"Tuan, saya ingin melaporkan. Raveena Lily Strange dikabarkan menghilang."'"Kau sudah cek rekaman cctv nya?"
"Baik akan saya lakukan."
Selasa, 7 Maret 2016.
Aku menunggu makanan yang di bawakan Raven setiap pukul 9 pagi— tidak pernah terlambat. Masakan yang ia bawa kadang bermacam rupa seperti pasta hingga ke makanan daerah timur dan asia. Ia mungkin ingin aku menjadi tikus percobaan karena beberapa di antaranya enak tapi terkadang tidak sesuai seleraku. Namun aku tidak memperdulikan hal itu, toh aku juga jadi hemat waktu dan biaya.
Aku tidak pernah bertemu dengannya lagi setelah perjanjian kami karena aku malas untuk pergi keluar. Seringnya aku pergi hanya ke psikiater atau membeli bir. Terkadang dapat misi juga, tapi selalu yang mengancam nyawa dan sulit— resikonya.
Namun beberapa hari ini aku merasa Raven tidak pernah keluar kamar. Dia sudah dewasa, ya wajar untuk pergi kemana-mana namun ternyata sudah sampai 2 minggu ia tidak pernah pulang lagi.
Anehnya, makanan yang ia siapkan untukku tetap ada di depan pintuku pada pukul 9 pagi. Hari ini, aku akan mencoba menemuinya untuk memastikan saja. Aku sudah memasang alarmku pukul 8 lewat empat puluh lima menit.
Tidak berselang lama, alarm itu berbunyi dan aku sudah siap untuk di depan pintu. Sepertinya ia sudah meletakannya disana jadi aku segera membuka pintuku meski rambutku masih acak-acakan.
Ternyata, yang aku lihat adalah Sally. Seorang wanita yang bekerja di lobby bersama dengan pria kemarin.
"Ini makananmu"
"Oh shit, wanita itu kemana?" Bisikku dalam hati kemudian kembali masuk ke dalam kamar.
"uh tuan, maksudmu aku?"
Keesokan harinya aku memutuskan untuk ke kantor, dan menyampaikan pada para avengers. Sam menyapaku di lobby namun aku tidak menghiraukannya dan berlari ke arah lift.
"Ada apa Buck?" Tanya Sam padaku.
"Wanita itu hilang" Jawabku.
"Wanita yang mana?" Tanya Sam sambil makan burgernya yang tadi belum sempat ia makan.
"Tentu saja si Strange"' Jawabku sambil menggelengkan kepala.
"Oh Raven.. wait a minute, HAH?!"
"JADI SI RAVEN HILANG DI APARTEMENMU?" tanya Sam yang membesarkan suaranya ketika pintu lift terbuka dan semua anggota Avengers disana melirik ke arah kami.
Sam kampret.
Tidak berselang lama, Aku pun di interogasi oleh Steve dan kawan-kawan. Mereka memasang wajah sinis seperti akan menerkam. Ya, ini bukan karena mereka sayang pada wanita itu tapi lebih kepada— aku menghilangkan senjata paling mematikan dan membiarkannya di ambil musuh sehingga senjata itu bisa meledak kapan saja.
"Ia hilang, sekitar 2 minggu yang lalu"
"huft, kita harus mencarinya.. kasihan sekali kalau sampai Raven di culik" Sahut Wanda yang nampak khawatir pada wanita itu.
"Apa kau tidak pernah berhubungan dengannya, maksudku menyapa sesekali gitu? terlebih kalian tetanggaan" Tanya Steve padaku.
"Percuma kau tanya si serigala putih ini, dia di sapa saja jarang menjawab apalagi kau minta untuk menjaganya setiap saat" Jawab Sam sambil menggelengkan kepalanya yang membuatku ingin menghajarnya.
"Kita tidak boleh bilang ini kepada Dr. Strange" Jawab Tony mengepalkan tangannya di atas meja.
"Tapi, dia kan kakaknya. Dia harus tahu" Sahut Natasha.
"Nat, sepertinya itu bukan ide bagus. Pasti Stephen akan mengamuk" Timbuh Bruce Banner.
Tiba-tiba percikan sihir dari sebelah barat ruangan berhamburan— percikan itu membentuk sebuah lingkaran dan kemudian seseorang keluar dari dalam lingkaran tersebut. Ya, dia pria yang daritadi dibicarakan.
"Saya sudah tahu"
"Oke, Aku ga ikutan. Ayo Vis, kita kan ada misi" Sahut Wanda kemudian menggandeng tangan Vision dan pergi ke arah lift kemudian menghilang.
Terlihat suasana kami menjadi kaku dan dingin, bahkan Steve dan Tony belum mengatakan sepatah kata apapun. Untuk mencairkan suasana, aku mengatakan apa yang terjadi dalam dua minggu ini.
"Dia mengirimiku makanan setiap hari bahkan disaat ia menghilang dan ia selalu meletakannya tepat di depan kamarku setiap pukul 9 pagi"
"Aw, so sweet" Ucap Natasha yang cukup menarik perhatian kami.
"Sorry, lanjut saja buck"
"Kami semacam ada perjanjian, dan aku tidak boleh mengatakannya" Lanjutku.
"Baru satu bulan adikku bersama mu dan sudah dekat seperti ini" Ucap Strange sinis kepadaku.
"Kami tidak dekat"
"Tentu, kalau kau dekat dengannya tidak mungkin kami kehilangan dia" Ucap Strange sambil mengehela nafas.
Aku sudah terbiasa dengan kata "Kehilangan" namun entah mengapa rasanya meskipun aku baru bertemu dengannya tapi aku merasa ada yang janggal.
Kemudian, kami semua hanya duduk tanpa mengatakan sepatah kata apapun jadi hanya suara televisi yang terdengar saat itu.
"Hey Thor, bisakah kau ganti 'Disney channelmu' dengan acara berita? Aku muak mendengar Mickey Mouse terus bertanya kepada penonton" Ucap Banner.
"Ok, fine" Ucap Thor menghela nafasnya.
Kemudian tiba-tiba, acara berita itu mengumumkan— "Penemuan sesuatu yang menghebohkan para ilmuwan. Ditemukan lubang hitam besar di Penggunungan Alpen dan dari lubang hitam itu, terkadang muncul asap-asap yang dapat menutupi penglihatan mata hingga jarak 5 meter saja. Untuk penyebabnya, masih di cari tetapi untuk sementara waktu, Penggunungan Alpen dan sekitarnya akan di tutup untuk para pengunjung dan turis. Sekian, Eddie Brock menyampaikan"
Belum sempat kami ingin mengatakan sepatah kata, tiba-tiba tubuh kami terasa membeku dan tidak bisa bergerak sama sekali— kecuali Strange. Kami hanya bisa melirik ke sekeliling kami, dan melihat perubahan aliran listrik di dalam kantor yang berubah dengan sangat cepat. Terdapat percikan listrik di bagian kanan dan kiri, serta lampu yang sekejap menyala dan sekejap mati serta teman virtual Tony, si Jarvis yang tidak bisa menyala.
Angin berhembus dengan sangat cepat. Tiba-tiba, kami melihat sesosok manusia menggunakan jubah yang menutupi pakaian dan wajahnya. Strange langsung siaga, dan kami tetap berusaha untuk melepaskan diri.
"Kalian mencariku kan?"
- Bersambung -
KAMU SEDANG MEMBACA
Miss Strange - Marvel OC
FanfictionSeorang wanita dengan kekuatan tak terduga, antara cahaya dan kegelapan. Dibesarkan di keluarga Strange dan merupakan adik dari Stephen Strange sang Sorcerers Supreme, membuat Raveena Strange menyadari kekuatan besar yang ada dalam dirinya. Suatu h...