chapter fifteen ; captain's help

37 6 0
                                    
























"Natasha??"

Natasha tersenyum manis ke arah kami. Tak berselang lama, jeruji besi itu terbuka lebar. Natasha membantu kami untuk keluar.

"Akhirnya kami bisa menemukan kalian"

"Terima kasih banyak Nat, omong-omong, kau tidak sendiri" Tanya Bucky pada Natasha. Menangkap kalimat "Kami" berarti ia tidak datang seorang diri.

"Aku dan Steve tahu kalian tidak melakukan apapun, sekarang ikut aku" Balas Natasha kemudian berlari kecil ke arah selatan penjara.

Aku dan Mr. Barnes saling menoleh singkat, kemudian mengangguk bersamaan. Kami mengikuti arah pergi Natasha.

Setelah berlari cukup jauh, dari kejauhan, ada sebuah lubang dengan sinar cahaya yang sangat terang. Aku duga, itulah jalur keluar kami.

"Steve, kau sudah siap?" Ucap Natasha sambil menyalakan HT miliknya.

Tak berselang lama, muncul balasan dari HT itu.

"Ya, cepatlah sebelum mereka datang"

Kami mempercepat gerakan kaki, berusaha secepat mungkin keluar dari tempat ini. Tinggal beberapa langkah lagi agar kami bisa bebas. Ternyata, tak semudah itu. Tiba-tiba pintu keluar kami di hadang oleh para pria bersenjata lengkap. Mereka bersiap mengarahkan senjata nya ke arah kami.

Natasha sudah siap dengan senjata miliknya, begitu pun dengan Mr. Barnes. Ia langsung maju ke depan, berusaha melindungiku dan Natasha dengan tangan anti pelurunya.

Aku tidak ingin kalah, aku langsung mengumpulkan kekuatanku berjaga-jaga mereka akan membahayakan kami.

"Berhenti, atau kalian akan kami tembak" Ucap salah satu anggota polisi itu.

"Tolong, jangan halangi kami" Ucap Mr. Barnes tegas.

Polisi itu langsung menarik pelatuk di pistolnya, beberapa peluru menghadang kami. Mr. Barnes langsung menangkisnya menggunakan lengan baja-nya. Ia nampak tersengal-sengal dengan peluru sebanyak itu.

Aku segera memfokuskan energiku pada para polisi itu, aku berniat melempar mereka keluar.

Wuushh...

Mereka terlempar keluar karena ada kabut hitam besar dengan tekanan tinggi. Kabut itu membuat sekeliling penjara ini retak. Aku menoleh ke arah sampingku, yaitu Mr. Barnes. Ia juga menoleh ke arahku sambil tersenyum singkat. Kami bernapas lega.

Natasha merintih kesakitan, ternyata lengan kanannya terkena satu peluru yang tak bisa ia hindari. Kini lengannya mengeluarkan banyak darah. Natasha berdiri sambil menyentuh lengannya dengan kuat agar menahan darah yang bercucuran keluar.

"Nat, bertahanlah! kita sebentar lagi keluar"

"Tenang saja Ray, ini tidak ada apa-apanya dibanding hal yang sudah ku alami. Boleh bantu aku berdiri?"

"Aku akan meminta Mr. Barnes untuk —"

"Tidak perlu, aku sekarang masih bisa lari marathon" Ucap Natasha sambil terkekeh. Aku pun ikut terkekeh.

Sambil membantunya berdiri, aku membantunya untuk berjalan keluar. Mr. Barnes sudah menghubungi Steve kembali, dan Steve sudah siaga dengan helikopternya tepat di depan kami.

"Masuklah" Sahut Steve. Wajahnya nampak khawatir ketika melihat kondisi Nat yang terluka.



































Di dalam helikopter aku sibuk menyalurkan energiku untuk menutup luka Natasha. Sebenarnya, aku tidak pernah belajar tentang menggunakan sihir di bidang kesehatan, namun aku pernah melihat Stephen melakukannya.

Selain menjaga perdamaian bumi dan menjadi dokter, Stephen a.k.a Dr. Strange juga membuka jasa pengobatan di Sanctum Sanctorum bersama Wong. Terkadang, aku cukup terganggu dengan suara-suara pasien Stephen yang berdatangan tanpa henti. Banyak orang yang takjub dengan Sanctum Sanctorum dan menganggap tempat itu sebagai museum sehingga bisanya mereka akan mengambil foto, menyentuh benda-benda pusaka itu, dan lain sebagainya.

Bayangkan tinggal di tempat yang dijadikan wisata?

Aku setiap hari berdoa kepada Tuhan agar bisa tinggal di tempat lain. Ternyata,  doaku dikabulkan karena pada akhirnya aku dibuang ke Avengers dan tidak bisa kembali ke Sanctum Sanctorum lagi.

Setelah bayanganku akan Stephen berakhir, Natasha menyentuh pundakku. Ia tersenyum seraya mengatakan,

"Terima kasih banyak Raveena"

Aku berhasil melakukannya! Stephen pasti akan bangga. Entahlah, apakah Stephen masih akan menyayangi adiknya atau tidak setelah rumor aneh yang beredar di berbagai negara.















"Steve, kenapa kau membantu kami?" Tanya Mr. Barnes kepada sahabat karibnya.

"Kami percaya kalian dijebak, Entahlah aku belum punya bukti konkrit soal itu. Aku tahu tindakanku dan Nat pasti akan menimbulkan perpecahan. Banyak anggota Avengers yang mengincar kalian, menganggap kalian berbahaya" Ucap Steve.

"Kami gak melakukan apapun Steve, Raveena dan Saya cuman menjalankan misi meski ternyata kami bertemu mahkluk aneh yang punya sayap, dia mengaku merupakan seorang kakak dari Raveena. Gak masuk akal" Ucap Mr. Barnes dengan ekspresi kesal.

Aku mengangguk, seraya berkata,

"Aku tidak tahu apa motifnya, tapi dia bilang dia berasal dari Kerajaan Nabo. kita bisa mencari tahu keterkaitannya dengan pergi ke Sanctum Sanctorum"

"Kau yakin tidak ada yang berjaga di Sanctum Sanctorum?" Ucap Mr. Barnes melihatku dengan tatapan serius.

"Setidaknya, kita harus mencoba agar bisa menemukan jawabannya bukan?"

Miss Strange  - Marvel OCTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang