............

573 62 51
                                    

"Iori, apa kamu bisa membantuku?" ucap Hisake.

Iori mengalihkan matanya kearah Hisake, meskipun besar rasa tidak relanya melepas pandangan matanya dari sang merah.

"Apa itu?"

"Aku kesulitan di bagian ini."

Telinga Hisake menangkap jelas helaan nafas lelah yang dikeluarkan oleh Iori.

"Kenapa kamu baru mengatakan hal ini sekarang, Hisake – san. Kamu jika sebentar lagi konser akan dimulai."

"Maaf."

"Nanase – san tidak akan melakukan hal seceroboh ini," gumanan kecil itu entah mengapa masih dapat terdengar jelas di kedua telinga Hisake.

Sedikit demi sedikit Iori mengajarkan hal yang membingungkan bagi Hisake dengan seksama. Hisake menjadi pendengar yang baik walaupun pada kenyataannya ia sudah menguasai apa yang ditanyakannya itu.

"Apa kamu sudah memahami semuanya, Hisake – san," Hisake menganggukan kepala sebagai jawaban.

"Syukurlah, kalau begitu."

Iori kembali berjalan mendekati Riku yang sedang berbincang di telepon dengan anggota Zool.

"Riku – san."

"Ah, Iori – san, ada apa?"

"Konsernya akan segera dimulai."

***

Konser yang mereka selenggarakan berjalan dengan baik, bahkan sukses besar, namun Riku berdiri dengan gelisah di balik panggung. Tsumugi yang melihatnya berinisiatif untuk menghampiri.

"Dasar, memberitahu hal sepenting itu di saat seperti ini? Bagaimana aku mengatakan kepada mereka kalau aku juga akan menginap di dorm idolish7? Siapapun tolong bantu aku!"

"Riku – san apa kamu mengatakan akan menginap di dorm idolish7? Kalau begitu ayo pulang bersama dengan member lainnya," gadis berambut pirang itu, Tsumugi mengatakannya dengan raut senang.

"Ahahaha, arigatou dan maaf merepotkan."

"Riku – san, kenapa kamu secara tiba – tiba harus menginap di dorm idolish7 bukannya di dorm Zool?"

"Ah, itu. Anggota Zool mempunyai projek di luar kota dan mengatakan bahwa aku tidak boleh tinggal sendirian di dorm."

"Begitukah?"

"Kalau begitu mari pulang bersama anggota idolish7."

Kedua insan itu berjalan menuju ruang idolish7, terlihat mereka yang sedang membereskan keperluan mereka, sejenak terhenti saat menyadari kehadiran Tsumugi dan Riku.

"Riku – san, ada perlu apa?"

"Riku – san untuk sementara waktu akan tinggal di dorm idolish7," ucap Tsumugi.

"EH!"

Disinilah dirinya berada, di kamar dengan warnah merah mendominasi, kamarnya dahulu di dorm ini. Tak ada yang berubah sedikitpun dari kamar itu, bahkan kumpulan album Trigger masih rapi di tempat awalnya.

"Aku pikir Hisa sudah menempati kamar ini menggantikanku," guman Riku pada dirinya sendiri.

Kilasan – kilasan tentang Hisake yang menggantikan dirinya dalam berbagai ospek di idolish7 merasuk masuk tanpa meminta izin terlebih dahulu untuk berputar dalam ingatannya secara berulang bagai kaset rusak.

Tidak ingin mengingat lebih dalam, Riku memilih memejamkan kelopak matanya berusaha mengalihkan pikirannya untuk memikirkan hal lain hingga tak sadar dirinya telah terbuai dengan nyamannya dunia kapok.

Warna jingga di langit kini telah ditelan oleh gelapnya malam, namun kehidupan kota masih saja padat, seakan kesibukan orang – orang tidak pernah ada habisnya. Riku yang masih terlelap, terbangun kala suara Mitsuki masuk ke indera pendengarannya.

Matanya menangkap momen yang dahulu sering dilihatnya itu, Rasa nostalgia itu kembali hadir di hatinya saat melihat sang leader duduk ditemani dengan pacarnya, Mitsuki yang sibuk memasak makanan serta Iori yang terlihat membantu sang kakak, Nagi yang sibuk dengan anime kesukaannya dan jangan lupakan Tamaki yang merengek meminta ousama pudding pada Sougo, tentu saja dengan tambahan pemandangan Hisake yang sedang duduk bersama Nagi di dalamnya.

"Riku, kau sudah bangun rupanya," ucap Mitsuki kala menyadari kehadiran Riku.

"Hum," Riku menampilkan senyum cerahnya seperti biasa. Matanya berbinar saat menangkap penampakan oumrice diantara menu yang tersaji di meja. Hal itu tidak luput dari pandangan member idolish7.

"Ingin segera memakannya, Riku? Tapi oumrice itu milik Nii-san. Itte!"

"Apa yang kamu katakan ossan, tidak ada minum-minum untuk sebentar malam,"

"Oi, Mitsu, jangan buang pacar-pacarku, ya."

Ia tidak mendengar rengekan dari sang leader dan lebih memilih memakan makanan yang ada di hadapannya.

"Hikken, kamu kenapa? Sejak tadi wajahmu murung,"

"Ahahaha, sejak kapan wajahku murung, Tamaki? Tidak kok," elaknya.

"Ya sudah kalo gitu."

'Apa tidak apa jika seperti ini?'

"Riku-san, kalau butuh apa-apa jangan sungkan untuk mengatakannya pada kami,"ujar Iori yang diangguki oleh yang lainnya.

"Mina, arigatou."

***

"PERMISI!"

Salam hangat itu membangunkan seluruh anggota yang ada di dorm,hal itu membuat pemuda bersurai jingga bersyukur tidak harus melakukan tindakan lain namun ia juga tidak rela tidurnya tertanggu dengan suara cempreng khas anak-anak itu.

Saat membuka pintu Mitsuki bertemu dengan Yura yang memasang wajah tak bersalahnya.

"Nii-chan, Riku-nii, ada di sini' kan?"

"Tidak ada. Kamu salah alamat,"ucap Mitsuki kesal.

"Yah, ne, nii-chan,bohong dosa, loh."

Mendengar perkataan yang dilontarkan oleh Yura membuat Mitsuki segera menyuruhnya masuk.

"Masuk, Riku ada di kamarnya," ucap Mitsuki dengan nada kesal.

"Gitu dong, kan Nii-chan jadi kelihatan tambah tinggi kalau begini,"ujar sambil berlalu.

Mitsuki hanya mampu mengelus dada melihat tingkah Yura.

'Sabar, nggak boleh tampol anak orang Mitsuki, kamukan baik,'batinnya berusaha menyabarkan diri.

"RIKU-NIISAN! YURA KANGEN!" teriak Yura dengan suara cempreng yang memekakan telinga.

Fade away 「Hiatus」Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang