"Sesuatu yang menyembuhkan pasti rasanya tak begitu menyenangkan."
—Cherry Anastasya—
Happy reading....
*****
Peluh keringat membanjiri dahi Bima. Cuaca tak begitu panas, bahkan AC kelas pun hidup seperti biasanya. Namun entah kenapa tubuhnya tak bisa mengontrol keadaan. Sepertinya dia sedang sakit.
"Tegang amat."
Bima melirik ke samping. Seorang cowok duduk santai di dekatnya, tersenyum miring sambil menggoyang-goyangkan kakinya yang berada di atas meja.
"Mau apa lo ke sini?!" tanya Bima waspada.
"Cuman mau ngunjungin lo," jawab Raka.
Bima menghela napas panjang lalu membuangnya. Dia menyeka keringatnya yang tak kunjung berhenti. Kedatangan Raka tanpa undangan tentu sebuah pertanda buruk. Apalagi sebelumnya dia pernah menggoda Cherry, pacarnya.
"Ngapain lo lihat gue kayak gitu?!" tanya Bima merasa diintimidasi.
Raka tertawa, "Gak usah grogi kali, Bim. Gue cuman lihat-lihat wajah lo doang. Bagian mana yang harus gue kasih karya, gitu."
Seluruh penghuni kelas berbisik sambil sesekali melirik dua cowok di bangku paling belakang. Posisi Bima memang sedang tidak baik-baik saja. Mereka hanya bisa menunggu keajaiban di mana sang pawang Raka datang.
Cukup lama kelas di isi oleh keheningan yang mencekam, hingga pada akhirnya Sekar yang kali ini menjadi pahlawan kelas datang membawa Cherry yang sebelumnya hilang entah ke mana.
"Apaan sih, Sekar! Pakek acara narik-narik tangan gue segala. Orang gue lagi ada urusan di toilet juga," gerutu Cherry.
"Lihat noh kelakuan cowok lo." Sekar menunjuk bangku bagian belakang.
Manik mata Cherry beralih menatap ke arah tangan Sekar menunjuk. Matanya membulat sempurna mengetahui Raka ada di belakang sana. Dengan Bima.
Seolah tahu apa yang akan terjadi selanjutnya, Cherry pun memutuskan melangkah menghampiri pacarnya itu.
"Raka?"
Cowok itu mendongak menatap Cherry yang kini sudah berdiri di sampingnya, "Hai, Sayang. Dari mana?" tanya Raka mengusap punggung tangan kekasihnya.
"Dari toilet," jawab gadis itu. "Yuk, ke bangku aku aja." Tangannya menarik tangan Raka.
"Bentar. Gue lagi ada urusan sama nih bocah."
"Ayo!" Cherry menarik tangan Raka lebih kuat lagi, membuat cowok itu mau tidak mau berdiri juga dan mengikuti Cherry.
Sesampainya di tempat tujuan Raka langsung saja mengangkat tubuh Cherry, mendudukkannya di atas meja lalu mengurungnya dengan kedua tangan.
Hal itu sontak membuat Cherry terkejut. Dia mencubit lengan Raka keras, bukan menimbulkan teriakan sakit, Raka justru tertawa akibat tindakan pacarnya.
Cowok itu menyingkirkan rambut nakal gadisnya ke belakang telinga, mengusap pipinya lembut sebelum kembali menatap Bima tajam dengan dua jari menunjuk matanya lalu beralih ke mata Bima.
"Udahan, Ka." Cherry menurunkan tangan Raka.
"Dia ganggu lo."
"Bima gak ganggu aku."
Mata Raka menatap Cherry serius, "Terlalu nyaman ya sampek dipegang-pegang bilangnya gak ganggu?"
Cherry menghela napas panjang, "Sayang..." rengeknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kurang dari Tiga
Teen Fiction"GUE PACAR LO!" Cherry tersentak kaget mendengar bentakan Raka. "Apa masih kurang perhatian gue sama lo selama ini, Cher?!" tanya cowok itu dengan napas tersengal. "Apa-apa Nadia, apa-apa Nadia. Gue lo kemanain?!" "Raka, Nadia itu temen aku." "TAPI...