Happy reading....
*****
Dirgantara mengorek telinganya lalu kembali membaca koran. Hari minggu memang hari paling menyenangkan bagi pekerja sepertinya.
Pria paruh baya itu tak pernah menyia-nyiakan kesempatan untuk berleha-leha di hari libur. Walaupun kerjaan menumpuk beliau tidak pernah mengambil lembur di tanggal merah.
Masa bodo dengan pekerjaan. Yang penting dia bisa menenangkan diri.
"Ngapain lagi?!"
"Masak."
"Siapa yang suruh?"
"Pingin sendiri."
"Udah tahu sakit pakek acara masak segala."
"Apaan sih, Raka! Orang udah gak sakit kok."
"Sini'in spatula nya."
"Gak mau!"
"Cherry! Lepas spatula nya atau gue perkosa."
"Papa! Raka nakal nih!"
Papa Dirga menutup kembali korannya. Beliau menghela napas. Hari minggunya memang sangat cerah, tapi keributan di rumahnya membuat kepalanya menjadi pening.
Putrinya dan putra sahabatnya sedang berdebat hebat di dapur. Mana membawa kata perkosa lagi.
Dulu dirinya tidak terima karena Raka selalu menggunakan ancaman itu untuk menakuti Cherry, namun melihat realita kalau Cherry dijaga dengan baik oleh putra Firman beliau jadi diam saja.
"Cherry! Istirahat, Nak!" teriak pria paruh baya itu pada akhirnya.
Suara keributan berhenti.
"Denger kan Papa lo bilang apa? Istirahat."
"Gak mau! Aku udah semalaman istirahat. Sekarang udah fit."
"Kalau dibilangin bisa nurut gak sih?!"
Papa Dirga menghela napas. Beliau beranjak berdiri dan melenggang pergi membawa koran dan kopi hitamnya ke halaman depan. Sepertinya membaca koran di sana lebih tenang, sambil menunggu sang istri pulang dari acara arisan.
"Lepasin! Raka, ih...!" Cherry terus menarik tangannya yang dicekal Raka. Namun perlawanannya tersebut dianggap remeh oleh Raka. Tenaga sekecil semut memang tak bisa untuk melawan harimau.
"Ngapain pakek acara masak segala hah?! Masih kurang enak masakan pembantu lo? Mau gue sewain chef?"
"Lepasin dulu! Lagian terserah aku dong mau ngapain, orang aku hobi masak," kata Cherry tidak mau kalah.
"Jawab aja terus."
"Pertanyaan tercipta ya memang buat dijawab!"
Raka berhenti tepat di bawah tangga. Matanya menatap tajam Cherry yang dibalas gadis itu tak kalah sengit.
Dia sudah dirundung rasa khawatir semenjak Cherry mengatakan perutnya sakit, tapi gadis itu malah mempermainkannya dengan melakukan aktivitas-aktivitas yang mungkin bisa membuat sakitnya jadi tambah parah.
Cowok itu sedikit merunduk lalu mengangkat tubuh Cherry dengan mudahnya. Membuat Cherry yang belum siap menjerit kencang.
"Raka, turunin!" Cherry menggoyang-goyangkan kakinya.
"Gak akan gue turunin," kata Raka menaiki satu persatu tangga.
"Aku mau masak. Turunin gak!"
Cowok itu mengangguk, "Oke gue lepas. Kalau nanti lo menggelinding ke bawah jangan minta tolong siapa-siapa. Harus bangun sendiri."
KAMU SEDANG MEMBACA
Kurang dari Tiga
Teen Fiction"GUE PACAR LO!" Cherry tersentak kaget mendengar bentakan Raka. "Apa masih kurang perhatian gue sama lo selama ini, Cher?!" tanya cowok itu dengan napas tersengal. "Apa-apa Nadia, apa-apa Nadia. Gue lo kemanain?!" "Raka, Nadia itu temen aku." "TAPI...