Jam menunjukan pukul lima sore. Sore yang cerah dengan goresan jingga terhias indah di langit sana.
Tok tok tok...
Pintu itu ia buka secara perlahan takut membangunkan sang penghuni yang terlihat memang sedang berbaring membelakangi pintu. Rose melangkah se pelan mungkin ke arah Jason.
Sudah lima hari Jason tidak berangkat sekolah. Dia mendapat kabar bahwa Jason sakit dan berada di rumah neneknya. Itu kata ibu Jason dan Jason sendiri yang mengirim pesan. Namun yang sebenarnya, tiga hari yang lalu Jason di rawat di rumah sakit karena penyakitnya yang kambuh. Tapi itu tak lama dan Jason akhirnya boleh dipulangkan.
"Jika masih sakit, istirahat saja Jas", ujar Rose yang sudah duduk di tepi ranjang.
Namun Jason berusaha untuk bangkit. Melihat itu Rose pun membantu Jason untuk bersandar pada headboard.
"Sangat aneh kau tak ada di kelas"
"Ini bukan kali pertama Rose"
"Sebenarnya kau sakit apa?"
Jason diam beberapa saat sebelum akhirnya mengukir senyuman dari ke dua sudut bibirnya.
"Hanya kelelahan"
"Apa karena pertandingan nasional tim mu?. Bukan memaksa Jas tapi jika hal itu menjadikanmu seperti ini lebih baik kau rehat dahulu. Tak baik juga untuk kesehatanmu. Aku tak suka jika kau sakit seperti ini. Aku tak ada teman duduk. Aku selalu mendapat nilai jelek jika ulangan harian"
Mendengar itu Jason kembali tersenyum bahkan lebih lebar. Mendengar cerotehan Rose yang panjang lebih rasanya seperti menambah energi dalam diri. Jujur Jason sangat merindukan ini.
"Kenapa tak belajar?. Sudah mau lulus Ros."
"Maka itu aku tak ada teman belajar", ujarnya dengan wajah cemberutnya. "Ah aku lupa. Aku bawakan kue kacang merah kesukaanmu. Ini baru saja matang. Kau pasti suka, cobalah!"
Rose mengasongkan kotak putih berisi kue itu, akan tetapi dari Jason tak ada pergerakannya sama sekali akan mengambil kue tersebut.
"Kenapa?"
"Suapi aku"
Rose mendecih dengan sikap Jason yang memang berubah menjadi kelakuan bayi seperti ini. Namun itu tak dipermasalahkannya. Rose akhirnya menyuapi Jason secara perlahan. Melihat senyum merekah pria itu, Rose turut senang dengan keterpuasan Jason.
"Kau makanlah", titah Jason melihat Rose yang tak turut makan tapi malah menunggunya menyelesaikan kunyahannya.
"Tentu aku akan makan. Aku membawa lebih dan jatahku lebih banyak"
"Ada orang menjenguk seperti itu?"
"Ada, aku"
Keduanya tertawa dengan candaan yang saling mereka lempar. Jason sampai menitikan air mata karena tawanya yang tak habis-habis akibat candaan Rose. Sempat melupakan sejenak apa yang tengah ia alami pada tubuhnya. Jason benar-benar bersyukur memiliki Rose. Rasanya ia belum siap jika benar-benar harus pergi dari dunia ini. Siapa yang akan menjaga Rose?.
"Jas jika sembuh nanti kita jalan-jalan ya", ajak Rose.
"Mau ke mana?, Paris?"
"Eyyy jangan gila. Mana ada uang kita. Tapi nanti jika kita sudah bekerja dan mendapatkan banyak uang boleh juga ke Paris."
"Benar. Mau keliling kota Paris?, menara eiffel?"
"Bayangkan saja saat ini. Nanti kita berkunjung ke leeeeeebih banyak tempat. Atau mau menambah destinasi lain?, Inggris?, Belanda?, ah aku ingin melihat bunga tulip"