Delisa, Amel dan Reina adalah kakak beradik berusia dua puluh tahunan dengan selisih umur yang tidak terlalu jauh, saat ini mereka sedang menuju ke Desa Hasta tempat kampung halaman orang tua mereka, karena ibu mendapat kabar salah satu kerabatnya meninggal dunia, dan harus mengikuti upacara pemakamannya.
Perjalanan menuju Desa Hasta lumayan jauh dari tempat tinggal mereka, melewati bukit-bukit yang curam dan juga banyak jurang di pinggir jalannya, tidak menyangka kampung halaman ibu mereka begitu terpencil. Bahkand seumur hidup mereka baru kali ini mereka pulang kampung kesana.
Akhirmya setelah hampir satu hari perjalanan, mereka pun sampai, ayah terlihat sangat lelah karena menyetir begitu jauh dan konsetrasi yang sangat tinggi melihat area jalan yang mereka lewati, Mereka mengina di rumah keluarga disana sudah ada Bude Desti Kakak tertua ibu yang menyambut, dan mempersiapkan untuk kami menginap.
Suasana rumah kampung yang luas dengan ruangan yang lapang membuat Delisa kagum betapa rumah ini sangat menarik perhatiannya, tidak membayangkan disinilan ibu waktu masa kecil dan remaja tinggal.
Amel dan Reina sudah membereskan semua baju mereka di kamar yang di sediakan.
Tetapi Delisa memilih memngelilingi rumah, dia melihat suasana sekitar yang penuh dengan Pohon Jati dan juga bambu menambah keaasrian rumah di desa ini.
Saat berjalan di Pohon Jati Delisa melihat seorang pemuda sedang menebang bambu, dan melihat ke arahnya.
"Hai" sapa pemuda itu
Delisa tersenyum " Hai" balasnya
"Pasti kamu keluarga Bule Arum yang dari kota, kenalkan saya Anjar anak Mbo Hesti, dan ternyata dia adalah sepuu Delisa.
Akhirnya Delisa ngobrol panjang dengan Anjr tenatng slsilah keluarga mereka.
"Delisa ayo makan, makanan sudah matang, kamu juga Jar ayo masuk" ucap Bude Hesti
Masakan Bude Hesti sangat enak dan hangat, tidak menyangka ternyata suasana di desa ini membuat Delisa merasa seperti lburan yang diimpikannya.
Amel mengajak Delisa dan Reina untuk keluar melihat keadaan sekitar, tetapi karena Delisa sudah berkeliling tadi dia pun menolaknya
Akhirnya Amel dan Reina diantar ayah dan ibu keliling untuk bersilutarahmi dengan tetangga sekitar bersama Anjar dan Bude Hesti.
Dan Delisa ditinggal sendiri di rumah.
Karena mengantuk maka Delisa masuk kekamar yang sudah disediakan, dan sepertinya ingin langsung tidur dkasur, tetapi ada salah satu lemari dengan hiasan warna warni menarik perhatiannya, Delisa pun membuka lemari tersebut, dan melihat ada baju tidur tua dengan warna kuning disana, Delisa belum membuka kpernya dan merasa perlu segera tidur maka Delisa pun mengambil baju tersebut dan mengenakannya.
Ternyata sangat pas dengan tubuh Delisa. Dia pun segera ke kasur dan tertidur lelap.
Entah berapa lama Delisa telah tertidur lelap, dia pun membuka matanya karena mencium aroma masakan yang sagat sedap dari dapur, Delisa senang karena perutnya sangat lapar.
Saat Delisa ke dapur ruangan sangat sepi tapi dia melihat ada seorang wanita memakai kebaya sedang memasak dan wanita itu sangat cantik sekali.
"Maaf, saya Delisa" memperkenalkan diri
wanita itu melihat ke arah Delisa dan tersenyum menambah kecantikannya.
"Saya Endang, tapi kamu boleh panggil saya Yang Endang" jwab wanita cantik itu memperkenalkan dirinya juga.
"Masakannya harum sekali Yang" ucap Delisa dengan ramah
"Khusus Yang masakin buat kamu" ucap wanita itu sambil membelai rambut Delisa di meja makan.
"Yang ga makan juga?" tanya Delisa melihat meja penuh dengan masakan yang nikmat
"Sudah kamu habiskan saja, Yang khusus buatkan untuk kamu" lalu Yang pun duduk samping Delisa
"Kamu mirip sekali dengan Yang ndok" ucapnya sambil memandang Delisa
"tidak Yang, Yang lebh cantik" ucap Delisa
Yang Endang pun tersenyum sambil meihat ke arah Delisa
Entah apa yang merasuki Delisa tapi Delisa berhasil menghabiskan seluruh masakan yang dibuat Yang Endang.
