Happy reading....
*****
Jam sudah menunjukkan pukul 09:00 dan seorang siswa baru memasuki kelas dengan alasan telat.
Sebenarnya dia hanya telat lima menit, tapi karena peraturan sekolah sangat ketat dia jadi kena hukuman bersih-bersih taman terlebih dulu. Alhasil dia bisa terbebas saat jam menunjukkan pukul 09:00.
"Wuis...! Tas nya baru!" Baru saja dia memasuki kelas teman-temannya sudah menyambut dengan heboh.
Cowok itu nyengir lebar merapikan rambutnya. Tas nya memang baru, kemarin dibelikan oleh orang tuanya.
"Seragamnya baru!" ucap mereka lagi.
Dia menggaruk kepalanya yang tidak gatal, "Kalian kenapa sih?!"
Mereka tergelak. Karena sudah sering bersosialisasi sesama teman mereka jadi tahu mana saja yang terlihat asing dan mana yang tidak.
Contohnya cowok itu. Biasanya bajunya sangat kucel tapi sekarang berubah jadi putih bersih dan rapi.
Soal tas juga sama, kemarin-kemarin tasnya warna hitam kini berubah menjadi hijau gelap yang pasti jadi sorotan seluruh penghuni kelas.
Masih tertawa Nalendra menoleh ke samping, lebih tepatnya ke arah Raka yang tampak tak tertarik dengan guyonan yang baru saja terjadi.
"Istirahat satu jam lagi. Sabar," kata Nalendra menepuk bahu Raka.
"Ck! Setidaknya di angkat kek telepon dari gue." Raka terus saja mengotak-atik ponselnya lalu menempelkannya di telinga berulang kali.
"Ya jelas lah gak diangkat. Orang sekarang masih jam pelajaran. Bisa jadi di kelas cewek lo lagi ada guru," ucap Abian gemas.
"Pacar beda kelas kayak beda pulau aja. Sampek segitu galaunya," lanjutnya.
Cowok bermata kelam itu mendengus kesal. Entah kenapa dia rasanya ingin mengamuk, setidaknya membanting Abian juga boleh.
"Gue curiganya dia selingkuh," ujar Raka.
Abian dan Nalendra saling pandang, "Belum apa-apa pikirannya udah negatif duluan." Nalendra meminum air mineral yang sengaja dia beli pagi tadi.
"Ya jelas negatif. Cherry terlalu cantik, lo aja suka sama dia." Raka menatap tajam Nalendra.
Cowok itu tersedak. Untung minuman dalam mulutnya sudah dia telan, jadi aksi menyembur pun tak terjadi, "Sekedar kagum, Ka. Gak lebih."
Raka memutar bola matanya malas. Cowok itu kembali mencoba menghubungi Cherry via video call, cukup lama sebelum akhirnya orang di seberang sana mengangkatnya dan membuat keresahan Raka sedikit mereda.
"Love you," bisik Cherry mendekatkan ponsel di bibirnya lalu meletakkan benda itu di paha.
Raka tersenyum. Hanya begini saja perasaannya sudah cukup tenang. Dari layar ponselnya Raka dapat melihat Cherry yang sepertinya sedang menulis sesuatu lalu mendongak menatap papan tulis.
"Sayang," kata Raka.
Tak ada jawaban. Cherry masih sibuk menulis sesekali menunduk tersenyum padanya. Sepertinya gadis itu me non-aktif kan suara panggilan.
"Cantik. Jadi ingin cium," gumam cowok itu.
Dari posisi ponsel seperti itu dia berasa sedang tiduran dipangkuan Cherry. Ah... Gara-gara pikiran ngelanturnya Raka jadi ingin tidur dipangkuan gadis itu sungguhan.
Ponsel milik Cherry bergerak membuat fokus gambar yang semula ada di dirinya berpindah menjadi menatap langit-langit kelas.
Raka mendengus kesal, baru saja dibuat lega sekarang dia sudah dibuat kesal lagi. Cherry hilang entah kemana. Bisa-bisanya dia teledor meninggalkan ponselnya.
"Shit!"
"Heh! Sama cewek gak boleh ngomong kasar," kata Nalendra saat mendengar Raka mengumpat.
"Gak ada orangnya." Raka bersandar pada sandaran kursi.
"Tetep aja. Kita cuman ngebatin aja kutukan langsung balik ke kita. Jadi hati-hati sama kaum cewek."
Abian tertawa, "Siapa yang bilang, Ndra? Nenek moyang lo?"
"Dibilangin gak percaya, ya udah."
"Percaya sama lo tuh sesat. Gak usah percaya deh, Ka. Asalkan orangnya gak tahu dan gak dengar, semuanya halal," ucap Abian.
"Termasuk perselingkuhan?" Nalendra mendongak menatap Abian seolah menantang.
"Iya dong. Halal itu mah. Kan masih pacaran, kalau udah nikah selingkuh itu baru haram," jelas Abian.
"Mau gue tonjok lo, Bi?" tawar Raka.
Abian mengerutkan kening, "Lah, gue salah apa? Gue cuman jelasin doang."
"Kata-kata lo itu seolah memperbolehkan Cherry buat selingkuh."
"KAGAK ADA MAKSUD SAMPAI KE SANA!"
"Kok ngegas?!" kata Raka tersinggung.
"Udah-udah. Kayak cewek aja lo pada." Nalendra melerai pertengkaran konyol dua temannya.
Mereka saling menatap tajam, berkelahi lewat batin sebelum nanti berlanjut adu fisik.
"Ka, ponsel lo tuh," kata Nalendra menunjuk ponsel Raka dengan dagunya.
Masih dengan kekesalannya pada Abian Raka menoleh menatap kembali ponselnya.
Dari sana dia bisa melihat layar Cherry kembali bergerak. Tiga cowok tersebut menunggu sosok titisan bidadari yang akan memenuhi layar ponsel Raka, namun harapan itu sirna, karena yang memenuhi layar ponsel bukan Cherry melainkan....
"Anjir! Si Nadia!" Abian histeris.
Di seberang sana Nadia membulatkan mata menyadari kalau ponsel Cherry ternyata terhubung dengan Raka. Buru-buru gadis itu menyimpannya di laci meja milik Cherry, membuat Raka tak bisa melihat apa pun kecuali gelap.
"Jadi dari tadi lo sayang-sayangan sama Nadia, Ka?" Nalendra terbahak disusul oleh Abian yang tak kalah keras.
"Bukan!"
"Parah-parah. Cewek secantik Cherry diduakan. Mana selingkuhan lo gak ada cantik-cantiknya lagi."
"Jadi kayak dongeng pangeran dan putri kodok gak sih, Ndra?"
"Bener tuh." Nalendra tak bisa berhenti tertawa, "udah deh buat gue aja kalau gitu."
Raka mencekik leher Nalendra dengan lengannya, "Bilang lo sekali lagi. Gue kirim ke akhirat saat ini juga."
"G—gue gak bisa napas, anjing!"
*****
___________________
Bersambung....
KAMU SEDANG MEMBACA
Kurang dari Tiga
Fiksi Remaja"GUE PACAR LO!" Cherry tersentak kaget mendengar bentakan Raka. "Apa masih kurang perhatian gue sama lo selama ini, Cher?!" tanya cowok itu dengan napas tersengal. "Apa-apa Nadia, apa-apa Nadia. Gue lo kemanain?!" "Raka, Nadia itu temen aku." "TAPI...