9. Sayang?

122 124 21
                                    

"KAMU?!"

Sherryn terdiam, kakinya terasa lemas, badannya menegang seketika melihat orang didepannya ini.

Jevano.

"Kita ketemu lagi!" Ucapnya dengan tatapan yang ia hanya tujukan pada Sherryn dan senyuman sumringah yang ia pancarkan.

Tak ada jawaban dari Sherryn, ia benar benar tak habis pikir dengan ini, mengapa takdir seolah telah mengatur semuanya yang mengharuskan ia bertemu dengan manusia satu ini.

Perlahan tapi pasti Jevano melangkahkan kakinya menuju ke arah gadis didepannya ini, yang menyisakan satu langkah saja dari Sherryn yang mampu membuat gadis itu ketar ketir.

Bukan, bukan karena ia sedang jatuh cinta dengan lelaki ini. Itu tidak mungkin. Tapi karena lelaki ini adalah lelaki yang harus ia hindari.

Perlahan

Selangkah

Dan!

Akhirnya! Jevano sekarang benar benar hanya berjarak beberapa senti saja dari Sherryn.

"Gua baru tau kalo lo nginep dihotel ini juga," Sambungnya masih dengan senyum.

"Iya ka" Sahut Sherryn sembari mencoba untuk mengikis jaraknya dengan bergeser sedikit kesamping.

Jevano yang melihat hal itu hanya tersenyum miring dengan kelakuan gadis didepannya ini. Apa ia kira Jevano om om pedo apa, sampai sampai Sherryn setakut itu dengannya?

Dengan cekatan Jevano menaruh tangannya yang ia letakkan dipembatas itu tepat disamping pinggang Sherryn dan tangan satunya ia letakkan didalam kantung celana pendeknya.

"Kaka ngapain disini?" Tanya Sherryn mencoba untuk ramah dan tak tegang berhadapan dengan Jevano.

Jevano terkekeh. "Well this is hotel, right? Apa yang gue lakuin disini kalo bukan nginep?"

Sherryn merasa awkward dengan pertanyaan nya sendiri, ia kira dengan begini ia bisa tak terlihat gugup dan mengurangi kecanggungan. Tapi apa daya ini tak berguna sama sekali.

"Gue denger denger lo dari Jakarta ya?" Penuturan Jevano membuat Sherryn kembali menatap ke arah laki laki itu.

Dan entah kenapa ya? Sepertinya ia begitu mengetahui tentang Sherryn hal yang menyangkut dirinya, seperti nama, darimana Sherryn berasal. Benar benar penguntit.

Sekarang entah ia harus melakukan apa, serasanya ia sudah dikunci mati dengan Jevano, tangannya yang diletakkan tepat disamping pinggangnya membuat ia kalang kabut, karena jika sedikit saja ia bergeser pasti hal itu diketahui Jevano karena ia pasti bisa merasakan pergerakan dari Sherryn.

Namun dengan cepat ia berusaha untuk bisa mencerna perkataan Jevano tadi dan menjawab pertanyaan dari lelaki itu. "Iya ka"

Sudah sesimpel itu saja jawaban Sherryn, karena ia tak mau memperpanjang berbicara dengan Jevano.

"Ohh..." Lelaki itu menarik tangannya yang bertengger di pembatas tadi dan memasukkannya sama kedalam kantung celananya.

".....Berarti kita sama dong, gue juga dari Jakarta tapi karena bokap gue lagi ada urusan disini gue ikut aja, dan gue nginep disini" Sambung nya panjang lebar.

Gak nanya si jujur.

Sherryn mengangguk.

Jevano menaikkan alisnya. "Kalo lo gimana?"

"Aku nginep disini karena memang mau masuk Nawasena ka, tapi cuma beberapa hari nanti kalo udah lewat masa trial aku nanti bolak balik Jakarta Bandung, gak nginep lagi" Jawab Sherryn seadanya.

"Oh, ngomong ngomong nomor gue udah lo save?"

Pertanyaan macam apa ini?

Jelas! Sherryn tidak akan pernah mau menyimpan nomor manusia freak ini.

"Udah ka"

Jevano mengangguk.

"Btw mau ikut gue? Jalan jalan disekitar hotel ini gak?"

Sherryn kembali bungkam tak tau harus menjawab apa lagi. Ia bingung, karena sudah pasti jawabannya ia tak akan mau ikut.

Bi Menik tolong. Batin Sherryn.

"Aku takut ka, gak bisa jalan jalan sendirian apa lagi malem gini!" Tutur Sherryn mencoba untuk tidak gugup.

"Tapi gue liat lo lagi sendirian keliling hotel ini, kan?"

Stak!!!!

Ini kartu mati Sherryn, jawaban Jevano benar adanya dan sesuai fakta. Ia memang sedang mencari udara segar dengan keluar kamar tapi apa daya ia harus bertemu dengan Jevano.

Sherryn tak bisa mengelak sekarang.

Jevano tersenyum, ia tau penuturannya sangat tepat sasaran membuat Sherryn kehabisan kata kata lagi untuk menolak Jevano.

Ia sedikit maju dan mengarahkan bibirnya kearah telinga Sherryn dan membisikkan sesuatu disana.
"Tenang aja, lo aman sama gue. Percaya sama gue Sherryn."

Angin malam berhembus sedikit lebih kencang beriringan dengan bulu kuduk Sherryn yang ikut berdiri setelah mendengar hal barusan.

Ia sedikit menjauhkan kepalanya dari wajah Jevano yang masih terdiam disana. "Iya ka, aku mau!"

Jevano pun tersenyum sembari mengulurkan tangannya mengambil tangan kanan Sherryn untuk ia genggam. "Ayo, gue bakal ajak lo liat liat hotel ini!"

Jevano membawa Sherryn digenggamannya sembari berjalan menyusuri setiap spot bagus dihotel ini, dan sesekali Jevano mengusap punggung tangan Sherryn menggunakan ibu jarinya.

"Kalo boleh tau nama panjang lo siapa?"

Nama panjang lagi buat apa?

Seingat Sherryn ia sudah memberitahukan nama panjangnya saat tadi, dan saat ia ingin pulang tadi Jevano memanggilnya menggunakan nama depannya. Kenapa sekarang laki laki ini menanyakannya lagi?

Melihat keterdiaman Sherryn seakan membuat Jevano langsung mengerti. "Iya lo udah ngasih tau nama panjang lo kok tadi, cuma gue ngerasa itu bukan nama lengkap lo, kaya cuma setengahnya aja."

Kali ini mungkin ia akan jujur untuk memberitahu nama lengkap selengkap lengkapnya. Karena apa yang dikatakan Jevano benar, nama yang Sherryn beritahu kepadanya saat di Nawasena hanya nama setengah nama dan bukan nama lengkap Sherryn. Sekarang gadis itu jadi berpikir mengapa Jevano bisa sedetail itu mengetahui tentang dirinya?

Sherryn sedikit menggangguk. "Yollanda Sherryn Vredellyn ka"

Jevano menoleh ke arahnya dengan senyum manis dan menggangguk pelan. "Nama nya cantik"

"Sama kaya orangnya juga cantik!" Sambungnya.

Pipi Sherryn bak seperti tomat sekarang begitu merona! Ia pun tak mampu menyembunyikan senyumnya, karena Sherryn memang bukan tipe gadis yang bisa menyembunyikan senyum malu malunya.

Jevano sama hal nya, melihat senyum Sherryn yang begitu menyejukkan membuatnya juga ikut tersenyum. "Boleh gue panggil Yollanda? Daripada Sherryn, orang udah banyak yang sering manggil nama lo yang itu kan?"

"Boleh panggil apa aja ka, panggil Ellyn juga boleh ka"

Jevano tampak berpikir dan kembali berucap. "Kalo gue panggil sayang aja gimana?"

{♤♤♤}

Halo semua? Apa kabarnya?? Sehat?


Gimana part ini?!
Yuk komen ya👉


Makasih semuanya yang udah baca, vote, dan komen ya!


Terima kasih lagi, dan see you next part👋💞-!!

18 Days For Last!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang