Takamasa duduk di samping Tenn, ia mengusap sayang kepala anak angkatnya itu. "Apa ... "
Belum selesai Ia berkata, Tenn memotong kalimatnya "Ya, aku akan segera melupakan hal ini. Anda tidak perlu khawatir tentang ini."
"Apa aku terlihat akan mengatakan itu?"
Kening Tenn mengkerut, bingung atas pertanyaan itu. Bukankah itu alasan Kujo Takamasa menemuinya?
"Aku hanya ingin bilang jika kamu berhak untuk menemuinya, kali ini aku tidak akan melarangmu lagi."
Tenn menatap Kujo intens, Apakah hari ini Kujo Takamasa kerasukan malaikat? Tidak mungkin dirinya mengatakan itu?
"Tenn, aku benar-benar tidak akan melarangmu menemuinya. Bahkan aku juga tidak akan melarangmu jika kamu ingin mengumumkan hubungan kalian."
Kali ini Tenn yakin jika Kujo Takamasa kerasukan malaikat. Namun tak dapat Ia pungkiri jika ia bahagia mendengar pernyataan itu, hanya saja rasa sakit hati akibat kebohongan Riku membuat ia bingung.
"Aku ... , entahlah Kujo-san. Aku tidak tahu harus bersikap bagaimana saat ini. Disatu sisi rasanya aku ingin memeluknya, tapi disisi lain aku tidak ingin bertemu dengan Riku karena membohongiku," ujar Tenn mencurahkan pikirannya.
"Tenangkan pikiranmu untuk saat ini. Jangan mengambil keputusan yang gegabah, aku tidak ingin kamu menyesal." Takamasa menepuk pelan kepala Tenn lalu beranjak dari sana.
"Aku ingin jalan-jalan sebentar."
Di sisi lain, di salah satu rumah sakit Tokyo, suasana terasa tegang dan mencekam. Ke delapan pemuda itu saling diam tanpa membuka suara sedikitpun.
"Aku ... aku ingin menjelaskan tentang kebohongan ini?" Pemuda yang kini duduk bersandar di brankas rumah sakit membuka suara.
"Apa yang akan kamu jelaskan Nanase-san? Bukankah semua sudah jelas? Kamu membohongi kami! Kami seperti orang bodoh yang berusaha untuk membuatmu ingat kembali kenangan-kenangan yang kamu telah dilalui bersama kami! Apa yang akan kamu jelaskan dari semua itu?" ucap Iori.
"Aku yang menyuruh Riku-nii untuk pura-pura lupa ingatan." Suara anak kecil mengintrupsi pembicaraan mereka. Yura, anak sepuluh tahun itu menatap Iori lekat lalu menatap satu persatu dari mereka.
"Aku benci melihat kalian dengan mudah menerima orang baru untuk menggantikan posisi Riku-nii, aku benci saat melihat Riku-nii yang terpuruk karena tidak bisa bersama kalian. Aku benci saat kalian tersenyum sedangkan Riku-nii kesakitan, aku tidak suka saat kalian berhenti mencari keberadaannya Riku-nii dan melupakannya. Aku benci itu semua. Karena itu aku mengatur rencana ini untuk memberi pelajaran pada kalian. Jadi kumohon jangan salahkan Riku-nii atas semua ini." imbuhnya.
"Tapi itu semua tidak benar! Kami tidak pernah melupakan dirinya sedikitpun, Riku adalah matahari kami dan akan selalu begitu," ujar Mitsuki yang diangguki oleh yang lain.
"Ya, aku tahu itu sekarang. Aku tahu semua itu bahkan aku tahu hal yang tidak kalian ketahui."
"Hal yang kami tidak ketahui?"beo Iori.
"Ya, hal yang ditutup rapat oleh mereka bersaudara." Tangan Yura menunjuk Duo Nanase.
***
Disinilah Tenn berada, di bar pertama kali ia bertemu dengan anggota Trigger lainnya. Ia memegang segelas jus apel tanpa niat, pandangan mata kosong begitu jelas terlihat.
Kujo Tenn, seorang idol yang di cap sempurna kali ini terlihat seperti anak berumur 19 tahun biasa yang rapuh.
"Sudah kami duga kamu disini, Tenn." Tak ada reaksi yang diberikan, kalimat itu seakan angin lewat di telinganya.
"Riku masuk rumah sakit."
