Bagian keenam : psycho?

80 8 1
                                    

"Terima kasih!" Ucapku dengan sopan sambil memberikan uang kembalian kepada pelanggan.

Aku menghembuskan nafasku pelan, lalu melihat jam dinding. Sudah pukul sembilan malam, itu artinya sebentar lagi aku harus pulang. Kalau tidak, Riki pasti akan marah.

"Lo anak tunggal?"

Aku menoleh ke arah Heilla, dia berdiri di sebelahku. Banyak juga manusia random di bumi ya? Gak ada angin gak ada hujan, tiba-tiba bertanya hal yang tak terduga.

"Gue punya adik laki-laki."

"Gue kira lo anak tunggal" gumam Heilla yang samar-samar kudengar.

"Lo sendiri?"

"Gue anak tunggal" jawab Heilla membuatku mengangguk paham.

"Eum, gue boleh ngomong empat mata sama lo?" Tanya Heilla dan aku mengangguk.



***
Kami berdua sudah berada di lantai atas cafe ini. Hanya kami berdua, karena sebentar lagi cafe akan tutup. Kami memilih tempat duduk yang berhadapan langsung dengan jendela, jadi kami bisa menikmati pemandangan di malam hari sambil menikmati ice vanila latte.

"Gue mau nanya tentang hubungan lo sama Sunoo, kalian.."

"Gak! Kita berdua cuma temen, gak lebih dari itu" jelasku sebelum dia salah paham.

Dia terlihat menghela nafas lega.

"Gue kira pacaran," ucap Heilla lalu menunduk.

Aku mengernyit menatapnya, sudah jelas aku tau maksud dia mengatakan itu.

"Lo suka sama Sunoo?" Tanyaku dengan nada pelan.

Heilla mengangguk lalu menatapku.

"Tapi kayaknya Sunoo gak suka sama gue" ucap Heilla sedih.

Maaf Heil. Tapi emang iya, Sunoo gak suka sama lo.

"Semenjak gue bergabung di cafe ini, gue selalu salah fokus sama laki-laki yang berambut coklat, tubuh yang tinggi dan wajah yang ganteng terus kulit yang coklat tapi tetap menarik di mata gue."

"Wait, brown hair? But Sunoo is black hair" ucapku dan kulihat dia terkejut.

"Serius?"

Aku meringis pelan.

"Lo bilang rambutnya coklat? Itu namanya Haechan" ucapku dan dia mengangguk mengerti.

"Jadi gue salah ngira orang?"

Duh maaf Heilla, aku ketawa dalam hati.

"Iya."

"Menurut lo, Haechan orangnya kayak gimana?" Tanya Heila sambil meminum winter choconya.

"Dia anaknya baik" ucapku singkat, daripada salah ngomong ya kan.

"Lebih spesifiknya?"

Mataku berkeliling berpikir bagaimana caraku untuk lolos dari pertanyaan ini. Bukannya bagaimana, sangat sulit untuk mendeskripsikan Haechan.

Ah aku punya ide!

"Dia—"

"Minzu, lo di panggil Sunoo di bawah."

Redup || Nishimura RikiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang