berdiri tepat di depannya.
Diluc: "Selamat Pagi, maaf yah datang jemput pagi-pagi begini."
Ucapnya dengan pelan agar tidak terlalu ribut di subuh hari seperti ini.

KAMU SEDANG MEMBACA
Tak Lagi
FanfictionSewindu bagi Diluc bukanlah hanya makna hiperbola semata sebab memang nyatanya dia sudah sewindu bersama seorang wanita yang dia cintai. Wanita yang selama tujuh tahun terakhir dia perlakukan dengan dingin. Bodoh memang kalau dipikir kekanak-kanakka...