Empat kata itu berhasil mengambil seluruh atensinya. Tenn tak akan pernah bisa tak khawatir pada adiknya itu.
"Aku sudah dengar semua dari member IDOLiSH7. Tenn apa kamu tidak berniat mendengar penjelasan adikmu tentang ini?" Ryuu bertanya, menatap pada center Trigger itu dengan serius.
"Untuk apa? Dia sudah besar, dia tahu apa yang dia lakukan. Aku tak akan ikut campur lagi." Kecewa masih betah bersarang di dada pemuda berambut soft pink itu.
"Ehehe, kamu kecewa ketika Nanase Riku membohongimu?" tanya Gaku sarkas.
"Bukankah itu sudah jelas? Kakak mana yang tidak kecewa dengan kebohongan seperti ini? Kakak mana yang tidak sakit hati saat adik yang dia sayang pura-pura melupakannya? JAWAB AKU YAOTOME GAKU!" Erang Tenn memilukan
"Lalu bagaimana dengan perasaan adikmu sendiri selama ini? Bagaimana perasaannya saat kamu tidak ingin mengakuinya? bagaimana perasaannya saat kamu dengan sengaja terlihat tidak mengenalnya? Bagaimana perasaannya saat kamu mengatakan untuk selalu bersamanya di malam hari lalu pagi kamu melupakan itu? Bagaimana perasaannya selama ini?" pertanyaan beruntun Gaku membungkam Tenn.
"Bukankah itu lebih menyakitkan daripada posisimu saat ini, Tenn? Tapi apa? Nanase Riku terus saja berusaha membuatmu bahagia, Dia tidak pernah marah padamu. Dan hanya satu kesalahan darinya kamu menghakimi dia seperti ini. Bukankah itu egois?"
"Tapi satu kesalahan yang Riku perbuat adalah kesalahan fatal," bantah Tenn.
"Lalu bagaimana dengan dirimu yang memutus hubungan persaudaraan kalian tanpa memikirkan perasaan adikmu sendiri? Apa itu bukan kesalahan fatal? Arghhh, sudahlah aku tidak ingin berbicara lagi. Keputusan ada padamu, jangan sampai kamu menyesal."
Niat hati ingin membuat Tenn merasa tenang dengan keadaan yang ada tak tercapai. Bukannya membuat Tenn tenang malah ia yang terbawa emosi.
"Aku tidak ingin mencampuri urusanmu, hanya saja sebagai orang yang lebih tua aku ingin memberi saran agar kamu bisa kembali berdamai dengan adikmu, tanyakan alasan kenapa ia melakukan ini, dengarkan penjelasannya. Jangan sampai kalian menyesal nantinya." Ryuu yang sedari tadi diam, membuka suara, ia menatap dalam pada sang center sambil tersenyum. Lalu tanpa kata lagi, kakinya mengikuti Gaku untuk keluar meninggalkan Tenn dalam kesunyian.
Tenn merasa kepalanya akan pecah memikirkan semua masalah ini. Ia ingin -sangat memeluk Riku saat ini hanya saja rasa sakit hati akibat kebohongan Riku membuat ia bingung akan tindakan yang akan diambilnya -meskipun ia akui jika perkataan Gaku tentangnya benar, ia lebih sering membuat sang adik sakit hati.
"Aku ingin kembali ke masa kecil kita. Dimana tak ada yang perlu kita pikirkan, hanya bermain bersama tanpa gangguan. Aku ingin kita bertiga berkumpul lagi seperti musim semi tahun itu. Bisakah itu terulang lagi? Aku rindu dengannya, kamu juga rindu dengan hadirnya, bukan? Dengan dia yang memelukmu dengan kasih sayang, ya aku juga dipeluk olehnya tapi tak sesering dirimu." Tenn menengadah ke langit langit bar itu, liquid bening tanpa izin mengalir di pipinya.
"Apakah kamu tidak ingin kembali? Lihatlah dua kesayanganmu mengalami masalah saat ini. Biasanya kamu yang bertugas untuk membuat ini membaik? Apa sekarang kamu telah melupakan kami?" Liquid bening itu semakin deras saja mengalir.
Pasangan kembar non-identik itu mengucap kalimat yang sama di tempat berbeda.
"Kami merindukanmu
Papa."
KAMU SEDANG MEMBACA
Fade away 「Hiatus」
FanfictionPerlahan menghilang seperti api yang perlahan padam meninggalkan gelap menemani kesendirian