Aku Kerja Buat Kamu

198 17 4
                                    

“Kok kamu tau aku di Kafe?” ucap Tia membuka pembicaraan

“Sakha ngomong”

“Loh kalau gitu kenapa dipermasalahin aku gak izin, kan Sakha udah ngomong”

“Fathiyah, Sakha memang sudah ngomong izin bawa kamu, tapi kamu juga harus tetep ngomong ke aku”

“Ribet ah”

“Gak ribet Fathiyah, sini aku kasih contoh kenapa kamu tetep harus ngomong ke aku walau Sakha udah ngomong”

Fathiyah memfokuskan pandangannya ke arah Razan

“Andai kata kamu dan pacar kamu mau jalan-“

“Aku gak punya pacar, punyanya suami” potong Tia

“Andai kata Fathiyah, aku gak bilang kalau kamu punya pacar, kalaupun kamu punya pacar sekarang juga kamu harus putus, ya sudah ganti jadi temen, ingat jangan dipotong”

“Hehe ya udah lanjut”

“Kalau kamu mau jalan sama temenmu otomatis kamu ngomong dulu kan ke Finley?”

Tia mengangguk

“Lalu saat temen kamu datang dia pasti ngomong kan ke Finley kalau mau bawa kamu jalan-jalan?”

Tia mengangguk lagi

“Nah sama halnya dengan kejadian tadi, disini perannya aku itu Finley dan Sakha itu temen kamu, jadi semestinya kamu ngomong dulu ke aku”

“Tapi kan Sakha bukan sekedar teman aku”

“Fathiyah!!”

“Hehe iya iya bercanda, jangan serius gitulah kalau gak niat ngeseriusin”

Razan mengernyit ia langsung menghentikan mobilnya

“Kamu mau diseriusin gimana lagi? Kamu dan aku udah nikah loh, diseriusin gimana lagi?” Razan heran

“Ya Allah Razan, udah ah gak usah dibahas, mending sekarang kasih tau kamu mau bawa aku kemana? Rumah Sakit?”

Razan hanya diam dan melanjutkan perjalanan yang sempat terhenti sekejap

“Zan, Razan, ihh jawab” desak Tia

Razan menepikan mobilnya dan langsung turun tanpa menjawab pertanyaan Tia

“Razan ih, Zan woilah” teriak Tia dalam mobil

“Turun, udah sampai” ucap Razan tiba-tiba sudah di sebelah Tia membukakan pintu mobil

Tia pun segera meraih tasnya dan membuka sabuk pengaman lalu turun dari mobil, seperti sebelum-sebelumnya Razan selalu membukakan pintu mobil dan mengulurkan tangannya ke atas kepala Tia agar Tia tak terhantuk seperti tempo hari

Perhatian kecil seperti ini selalu membuat Tia terkesan, suaminya gentleman, bisalah dipamerin ke teman

“Loh butik? Ngapain? Kenapa gak kebutiknya bunda aja?”

“Ini weekend, butik bunda libur”

“Oh ada liburnya, emang mau ngapain ke butik?” tanya Tia

“Biasanya orang ke butik ngapain?” tanya Razan balik

“Beli baju sih biasanya, biasa juga cuma liat liat sekedar cuci mata"

"Memangnya gak malu kalau cuma cuci mata?"

"Malu sih, tapi namanya gak ada duit yah mau diapa, ke mall aja biasanya cuma jalan doang kagak beli, tapi kalau kamu sih gak yakin aku kalau cuma cuci mata"

“Tuh tau”

“Kamu mau beli baju? Tapi ini butik khusus muslimah, liat tuh nama butiknya aja muslimah, tuh gamis-gamis buat cewek cantik-cantik, mau ubah gender?” tunjuk Tia ke arah gamis-gamis yang terpasang di patung-patung tanpa kepala, tangan dan kaki itu

Kanaraga Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang