Malam agaknya akan kembali menyapa. Di ufuk barat sana sang mentari sudah akan kembali terlelap dan akan digantikan oleh sang dewi malam dengan ribuan titik cahaya bertabur indah di cakrawala sana nantinya.
Menikmati senja sangat menenangkan. Merilekskan segala pikiran yang semrawut dalam otak. Sejenak melepas penat setelah beraktivitas gila dari pagi hingga sore tadi.
Sungguh ciptaan Tuhan adalah yang terbaik dan sangat indah. Langit bagai lukisan gradasi warna yang indah sore ini. Angin semilir sejuk turut menambah menu kehangatan.
Kehidupan terus berjalan. Detik demi detik menunjukan kemajuan. Rasa-rasa pada masa lalu juga masih mengecap dalam hati. Terkadang mereka datang tanpa permisi dan berujung kembali terngiang bayang-bayang masa lalu lagi.
Suka, duka, tawa, kebahagiaan, kesedihan. Tertawa lepas sampai air mata jatuh sudah pernah di lalui. Terkadang sangka tidak di sangka kini sudah sangat berbeda. Umur bertambah, dunia baru datang, status, dan lain sebagainya.
Ukiran senyum tipis tercetak menghiasi wajah cantik seorang Rose. Dengan mata tertutup, dirinya masih menikmati kehangatan sore Kota Paris dari balkon apartemnnya. Piyama hitam begitu kontras dengan warna bak kulit susunya. Polesan make up tipis masih menjadikan keparipurnaan seoarang Rose tak pernah luntur.
Sungguh perjanalan hidup tidak ada yang bisa menyangka. Tebakan demi tebakan, beribu keinginan di masa lalu tentu diharap menjadi sebuah kenyataan.
Kota Paris yang menjadi idaman banyak pasangan bukankah salah satu destinasi favorit. Dan Rose akan meng-iya-kan itu. Bagi dirinya Paris bukan hanya kota romantis dengan mode yang berkelas. Melainkan sebuah ruang tempat kerinduannya pada sosok laki-laki yang selalu memberi warna dalam hidup. Kota yang menjadikan impian akan masuk dalam list destinasi wisata saat sudah mendapatkan uang sendiri. Yah...itu rencana mereka.
Namun agaknya Tuhan sangat menyayangi Jason. Jason tidak jadi ke sini, dia tidak bisa ke Paris. Sekarang, nanti, ataupun sampai kapan. Tidak akan mungkin. Jason lebih memilih pulang, memilih untuk istirahat melepas lelah hidup dalam hiruk piruknya dunia.
Jason sudah lelah dengan beban yang dideritanya. Sekarang Rose tahu, Jason pasti sudah tidak merasakan sakit lagi. Doa dari dirinya selalu mengalir deras untuk ketenangan Jason di sana.
Jason memilih kembali tepat tiga hari setelah mereka akan selalu bersama. Namun agaknya lupa. Jason memberinya sebuah kalimat, kalimat yang menjadi akhir dari apa yang bisa ia dengar dari Jason.
"Kau harus bahagia"
Hingga kondisi pria itu benar-benar menurun drastis. Dokter sudah berusaha semaksimal mungkin. Doa pun selalu mengalir di setiap waktu. Masa kritis itu tak berlangsung lama hingga suara yang tak ingin di dengar itu berbunyi datar, menandakan bahwa sudah tidak adanya kehidupan.
Ia telah pergi
Jason sudah tenang
Semua benar-benar merasa kehilangan. Rasanya ini tidak nyata. Seseorang yang selalu hangat menyapa dengan senyum hangat itu kini hanya menjadi kenang. Doa terbaik akan selalu mengalir padanya.
"Jas aku merindukanmu"
"Mamah....!"
Pekikan gadis kecil dari belakang sana berhasil mengalihkan pikiran Rose saat itu. Rose beralih bersimpuh seraya merentangkan kedua tangannya siap menyambut buah hati dengan sweter tebal hangat dengan segera.
Sangat lucu, anak itu sangat lucu.
"Mamah lihat!", anak itu mengangkat tinggi paperbag baby pink tepat di depan wajah Rose.