Malu itu buat orang yang ditraktir tapi makannya malah gak habis
—Cherry Anastasya—
Happy reading....
*****
Kriiiiiing....!
Suara bel tanda istirahat berbunyi. Seluruh siswa menghela napas lega. Akhirnya setelah sekian lama menanti, waktu istirahat datang juga.
Memaksakan otak untuk memahami pelajaran yang memang pada kenyataannya belum sampai terkadang membuat lelah. Apalagi kalau gurunya tidak sabaran, memarahi murid-murid yang tak kunjung paham.
Sekolah yang seharusnya menjadi ladang ilmu malah beralih fungsi sebagai ajang uji kuat mental.
"Cherry. Yuk ke kantin," ajak Sekar yang disambung anggukan oleh Cindy dan Maya.
Cherry yang sedang membereskan alat tulisnya tersenyum, "Kalian duluan aja deh. Gue sama Nadia nanti nyusul."
Merasa namanya disebut Nadia pun menoleh. Apakah dia tidak salah dengar? Cherry mengajaknya ke kantin? Seumur hidup ini adalah pertama kalinya ada orang yang peduli dengannya.
Ketiga gadis itu saling pandang dengan dahi berkerut, "Lo seriusan mau ke kantin sama nih bocah?" tanya Maya.
Gadis itu mengangguk yakin.
"Cherry. Karena lo murid baru jadi gue kasih tahu ya." Cindy duduk di atas meja Cherry, "Lo deket sama si cupu ini aja udah termasuk sebuah kesalahan," katanya menunjuk Nadia yang kembali menunduk.
Cherry menoleh pada Nadia lalu beralih ke Cindy lagi, "Maksudnya?"
"Dia itu suka di bully sama banyak orang. Kalau lo ikutan deket sama dia maka lo juga bakal ketularan kena bully."
Cherry tergelak, "Ada-ada aja."
Cindy, Sekar, dan Maya tercengang dengan jawaban Cherry yang terkesan santai. Ini mereka yang bodoh atau Cherry yang blo'on?
"Itu kan tergantung pribadi kita masing-masing. Kalau kalian ingin berteman sama Nadia ya berteman aja. Gak usah peduli sama pandangan orang lain."
Ketiga cewek itu bergidik, "Idih! Ogah deh."
Cherry menggeleng heran, "Ya udah. Yuk, Nad kita ke kantin."
"T—tapi..." Belum selesai Nadia bicara Cherry sudah menariknya saja, melewati tiga cewek yang masih syok dengan tindakannya.
Bagaikan itik dan angsa, mereka berdua berjalan beriringan melewati koridor-koridor sekolah. Sekali lagi seluruh mata memandang ke arah dua gadis itu.
Lebih tepatnya menatap Cherry yang kecantikannya bisa membuat kaum hawa merasa iri, dan kaum adam merasa meleleh.
Namun tak jarang banyak dari mereka menatap Nadia, karena untuk pertama kali gadis cupu itu punya teman juga.
Dan lihatlah, tak tanggung-tanggung teman barunya bagaikan titisan bidadari yang turun dari kayangan.
"Diem aja, ngomong dong," ucap Cherry sesaat setelah memasuki wilayah kantin.
Nadia hanya menatap Cherry sekilas, lalu kembali menunduk. Hal itu membuat Cherry terkekeh, dia masih tidak percaya ada manusia seperti Nadia yang minim sosialisasi.
"Duduk sini yuk!"
Cherry asal menduduki bangku kosong di sana. Nadia menatap ragu bangku tersebut namun akhirnya mendudukinya juga walaupun hatinya merasa tidak enak.
"Jangan nunduk mulu dong, Nad. Lo takut sama siapa sih?" tanya Cherry.
"A—aku belum pernah ke kantin sebelumnya."
KAMU SEDANG MEMBACA
Kurang dari Tiga
Подростковая литература"GUE PACAR LO!" Cherry tersentak kaget mendengar bentakan Raka. "Apa masih kurang perhatian gue sama lo selama ini, Cher?!" tanya cowok itu dengan napas tersengal. "Apa-apa Nadia, apa-apa Nadia. Gue lo kemanain?!" "Raka, Nadia itu temen aku." "TAPI...