Lalu Delisa pun diajak ke Kebun Jati duduk disana dan Yang Endang menceritakan betapa kangennya dia dengan Ibu.
"Nanti kalau balik kek kota suruh ibu tengok ke rumah sekali-kali, hampir 20 tahun ibumu tidak kesini ndok" ucap Yang Endang merautkan kesedihan "bahkan Yang tidak bisa melihat kalian, aru kali ini Ynag bis aketemu kamu Ndok" ucapnya Lirih.
"Iya yang nanti saya sampaikan sama Ibu, Yang pasti adiknya ibu yang terakhir ya Yang masih muda dan cantik sekali" ucap Delisa kagum dengan kecantikan Yang Endang.
Yang Endang pun tersenyum "kamu mewarisi kecantikan ku Ndok" ucapnya sambil membelai rambut Delisa.
Tiba-tiba ada suara Amel memanggil, Delisa pun senang mendengarnya
"Itu ibu dan yang lain sudah datang ayo kita masuk kerumah Yang" Ajak Delisa
Yang Endang pun tersenyum
"Delisa kamu ga ikut sih, lihat nih kita setiap berunjung ke rumah tetangga pasti dibawakan buah tangan, ada buah dan sayuran yang lezat, nanti Bude Hesti akan masak masakan enak seperti tadi" Ucap Amel
"Iya mel tapi aku sudah kenyang, tadi Yang Endang juga masak masakan yang enak dan banyak, tapi karena aku lapar aku habiskan semuanya" ucap delisa malu
"Yang Endang?" Tanya Bude Hesti
"Yang Endang? tanya Ibu juga tidak kalah kaget dengan Bude Hesti
Anjar melihat ke arah Delisa dengan aneh
"Kamu pakai baju tidur siapa?" tanya Anjar
"Aku tidak tahu tadi ada di lemari kamar" ucap delisa poos sambil melihat ke arah bajunya
"Itu Baju Ibu" ucap Bude Hesti "Kamu tahu siapa Yang Endang itu?" tanya Bude Hesti
"saudara ibu kan?" jawab Delisa
"Bukan Del, tetapi itu Eyang Kamu, Ibu dari Ibu kamu" jawab Bude Hesti " Yang kamu pakai itu baju kesayangannya" ucap Bude Hesti
"Tidak mungkin Bude, Yang Endang itu masih muda dan cantik sekali" ucap Delisa mengelak
Lalu Bude Hesti ke kamar dan mengambil sebuah Foto album lama.
"Ini kan yang kamu lihat tadi?" tanya Bude Hesti
Delisa pun melihat dengan seksama, foto htam putih tu ini menampilkan wajah seorang gadis cantik, dnegan rambut panjang terurai, persisi seperti Yang Endang tadi.
"Iya Bude ini Yang Endang" ucap Delisa
"Eyang kangen dengan cucunya" ucap Bude Hesti "Kamu tidak pernh pulang kesini Rum, bahkan Eyang tidak sempat melihat anak-anakmu, dia selalu saja mengigau memanggilmu Rum"
Ibu menunduk tersedih "Iya Mbak, aku malu untuk pulang kesini karena kondisiku saat itu masih sangat kekurangan aku membantu suamiku bekerja supaya bisa menata rumah tangga kami, tidak terasa aku jadi lupa untuk pulang" ucap Ibu menitikkan air mata.
Aku melihat kesedihan ibu "Bu tadi Yang Endang ngobrol sama aku dia sayang sama ibu, dia berharap ibu mulai sekarang sering- kesini untuk menemui nya disini" ucapku sambil memeluk ibu.
"Iya maafkan ibu ya anak-anak, nanti saat ibu tua, ibu tidak mengahrap apaun dari kalian, hanya datang dan berkunjung saja tu sudah lebih dari ukup" ucap ibu menagis tersedu.
Saat aku memeluk Ibu aku melihat Yang Endang di Jendela dianatar peppohonan Jati sedang tersenyum ke arahku.
Sore itu pun kami menyekar ke kuburannya, dan ternyata kuburannya persis diantara phon jati tadi tempat dia berdiri.
Apapun Kondsi dan masalah kita aku tidak akan pernah melupakan leluhurku, ucap Delisa dalam hatinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ANALOGI HOROR
RandomBuku ini berisi kumpulan cerita - cerita pendek horor dan misteri di dalam dunia ini selalu ada dua hal yang berbeda : baik dan buruk, hitam dan putih, dunia manusia dan dunia lain yang penuh misteri, seperti cerita - cerita dalam buku ini, selama...