01. AWAL

106 22 10
                                    

Assalamualaikum semuanya, jangan lupa vote dan komen!!!

Happy Reading ✨

• • • •

"Permisa, telah terjadi Gempa Bumi dan Tsunami di kota B. Di kabarkan akan terjadi Gempa susulan yang berpotensi Tsunami. Banyak warga yang telah diamankan oleh aparat, dan kami akan membuka donasi untuk membantu meringankan beban saudara kita-,"

Seorang wanita paruh baya yang tadinya melihat siaran berita tersebut langsung mematikan televisinya. Dia khawatir tentang kondisi putranya. Putranya juga seorang aparatur negara dan sedang di tugaskan di kota tersebut untuk membantu para korban namun dia sendiri khawatir anaknya ikut menjadi korban.

"Abah," panggil wanita paruh baya tadi kepada suaminya.

"Iya, ada apa Umma?" jawab suaminya.

"Umma khawatir, bagaimana jika Febri ikut jadi korban bah? Dia kan juga ditugaskan di kota itu," Umma mulai mengungkapkan kekhawatirannya.

"Umma lupa apa yang dulu Febri bilang? Kalau kematian itu takdir mubram dan hanya Allah saja yang tahu. Kematian itu juga akan datang kepada setiap orang yang bernyawa dan jika nantinya takdir Febri meninggal ketika tugas itu sudah Allah tentukan. Lagipula itu resiko yang harus siap dihadapi ketika menjadi seorang aparatur negara," jelas Abah.

(Note: takdir dibagi menjadi dua yaitu takdir muallaq (takdir yang bisa diubah melalui usaha dan doa) dan takdir mubram (takdir yang sudah tidak bisa dirubah))

Umma hanya bisa mengangguk pasrah, dari awal putranya sudah menjelaskan hal terburuk yang bisa terjadi jika dia menjadi aparatur negara dan umma setuju, tapi mengapa kini umma kembali khawatir mungkin karena ini adalah insting seorang ibu.

***

📍Kota B (lokasi bencana alam)

Hamdani sedang membantu temannya mengevakuasi korban yang sudah tewas tertimpa reruntuhan bangunan. Proses evakuasi sedikit sulit karena reruntuhan bangunan sangat berat jadi memakan waktu sedikit lama untuk memindahkannya.

"Ham, udah masuk shalat Dzuhur nih kamu mau shalat duluan?" tanya temannya yang ikut mengevakuasi.

"Iya ini udah masuk waktu Dzuhur, kita salat dulu saja gantian jadi ada yang salat ada yang bantu bawa korban ke tenda medis untuk di otopsi," jelas Hamdani karena disini dialah kaptennya.

"Siap kapten laksanakan," jawab seluruh anggotanya yang berisikan 9 anggota.

Hamdani ikut empat anggota lainnya untuk shalat terlebih dahulu dan lima lainnya ke tenda medis untuk membawa tiga jenazah korban yang sudah berhasil mereka temukan untuk di otopsi.

Di tenda medis seorang dokter senior juga tengah melakukan pemeriksaan forensik terhadap jenazah-jenazah korban. Namun ketika sudah mendengar suara azan dia langsung berhenti hingga azan selesai barulah dia menyerahkan tugasnya kepada asisten nya.

"Elana, tolong kamu tangani dulu ya jenazah yang ini. Saya mau salat dulu," pinta dokter tadi kepada asisten sekaligus sahabatnya.

"Baik Dokter Vrisala."

Dokter Vrisala, atau kerap dipanggil Ala langsung bergegas menuju musala yang terdekat agar bisa dengan cepat melaksanakan kewajibannya sebagai seorang hamba setelah itu dia bisa kembali melaksanakan kewajibannya sebagai seorang dokter.

My Perfect GusTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang