10. Senyum pertama Nadia

1K 106 0
                                    

Happy reading....

*****

"Ke parkiran!"

Cherry berdecak kesal, "Orang belum bel juga."

Gadis itu membenarkan posisi headset nya lalu kembali menulis. Mencoba membagi waktu antara Raka dan pelajaran.

"Gak ada gurunya kan? Udah tinggal aja."

Cherry meletakkan bolpoinnya, "Dari mana kamu tahu kalau gak ada guru?"

"Gue ada banyak mata-mata di kelas lo."

Gadis itu sontak menoleh ke belakang, menyipitkan mata mencari orang-orang yang dijadikan mata-mata oleh pacarnya.

"Dibayar berapa sih mereka sampai mau dijadiin mata-mata," gumamnya yang masih bisa didengar oleh Raka.

"Banyak! Mau gue suruh mereka buat seret lo ke parkiran?"

Cherry meringis, "Sebentar, Sayang. Baru ngerjain tugas. Lima menit lagi juga bel pulang bunyi kok," kata Cherry dengan nada lembut.

Terdengar hembusan napas kasar di seberang sana, "Pinter banget kalau luluhin hati."

Cherry tertawa kecil.

"Oke, gue kasih disprensasi. Tapi pulang sekolah harus kasih cium."

"Iya, nanti dicium. Mau berapa lama?"

Nadia yang tak sengaja mendengar omongan gamblang Cherry lantas mengusap telinganya beberapa kali. Tidak tahu kenapa bulu kuduknya meremang. Bisa-bisanya Cherry mengatakan hal itu dengan santai sama seorang cowok yang sangat terkenal akan urakan nya.

Apakah Cherry sama sekali tidak punya rasa takut pada Raka?

"Lo nantangin? Gue mau sehari semalam non stop."

Cherry tertawa, "Udah ya. Tungguin di parkiran. I love you." Gadis itu mematikan sambungan telepon sepihak.

Dia menghela napas panjang. Meladeni Raka rasanya sangat capek, tapi yang namanya cinta ya bagaimana lagi.

Soal permintaan bodoh Raka tadi dia tak ambil pusing. Cowok itu tidak mungkin berani menciumnya dalam waktu yang lama. Tentu saja Raka tidak mau kekasihnya mati gara-gara kehabisan napas.

"Udah selesai, Cher?" tanya Nadia memecah keheningan.

Cherry tertawa kecil, "Gak usah tegang kali Nad kalau bicara sama gue. Gue bukan monster."

Nadia hanya menjawab dengan senyum tipis. Sebelumnya dia tidak pernah berinteraksi sehat dengan teman-temannya. Setiap dia mau memulai mereka lebih dulu memulai dengan bullyan.

Semua itu sudah cukup menjadi trauma tersendiri untuknya. Jadi jangan disalahkan jika dia gugup berhadapan dengan orang baru, karena dia takut kembali di bully.

"Gue belum selesai ngerjain tugas. Orang diganggu mulu sama Raka." Cherry kembali menulis, menyelesaikan tugasnya sebelum bel tanda pulang berbunyi.

"Mau nyalin?" Nadia menggeser buku tulisnya ke hadapan Cherry.

"Enggak usah." Gadis itu kembali menggeser buku Nadia, "gue bisa sendiri kok." Cherry menunjukkan senyumannya lalu kembali fokus pada buku.

Hanya tinggal dua nomor, lagian ini hanya tugas bukan ulangan. Sangat mudah menemukan jawaban yang pasti ada di buku paket atau LKS.

Kriiiiiiing....!!!

Cherry mendongak saat bel tanda pulang akhirnya berbunyi. Dia ngebut menulis jawabannya lalu meletakkan bolpoinnya setelah selesai.

Kurang dari TigaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang